Love Scenario | 43

32 13 0
                                    


Dalam hidup, kadang kamu akan kehilangan orang yang kamu cintai. Mereka memang tidak ada di kehidupanmu lagi, namun tetap ada di dalam hati.

•••••

Happy reading 💙❤️

Jangan lupa vote 🙆🙆🙆








Setelah zuhur dan setelah dimandikan, jenazah Mami dan Papi langsung di bawa menuju pemakaman, di San Diego Hills Memorial Park, Karawang.

Banyak para pelayat yang ikut mengantarkan ke tempat pemakaman, para kolega bisnis Mami dan Papi, termasuk kedua orang tua Aroof. Para guru dan teman-teman sekolahnya Sea, teman satu kampusnya Kian, para tetangga sebelah rumah, serta kerabat dekat mereka.

Tangis Sea tidak henti-hentinya terdengar, ia kini berada dalam rangkulan Bunda, dengan dikelilingi teman-teman dekatnya.

Kian tidak terlihat menangis sama sekali, namun wajahnya mampu menunjukan betapa besar kesedihan yang kini ia rasakan, terlebih saat ia bertugas mengumandangkan adzan untuk yang terakhir kalinya kepada kedua orang tuanya. Suaranya bergetar, sesekali ia terlihat menahan tangis, ia berusaha untuk tetap tegar di depan adiknya.

Saat tanah perlahan menimbun jasad yang sudah tidak bernyawa itu, air mata Sea jatuh tidak terkendali, tangisnya makin menjadi, karena ia pikir ini adalah kali terakhir melihat kedua orang tuanya sebelum tanah menutup sempurna pusara itu.

Suara tangisnya menular, membuat seluruh orang yang mendengarnya ikut menangis tersedu, bahkan Kian pun kini menangis walau tanpa suara. Saat ia ikut menimbunkan tanah ke kedua pusara itu, hatinya serasa teriris. Mengantarkan kedua orang yang sangat ia sayangi itu ke tempat terakhir adalah hal paling berat yang pernah ia lakukan. Terlebih suara tangis Sea yang mampu meruntuhkan pertahanan dirinya yang sejak tadi ia tahan untuk tetap tegar. Kian gagal, tangisnya pecah ketika lubang pusara itu menutup sempurna dan menjadi timbunan. Tubuhnya bergetar hebat, ia terduduk dengan posisi lutut dan kedua tangan menyentuh tanah, di sisi pusara itu dengan wajah yang menunduk, Kian mengeluarkan air matanya yang sudah lama ia tahan.

Ketika bunga-bunga mawar ditaburkan, air mata Sea mulai mereda namun ia masih terisak sesekali. Mawar putih menjadi pilihan Sea, karena itu adalah bunga kesukaan Mami dan Papi. Ada banyak bunga yang ditaburkan di dua pusara itu, menutup sempurna tanah yang berwarna coklat.

Setelah seluruh pelayat memberikan ucapan duka untuk Sea dan Kian, mereka satu persatu pergi meninggalkan tempat itu. Tersisa kedua belas remaja itu, dengan kedua orang tua Keenan, Barra, Kian serta Arsen. Mereka memilih untuk menetap lebih lama daripada yang lain di sana.

•••

Tiga puluh menit kemudian,

"Sea, ayo pulang." Ajak Bunda.

Sea menggeleng, "Sebentar lagi, Bun. Aku mohon." Dengan matanya yang tidak lepas dari kedua nisan yang berada di depannya.

Bunda menghela napas, seolah mengerti dengan permintaan Sea. "Kian, Bunda sama Ayah pulang duluan, ya? Biar kita yang urus rumah." ujar Bunda seraya mengusap punggung Kian.

"Iya, Bun. Kita di sini dulu sebentar lagi." Kian mendongak menatap Bunda dan Ayah yang kini sudah berdiri.

Hening, tidak ada suara di depan kedua makam itu. Ketika Keenan ingin mendekat menghampiri Sea, Arsen terlihat lebih dulu bergerak, membuat Aroof dan Aldebaran terkejut dan menatap cepat ke arah Keenan yang kini terlihat tertegun di tempat. Arsen duduk tepat di sebelah Sea dan menggenggam tangannya, lalu mengusap lembut tangan itu dengan tangannya yang lain. Terlihat sesekali ia menghapus air mata yang jatuh di pipi perempuan itu.

Love Scenario [END]Where stories live. Discover now