Love Scenario | 55

54 13 0
                                    


Tidak ada obat rindu yang paling manjur, selain pertemuan dari sepasang insan yang bernasib mujur.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆









Kini Sea dan Keenan duduk berhadapan di meja bar yang berada di dapur rumah itu, jejak tangis Sea masih terlihat di matanya, dan Keenan hanya tersenyum menatap perempuannya itu.

"Kok nggak bilang dulu mau ke sini?" Akhirnya Sea mampu bersuara setelah hampir setengah jam terdiam sehabis menangis.

"Sengaja. Mau kasih kejutan." Tangan Keenan bersedekap di atas meja, membuat jarak keduanya semakin dekat.

Sea hanya terkekeh mendengar itu, seraya menghembuskan napas panjang. Mungkin karena ia lega telah menumpahkan rasa rindunya itu dengan menangis dipelukan Keenan. Ya, lelaki itu mendekapnya erat hingga ia berhenti menangis.

"Sampai kapan?"

"Maksudnya?" Keenan menautkan alisnya.

"Di sini. Sampai kapan?"

"Ya ampun, Sayang. Aku baru nyampe, lho. Udah mau diusir aja?" Tidak percaya rasanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Sea setelah lama mereka tidak bertemu.

Sea berdeham sambil mengusap tengkuknya pelan. Ia masih saja gugup berhadapan dengan Keenan. Dan lagi, panggilan 'sayang' itu membuatnya sedikit risih.

"Ya-nggak. Maksud aku, kalau kamu lama di sini gimana kerjaan kamu?" Keenan baru saja mengambil alih salah satu dari beberapa perusahan milik ayahnya. Setelah lulus dari kuliahnya tahun lalu, Ayah langsung memberi tanggung jawab besar pada Keenan, dengan memberikan kedudukan penting di perusahaan itu.

"Aku akan pulang. Tapi nanti."

"Kapan?"

Keenan melebarkan matanya sebelum menjawab, "Mau banget aku tinggal pergi?"

"Astaga nggak gitu." Sea mengusap ujung hidungnya, "Bisa nggak jangan salah artikan ucapan aku?"

Keenan terlihat mengulum senyumnya ketika menatap Sea, "Iya iya. Aku cuma bercanda."

Hening. Keduanya hanya saling diam saat ini, menatap ke arah teh yang berada di depan mereka, yang sepertinya sudah mulai dingin itu. Pertemuan pertama keduanya setelah hampir enam tahun berpisah, ternyata seperti ini rasanya. Ada kecanggungan di antara mereka, ada rindu yang tersampaikan, ada sesuatu yang ingin dikatakan namun mereka kebingungan harus bagaimana memulainya.

Akhirnya Keenan memecah hening di antara keduanya, "Kok diam?"

Sea mendongak, mengalihkan pandangan nya dari teh-yang sedari tadi hanya bolak balik diaduk nya-ke arah laki-laki yang kini berada di hadapannya. "Nggak. Aku ... nggak nyangka aja, secepat ini bisa ketemu sama kamu."

Secepat ini? Padahal bagi Keenan rentang waktu itu sangat lama, tapi Sea menyebutnya 'secepat ini'? "Aku ngerti." Gumam Keenan, "Pasti sulit bertemu lagi dengan ... orang yang selama ini kamu hindari." Pandangannya menunduk, menatap jemari tangannya yang sudah saling bertaut itu.

Sea menyunggingkan senyum kecil, bukan senyum tulus, ada sedikit getir dari senyumnya itu.

"Kamu sudah berhasil menghindari aku selama enam tahun ini." lanjut Keenan, pandangannya kini terangkat, menatap langsung iris mata yang sudah sangat ia rindukan itu.

Cukup lama Sea tertegun. Balas menatap Keenan.

"Aku nggak bisa menjanjikan apapun lagi sama kamu. Aku cuma minta satu hal, tolong kasih aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita yang sudah aku rusak kemarin." ucap Keenan.

Love Scenario [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें