(37) Restu

1.3K 284 15
                                    

Hari menjelang sore. Di ruang perawatan itu terlihat Susan yang tertidur dengan posisi duduk serta kepala yang terebah pada bangkar putrinya yang sedang beristirahat. Baskara pun tampak tertidur pada sofa panjang di ruangan tersebut. Sementara Aldebaran sedang berbincang dengan seorang dokter yang baru saja memeriksa kondisi Andin.

"Kondisi pasien sudah cukup baik. Tapi untuk sementara ini pasien belum boleh makan terlebih dahulu, kecuali minum masih boleh." Ujar dokter tersebut membuat Aldebaran terlihat mendengarkan dengan serius.

"Kita harus menunggu Andin sampai dia bisa buang angin terlebih dahulu, karena pasca operasi memungkinkan adanya gas yang masuk dan harus dikeluarkan. Setelah gas itu dibuang barulah pasien boleh makan dan boleh pulang tentunya." Lanjutnya dokter tersebut. Aldebaran mengangguk paham kemudian melirik Andin sekilas.

"Untuk memancing supaya pasien cepat buang angin, anda bisa mengajaknya berjalan kaki di luar, tapi pelan-pelan dulu. Kalau dia merasa sakit atau capek, silahkan menggunakan kursi roda."

"Baik, dok. Nanti saya bantu dia untuk jalan pelan-pelan."

"Ya, bagus kalau begitu. Kalau ada apa-apa Anda bisa memanggil suster untuk membantu. Saya permisi kalau begitu."

"Terima kasih, dokter."

"Sama-sama."

Susan terusik saat sayup-sayup mendengar obrolan Aldebaran dengan dokter putrinya sebeum akhirnya dokter tersebut keluar. Aldebaran tersenyum lebar saat melihat Susan yang sudah bangun dengan mata yang masih agak merah.

"Kamu habis bicara dengan dokter, Al?" Tanya Susan.

"Iya, tante. Tadi dokter habis memeriksa kondisi Andin, terus sekalian ngobrol sebentar."

"Ohh. Terus, bagaimana?Kapan Andin boleh pulang?"

"Dokter bilang kita harus menunggu sampai Andin bisa buang angin dan makan dulu. Kalau hari ini sudah bisa, besok mungkin Andin sudah diperbolehkan pulang."

"Oh, begitu, ya." Susan menggumam sambil menatap Andin.

"Tante sama Baskara kalau mau pulang dulu, saya bisa jaga Andin disini. Tante kelihatan capek sekali. Siapa tahu tante mau istirahat sebentar atau mandi." Tawar Aldebaran.

"Nggak, Al. Tante mau disini saja menemani Andin. Kamu yang seharusnya pulang dulu, karena dari pagi sudah di kantor kan, dan tiba-tiba harus kesini."

"Soal saya gampang, tante. Nanti malam mama mau kesini untuk menjenguk Andin, sekalian bawain baju ganti saya. Jadi saya bisa numpang mandi di rumah sakit saja. Saya tidak mau meninggalkan Andin." Balas Aldebaran. Mendengar hal itu, Susan menjadi penasaran ada hubungan apa antara Aldebaran dengan putrinya. Dan sebenarnya ia sudah lama penasaran dengan hal tersebut, hanya saja waktu itu ia belum ingin menanyakan langsung kepada Andin.

"Sebentar. Tante itu sudah lama penasaran sebenarnya..."

"Penasaran apa, tante?" Aldebaran mengerut, bingung.

"Kalian berdua ada hubungan spesial, ya?" Tanya Susan penuh curiga.

"Saya, tante?" Aldebaran balik bertanya dengan polosnya.

"Iya, kamu sama Andin. Kalian pacaran?"

Aldebaran tampak menyengir dengan sikap sedikit salah tingkah. Ia kembali melirik kepada Andin yang masih terlelap tenang. Jadi selama ini Andin belum pernah cerita soal hubungan mereka berdua kepada mamanya? Astaga, Andin, Andin. Itu artinya Aldebaran yang harus menceritakannya kepada calon mertuanya itu.

"Iya, tante. Sebenarnya, saya juga sudah melamar Andin sih, tan, tapi saat kami hanya berdua waktu itu." Ungkap Aldebaran membuat Susan terperangah kaget namun diikuti raut kegembiraan.

Forever AfterWhere stories live. Discover now