Love Scenario | 40

41 13 0
                                    


Belajarlah memiliki, sebelum kehilangan yang menjelaskan.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆








Sudah hampir sebulan Mami dan Papi pergi untuk melakukan perjalanan bisnis, karena Mami dan Papi ingin membuka restoran cabang ke 25-nya. Restoran itu terletak di luar kota, tentu akan memakan waktu bagi keduanya untuk mengurus semuanya.

Tinggallah Sea hanya berdua dengan Kian berada di rumah, bukannya tidak suka, hanya saja Sea merasa suasana rumah menjadi sangat sepi tanpa kehadiran kedua orang tuanya.

"Sea?" Panggil Kian saat berada di anak tangga paling atas.

"Iya, Bang. Kenapa?" jawab Sea yang masih dalam posisi rebahan di atas tempat tidurnya.

Kian masuk ke kamar adiknya itu, mencari tahu keberadaan adiknya, untuk memberitahukan sesuatu yang mungkin saja akan membuat mood Sea kembali membaik, karena Kian sadar bahwa beberapa hari ini adik perempuannya itu sering uring-uringan sendirian di kamar.

"Ngapain kamu?"

"Nggak lihat? Aku lagi rebahan?"

"Galak banget, sih!"

Sea mendecih, kemudian berbalik membelakangi Kian yang sudah berdiri tepat di sisi tempat tidurnya.

"Oh iya, Mami sama Papi besok pulang lho."

Sea membuka mata dan bangun seketika, berbalik ke arah Kian dengan mata yang berbinar, "Seriusan???"

Kian mengangguk dengan senyumnya yang lebar.

Raut wajah yang ceria itu berubah, Sea memicingkan matanya ke arah Kian, "Abang nggak lagi bohongin aku, kan??"

"Astagaa, pikiran kamu tuh!" Kian menjentikkan jari ke kening Sea pelan sembari duduk di sebelah adiknya itu.

"Ya ... kan Abang sering jahilin aku, aku jadi nggak mudah percaya sama ucapan Abang."

Kian menggeleng tidak percaya, "Dirubah ya pola pikir buruk kamu itu, ya kali untuk masalah serius Abang bohongin kamu."

Kembali raut wajah ceria itu ditunjukkannya dengan senyum lebar khasnya, "Ya udah, aku percaya kok." ucapnya seraya memeluk Kian yang duduk disampingnya.

"Aku tuh udah kangeeeeeeen bangeeeeeet sama Mami sama Papi, sebulan ditinggalin itu nggak mudah ya, Bang. Kadang aku juga kesal kalau Mami sama Papi pergi, tapi aku tau mereka bekerja keras itu untuk masa depan kita berdua, kan? Aku jadi pengen cepat-cepat lulus deh, Bang. Biar bisa gantiin posisi Mami sama Papi. Biar tugas berat itu kita yang tanggung. Aku selalu merasa bersalah kalau lihat Mami sama Papi kelelahan habis pulang dari perjalanan bisnis. Seberat itu ya Bang tugas orang tua untuk kebahagiaan anaknya."

Ucapan Sea itu seperti curhatan dari perasaannya yang selama ini ia pendam, ia tidak percaya unek-unek itu akhirnya dikeluarkannya. Dan ... Kian adalah orang yang tepat baginya untuk membagi perasaannya. Karena tidak ada yang paling mengerti dirinya sendiri selain Kian.

"Kamu umur berapa sih sekarang?" tanya Kian saat menepuk-nepuk pelan bahu adiknya yang kini masih berada dalam dekapannya.

"Kenapa nanya itu? Nggak nyambung banget."

"Nggak. Abang cuman nggak percaya aja sama ucapan kamu barusan."

"Ucapan aku? Memangnya kenapa?"

"Ucapan kamu tadi menunjukkan kalau kamu sudah dewasa sekarang, kamu sudah bisa mikir jauh ke depan. Abang kagum kamu nggak nutup-nutupin perasaan kamu itu, susah lho biasanya buat jujur. Apalagi kamu perempuan, Abang laki-laki. Kadang, nggak semua kakak adik kayak kita bisa terbuka. Kamu hebat. Bangga rasanya punya Adik kayak kamu." ujar Kian.

Love Scenario [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang