(23) Tabir Masa Lalu

1.4K 241 18
                                    

Sore, guys!

Berhubung telat UP, Kali ini kukasih part yang agak panjangan dikit. dikit doang sih. Yang lagi mantengin tv buat nunggu IDSA 2022 mulai (alias nunggu Al Andin cabang tv tampil disana, hehe) bisa sambil baca-baca dulu. Pasti agak panas dingin nih nebak-nebak kira-kira raga Al Andin tampil sama-sama nggak ya, huhuhu kangen banget sama Aladinku :(

Happy reading!

____________________________

Semakin sore keramaian di Coffeeshop itu kian menjadi. Mungkin karena kebanyakan orang-orang pulang kerja, pulang kuliah, pulang sekolah, dan akan dimulainya live music. Beruntung masih tersisa satu meja untuk mereka berdua. Andin pun telah menyelesaikan shift-nya di hari itu yang kebetulan hanya sampai sore. Gadis itu tak lagi mengenakan seragam lengkapnya, melainkan memakai pakaiannya semula.

Aldebaran mendongak menatap sang kekasih yang datang dengan penampilan yang telah berubah. Setengah cangkir kopi di hadapannya telah ia sesap bersama sepiring kentang goreng sebagai mengisi perutnya. Gadis itu tersenyum simpul dengan rambut indahnya yang tergerai sambil duduk di hadapan Aldebaran yang tak melepas pandangan darinya.

"Maaf ya, nunggu lama." Ucapnya.

"Nggak apa-apa. Resiko orang yang numpang harus menunggu orang yang dia tumpangi." Balas Aldebaran.

"Numpang? Maksudnya?" Andin mengerutkan kening dengan heran.

"Iya, saya pulang numpang sama kamu saja. Mobil saya nggak ada." Kata Aldebaran dengan enteng.

"Kamu nggak usah bercanda deh, Mas. Aku pakai sepeda, loh."

"Kenapa memangnya? Saya juga bisa naik sepeda. Kamu lupa, kita pernah keliling komplek naik sepeda?" Aldebaran tersenyum miring.

"Tapi kan ini lebih jauh. Yang ada kamu kecapekan."

"Justru karena lebih jauh, saya jadi bisa berlama-lama sama kamu." Jawab Aldebaran dengan gombalannya namun tetap terlihat santai. Hal itu spontan membuat kedua pipi gadis itu merona.

Senyuman pria itu perlahan memudar saat mengingat janji pertemuannya dengan Ferdinand nanti malam. Sejujurnya, ia ingin sekali memberitahu Andin bahwa ia akan bertemu dengan sang papa, tetapi Aldebaran sadar bahwa itu pasti akan kembali menyakiti gadis itu. Aldebaran berniat ingin mencari tahu lebih banyak dulu, apabila keadaannya memungkinkan, baru ia akan memberitahu kekasihnya itu.

"Kita pulang sekarang?" Tanya Andin sambil menyandang tasnya.

"Oke." Balas Aldebaran, mulai beranjak dari duduknya.

Pria itu mengulurkan salah satu tangannya, dengan maksud agar Andin mau bergandengan tangan dengannya. Andin tersenyum manis, dan langsung menyambut tangan itu. Masing-masing jemari mereka saling bertautan dengan langkah yang mulai berjalan ke arah pintu keluar.

"Aldebaran!" Panggil seseorang membuat langkah kedua sejoli itu sontak terhenti. Keduanya menoleh bersamaan kepada sumber suara. Terlihat Daniel yang berjalan ke arah mereka.

"Daniel?" Gumam Andin, pelan. Aldebaran melirik Andin sekilas, lalu kembali menatap ke arah Daniel yang semakin dekat.

"Sorry, gue berhentiin kalian." Ucap Daniel yang sudah ada di hadapan mereka.

"It's okay. Ada apa Anda memanggil saya?" Balas Aldebaran. Daniel melirik Andin yang hanya menatapnya dengan tatapan dingin, kemudian kembali mengalihkan pandangannya kepada Aldebaran.

"Gue..."

"Gue mau mau minta maaf soal kesalahpahaman kemarin. Gue merasa bersalah karena sudah bersikap gegabah sama loe. Gue nggak bisa kontrol emosi saat itu." Ucap Daniel, tampak ragu.

Forever AfterWhere stories live. Discover now