(9) Penasaran

1.7K 215 6
                                    

Aldebaran yang baru tiba di rumahnya langsung menitipkan kunci mobilnya pada seorang satpam yang berjaga disana. Ia memasuki rumah dan ingin buru-buru menuju kamar akan tetapi langkahnya terhenti saat seorang wanita paruh baya berdaster sederhana memanggilnya. Aldebaran tersenyum hangat.

"Den Al mau kemana? Semuanya sudah menunggu di meja makan untuk makan malam, Den." Kata wanita itu yang merupakan seorang asisten rumah tangga disana.

"Baru mau makan malam, Bik?" Tanya Aldebaran.

"Iya, semuanya menunggu aden pulang." Aldebaran melirik jam tangannya, lalu menyengir kecil.

"Oke, Bik. Saya kesana."

"Sok"

Aldebaran menyapa hangat meja makan yang telah dikelilingi oleh papa, mama, dan adiknya, Roy. Tampaknya mereka baru saja memulai makan malamnya. Semuanya disana sontak menoleh ke arah Aldebaran yang berdiri tepat di samping kursi yang biasa menjadi tempat duduknya.

"Ini dia yang ditungguin." Oceh Roy melihat kedatangan sang kakak.

"Baru pulang, Al?" Tanya sang papa.

"Maaf ya, aku telat." Ucap Aldebaran.

"Ayo makan." Giliran sang mama yang buka suara, menyuruh Al untuk segera bergabung makan malam bersama mereka.

"Sebenarnya, aku sudah makan sih, Ma..." Aldebaran memberi tahu sambil duduk pada tempatnya.

"Tapi karena masakan mama selalu enak, aku akan makan lagi." Lanjutnya membuat mama dan papanya saling melirik.

"Makan dimana kamu? Di kantor?" Tanya sang papa.

"Hari ini hari minggu, Pa. Aku nggak mungkin ke kantor. Tadi cuma ada meeting sama client."

"Oh iya, kamu meeting sama pak Bakti kan hari ini?" Aldebaran menatap diam sang papa sesaat, lantas tersenyum tipis.

"Benar, Pa. Aku meeting dengan pak Bakti tadi. Dan soal itu, ada yang mau aku bicarakan dengan papa nanti." Jawab Aldebaran membuat papanya menatap penasaran.

"Kedengarannya serius sekali." Respon sang papa membuat Aldebaran sedikit menyunggingkan bibirnya.

"Sudah di meja makan masih saja yang dibahas soal kerjaan. Ayo makan." Protes sang mama seraya mengambilkan potongan ayam balado ke piring putra sulungnya itu.

"Makasih, Ma." Ucap Aldebaran.

"Tahu nih, Ma. Nggak capek apa kerja mulu." Timpal Roy, setuju dengan sang mama. Aldebaran melirik adiknya itu.

"Kayak loe nggak aja, Roy." Balas Aldebaran membuat Roy kagok seketika, sedangkan sang papa hanya terkekeh ringan melihatnya.

"Jadi makan apa tadi di luar?" Rossa kembali bertanya pada putra sulungnya itu.

"Tumben banget loe makan malam di luar. Sama siapa? Sama angin ya? Hahaha." Ledek Roy namun tampaknya Aldebaran tak begitu ingin meladeni ledekan-ledekan tersebut. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, mencoba memaklumi adiknya yang memang pecicilan akut.

"Cuma makan nasi goreng." Kata Aldebaran, melahap suapan pertamanya.

"Nasi goreng? Tumben."

"Nggak papa, Ma. Lagi pengen aja."

"Sama siapa?" Sang mama tampak mulai mencurigai gelagat putranya yang sedari awal bergabung tadi tampak sedikit berbeda, lebih sering mengumbar senyuman meskipun tipis-tipis saja.

"Ada, teman." Jawab Aldebaran sekenanya.

"Sejak kapan loe punya teman? Biasanya juga sama Tommy doang." Roy kembali menimbrung, membuat sang kakak menatapnya sesaat dengan malas.

Forever AfterWhere stories live. Discover now