(5) Sisa Pengkhianatan

1.5K 204 6
                                    

"Eh, loe sudah sampai ternyata." Titah Roy saat mengetahui seseorang yang akan menjemputnya sudah sampai. Namun pria yang diajak bicara Roy itu malah memandangi gadis di sampingnya. Begitu pun dengan Andin yang masih mencoba memutar ingatannya tentang sosok di depannya itu.

"Kamu...?" Pria itu menunjuk Andin dengan tersenyum.

"Bapak yang waktu itu saya tabrak ya?" Tanya Andin seraya berdiri. Andin akhirnya mengingatnya. Aldebaran terkekeh ringan, kemudian mengangguk. Roy yang masih duduk, tatkala melihat sikap kedua orang tersebut malah membuatnya bingung.

"Astaga, saya hampir lupa. Maaf ya, Pak." Tutur Andin.

"It's okay."

"Kalian saling kenal?" Roy yang penasaran pun segera ikut berdiri, menatap keduanya penasaran.

"Gak kenal sih. Cuma pernah ketemu saja gara-gara insiden kecil." Jawab Andin. Begitu mendengar jawaban Andin, Roy beralih menatap sang kakak yang masih tersenyum simpul menatap gadis itu.

"Oh iya, kita sampai lupa kenalan. Saya Aldebaran." Aldebaran mengulurkan tangannya untuk berkenalan lebih lanjut dengan gadis itu. Roy yang melihat tingkah tak biasa dari saudaranya itu, mulai merasa curiga.

"Saya Andin." Sambut Andin.

"But sorry, saya tidak membawa sweater kamu." Ucap Aldebaran, teringat.

"Gak apa-apa, Pak. Bisa lain kali. Baju yang kemarin juga masih di saya."

"Ya, oke. No problem. By the way, jangan panggil 'pak'."

"Oh iya." Andin terlihat salah tingkah.

"Ehem! Ada gue disini." Tegur Roy, usil sambil melirik keduanya bergantian.

"Jadi Andin, laki-laki yang loe panggil 'Pak' ini alias tuan muda Aldebaran ini, dia adalah abang gue." Jelas Roy membuat Andin cukup kaget. Aldebaran menatap adiknya itu dengan tatapan seakan memperingatkan tatkala mendengar penyebutan berlebihan yang keluar dari mulut Roy di hadapan gadis itu.

"Kalian adik-kakak?" Andin mencoba meyakinkan.

"Iya." Jawab Aldebaran.

"Kenapa? Gak percaya? Memang kita nggak mirip apa?" Protes Roy.

"Nggak sih." Jawab Andin dengan nada pelan, namun masih bisa didengar oleh keduanya. Aldebaran hanya tertawa kecil, sedangkan Roy berdecak kesal.

"Yaudah deh, kita cabut yuk. Gue sudah ditungguin produser ini." Desak Roy sesaat setelah menengok jam tangannya.

"Yaudah." Respon Aldebaran.

"Andin, gue duluan ya. Soal yang tadi, kita obrolan via chat saja ya."

"Yaudah, sana." Balas Andin dengan nada mengusir.

"Saya dan Roy duluan." Kali ini Aldebaran yang bicara dengan nada tenangnya. Andin pun membalasnya dengan tersenyum simpul.

"Iya, silahkan."

Di dalam sebuah mobil tipe BMW 750 dengan warna hitam legam milik Aldebaran, Roy sedang sibuk mengotak-atik playlist lagu yang ada disana. Sesekali ia terlihat bertanya pada sang kakak yang fokus mengemudi, dan sesekali ia beralih memperhatikan ponselnya.

"Projek baru, film lagi?" Tanya Aldebaran melirik Roy sesaat lalu kembali menatap ke depan.

"No. Kali ini web series. Lebih seru kayaknya." Jawab Roy membuat Aldebaran hanya manggut-manggut, mengerti.

"Harus nonton loh nanti. Support adiknya." Imbuh Roy membuat Aldebaran terkekeh.

"Iya... Kalau ada waktu ya." Jawab Aldebaran masih fokus menyetir. Roy mendengus sebal.

Forever AfterWhere stories live. Discover now