(12) Rumah Pagar Putih

1.4K 230 15
                                    

Malam ini mau up satu part lagi ah.

Btw, disini ada yang anak paguyuban twitter nggak? Kalau ada, yuk lah mutualan sama aku wkwk. Akunku (tw: @dekmonik) tapi sekarang udah jarang kebuka juga sih wkwk, atau kalau yang main instagram boleh mampir ke ig-ku dengan username yang mirip-mirip (ig: @dekmonikk). Isinya nggak ada apa-apa sih, cuma beberapa editan amatiran seputar Aldebaran Andin, xoxo.

YUK LAH KITA LANJUT!

___________________

Tak lama setelah perbincangan dari hati ke hati di taman komplek itu, Andin akhirnya memutuskan ingin kembali pulang. Aldebaran sempat menawarkan untuk gadis itu menginap di rumahnya saja untuk malam ini, karena Aldebaran tidak yakin saat Andin di rumah Andin bisa lebih tenang. Namun gadis itu meyakinkan bahwa dirinya sudah baik-baik saja. Andin ingin tahu keadaan sang mama. Aldebaran tidak bisa memaksanya, namun pria itu tetap akan menemani perjalanan Andin menuju rumahnya.

Dari jarak yang tak begitu jauh lagi dari rumahnya, Andin melihat sebuah mobil baru saja beranjak pergi dari sana. Aldebaran dan Andin saling menatap, lalu bergegas melanjutkan langkah mereka.

"Bas!" Panggil Andin pada sang adik yang baru saja akan masuk ke dalam rumah. Lelaki bertubuh jangkung itu berbalik dan melihat kakaknya berjalan cepat ke arahnya.

"Itu tadi dokter Thomas, ya?" Tanya Andin. Baskara mengangguk, kemudian beralih menatap kehadiran Aldebaran yang juga ada disana.

"Bagaimana keadaan mama sekarang?"

"Mama sudah lebih tenang, kak. Dia sudah tidur sekarang." Mendengar hal itu membuat Andin bisa bernafas lega. Aldebaran yang melihatnya ikut tersenyum simpul.

"Kalau begitu, aku mau melihat kondisi mama dulu." Ucap Andin. Ia beralih menatap Aldebaran di sebelahnya.

"Mas Al, terima kasih, ya, sudah menemaniku sampai rumah."

"Sama-sama. Kalau begitu, saya pulang sekarang ya."

"Iya, hati-hati, Mas." Ucap Andin dibalas dengan senyuman pria itu.

Bersamaan dengan Aldebaran yang mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah itu, Andin pun langsung bergegas masuk. Sementara Baskara yang masih melihat punggung Aldebaran yang akan keluar dari pagar rumahnya, tiba-tiba memanggil pria itu.

"Kak Al!" Seru Baskara menghentikan langkah Aldebaran. Pria tampan itu berbalik, melihat Baskara yang berjalan ke arahnya.

"Iya, Bas?" Baskara menatap Aldebaran dengan sedikit bingung membuat Aldebaran mengerutkan keningnya, tak mengerti.

"Ada apa, Baskara?" Aldebaran bertanya, lagi.

"Nggak, nggak apa-apa, Kak. Aku cuma mau mengucapkan terima kasih, karena Kak Al sudah menghibur Kak Andin." Tutur Baskara, sedikit sungkan. Dengan tersenyum, Aldebaran mengangguk mengerti.

"Saya tidak menghiburnya, Bas. Saya hanya menemaninya saja."

"Apapun itu, aku sangat berterima kasih."

"Sama-sama, Bas." Balas Aldebaran sambil menepuk sebelah pundak remaja itu.

"Saya senang melakukannya." Lanjut Aldebaran, tersenyum tulus. Dan Baskara bisa melihat ketulusan yang tercetak pada wajah pria itu. Hingga terbesit di pikiran remaja itu, apakah Aldebaran menyukai kakaknya?

"Saya pulang, ya."

"Iya, Kak. Hati-hati."

"Ya."

_______________________________________

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang