(32) Jangan Takut

1.7K 306 18
                                    

                Tanpa mendengarkan sahutan dari sahabatnya itu lagi, Aldebaran langsung mematikan sambungannya, memasukkan ponsel itu pada saku celana sambil berjalan cepat keluar dari kamar hotel tersebut.

Dengan setengah berlari, Aldebaran menyusuri koridor deretan kamar hotel tersebut. Hingga langkah kakinya terhenti saat melihat kerumunan orang di depan sebuah lift yang nampak tertutup. Dengan bingung, Aldebaran berbaur disana mencoba untuk bertanya.

"Ini ada apa?"

"Lift ini lagi macet, Pak. Kalau bapak mau pakai lift, yang di sebelahnya saja. Atau kalau mau yang lebih aman lagi, lewat tangga darurat saja, Pak." Jawab seorang pria berseragam hitam putih, yang nampaknya merupakan karyawan hotel tersebut.

"Macet? Sejak kapan?"

"Dari sepuluh menitan yang lalu, Pak. Di dalamnya masih terjebak anak kecil." Katanya membuat Aldebaran kaget.

"Anak kecil sendirian?" Tanya Aldebaran, mulai panik. Pikirannya langsung tertuju pada Andin yang sejak tadi belum sampai ke rooftop.

"Katanya sih begitu, Pak."

"Ada orang dewasa juga sepertinya, Pak." Timpal seorang karyawan hotel yang baru saja bergabung disana.

"Perempuan?" Aldebaran kembali bertanya, cemas.

"Sepertinya begitu, Pak. Tadi saat di lantai atas suaranya masih terdengar."

"Astaga. Lalu kenapa kalian disini, kenapa tidak memanggil teknisi?"

"Sudah, Pak. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan kesini."

Aldebaran memukul-mukul pintu lift tersebut dengan kepalan tangannya sambil berseru.

"Andinn!"

"Kamu di dalam?!"

"Nggak ada suara, Pak." Ujar teknisi.

"Andin! Kamu bisa dengar saya?!!" Aldebaran kembali berseru.

"Mas!" Suara perempuan dari dalam lift tersebut terdengar samar membuat Aldebaran terpekur sesaat.

"Andin, kamu di dalam?!!"

Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Aldebaran berniat ingin turun memanggil teknisi untuk menolong. Namun tepat saat itu juga, dua orang teknisi muncul dari arah tangga darurat dengan membawa berbagai peralatan untuk membuka lift yang rusak.

"Andin, kamu bertahan, ya!!" Seru Aldebaran, lagi.

"Pak, tolong segera selamatkan mereka yang terjebak, Pak!"

"Baik, Pak."

Dua teknisi berseragam biru dongker itu segera membongkar berbagai peralatan mereka dan mulai melakukan startegi untuk membongkar lift tersebut. Namun sekian menit waktu berlalu, keduanya belum bisa membuka pintu lift tersebut. Aldebaran yang hanya bisa menatap dengan tidak tenang, sesekali terdengar mendesak panik.

"Lift-nya turun lagi!" Kata salah satu teknisi tersebut.

"Kita ke bawah!" Ajak teknisi yang satunya lagi.

Tanpa perlu bertanya, Aldebaran bergegas mengikuti kedua teknisi tersebut yang turun melalui tangga darurat. Namun tampaknya pintu lift tersebut amat sulit terbuka. Hingga tim teknisi tersebut harus meminta tambahan orang dari tim mereka.

"Andin! Kamu masih dengar saya?!" Aldebaran tak hentinya menyerukan nama kekasihnya. Namun sudah beberapa kali ia berseru tak terdapat sahutan.

"Kenapa lama sekali, Pak?! Anak saya bagaimana?!" Seorang laki-laki tiba-tiba datang dengan wajah panik bercampur amarah kepada para teknisi tersebut.

Forever AfterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora