(50) Tunggu Aku

1.8K 335 100
                                    

Yang pada nungguin mana nih? Cung☝

Nih, author kasih deh, ehehe...

Happy reading, guys!

_____________________________________

Dengan langkahnya yang berat, Andin mengangguk dengan lemah ajakan dari Rossa agar mereka beranjak pulang. Sebab jika melihat dari jadwal nampaknya pesawat Aldebaran pun sudah take off, yang artinya tentu Aldebaran sudah terbang jauh meninggalkannya dengan rasa sesal karena tak sempat berbicara barang sedikit pun walau hanya sekedar ucapan perpisahan.

"Andin..." Susan datang bersama Baskara menghampiri mereka dengan rasa panik.

"Ma..." Lirih Andin dengan airmata yang kembali mengalir deras. Sang mama mengusap wajah putrinya dengan cemas.

"Aku terlambat. Mas Al sudah pergi." Ucapnya terisak.

"Ssttt, it's okay, sayang." Susan langsung memeluk putrinya itu dengan rasa prihatin.

"Suatu saat Al pasti kembali buat kamu." Susan melihat pada sahabatnya, Rossa, yang mengangguk dengan tersenyum simpul.

Andin terus memeluk mamanya dengan erat, menumpahkan luapan airmatanya yang sejak beberapa hari ini seolah tiada henti, hingga membuat matanya sembab dan terlihat pucat. Ditambah dengan kondisi kesehatannya yang sedang menurun, membuatnya semakin mudah mengeluarkan airmata tersebut.

"Andin!"

Suara besar namun terdengar lembut itu tiba-tiba menelisik tanpa permisi di telinganya. Andin tertegun dalam pelukan mamanya dengan isakannya yang seketika terhenti. Ia tahu pemilik suara itu. Andin sangat mengenalnya.

"Kak, lihat!" Ucap Baskara pada sang kakak dengan tatapan jauh ke depan.

"Al?" Roy menatap kaget.

Andin melepas pelukan dari sang mama. Kemudian ia membalikkan badannya untuk melihat seseorang yang baru saja menyerukan namanya. Andin terperangah dengan airmata yang kembali merembas. Namun wajahnya menunjukkan semburat sebuah senyuman bahagia.

Dari jarak beberapa meter, tampak Aldebaran berdiri tegak dengan sebuah senyuman simpul. Di belakangnya juga terdapat Tommy yang tersenyum sambil berjalan melalui atasannya dan bergabung bersama keluarga itu. Beberapa dari mereka tampak menganga karena tak percaya dengan Aldebaran yang ternyata berputar balik.

Aku yang paling kau cinta

Aku yang paling kau mau

Rahasiakan aku sedalam-dalamnya cintamu

Aku yang pasti kau cinta

Aku yang pasti kau mau

Selamanya, di hidupmu

Aku kekasihmu...

(Afgan – Sabar)

Dengan airmata yang mengalir deras, Andin langsung berlari sekuat tenaganya menuju pelukan pria itu. Aldebaran terpekur beberapa saat menyadari eratnya pelukan Andin yang menghantam tubuhnya, namun dengan cepat ia membalas dekapan itu tak kalah erat.

Andin tampaknya masih memiliki airmata yang tersimpan di pelupuk matanya, yang kini mengalir deras di pelukan pria itu. Ia bahkan tak mengerti lagi bagaimana perasaannya sekarang, seperti diaduk-aduk. Setelah sebelumnya ia bergumul dengan rasa panik, cemas, dan putus asa karena mengira kehilangan harapan. Kini, orang yang ia butuhkan sudah berada dalam pelukan eratnya. Bahagia sudah pasti.

Dengan bola mata yang menyimpan keharuan, Aldebaran terus mengusap punggung Andin dengan sesekali menciumi bahu wanitanya itu. Sejak semalam ia sudah mengharapkan Andin datang menemuinya, mengantarkan kepergiannya. Ia hanya bisa terus berharap, meskipun peluang kembalinya Andin ke dalam pelukannya sangat kecil. Tapi hanya itu yang mampu ia lakukan. Sehingga saat mendengar suara gadis itu memanggilnya di tengah keramaian, tentu ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan. Mata Aldebaran terbuka, menerawang pada apa yang ia lakukan beberpa saat yang lalu.

Forever AfterWhere stories live. Discover now