(28) Gala Premier

1.5K 257 44
                                    

Keesokan harinya, Andin yang baru beberapa saat sampai di kantor desain dengan segala persiapannya langsung diajak berangkat ke Bandung oleh Darwin menggunakan mobil pribadinya yang disetir oleh supirnya sendiri.

Selama perjalanan Jakarta ke Bandung, Darwin banyak mengajak mengobrol Andin mengenai projek yang akan mereka lakukan selama dua hari di Bandung. Seperti biasa, Andin selalu menyimak dengan seksama setiap kali seniornya itu menjelaskan sesuatu. Andin tentu senang sekali dengan ilmu-ilmu baru tentang dunia yang ia geluti tersebut.

Tiga jam berlalu dengan segala kemacetan yang terjadi di perjalanan mereka, akhirnya Andin dan Darwin tiba di sebuah gedung megah yang biasa disebut hotel. Saat Andin dan Darwin turun dari mobil beserta bawaan mereka masing-masing, mobil yang mereka tumpangi itu langsung berlalu pergi.

"Ini hotelnya, Pak?" Tanya Andin saat mereka akan memasuki pintu besar utama hotel tersebut.

"Iya, ini dia."

Baru saja mereka melewati pintu kaca besar itu, keduanya disambut oleh dua orang dengan pakaian formal. Salah satunya seorang pria bertubuh tinggi besar dengan setelan kemeja, dasi, dan jas. Sedangkan satunya lagi merupakan seorang wanita dengan pakaian yang sama formalnya.

"Selamat datang, mister Darwin." Sapa pria bertubuh besar itu kepada Darwin.

"Thank you, mister." Balas Darwin, ramah.

"Bagaimana perjalanan kalian kemari?"

"Nothing special. Seperti biasa, macet." Jawab Darwin, terkekeh, mengundang lawan bicaranya itu ikut tertawa.

"Who is...?" Tanya pria itu sambil menatap ke arah Andin yang tersenyum, kikuk.

"Ah iya. Perkenalkan, ini adalah asisten saya. Namanya Andini or we call her as Andin."

"Oh, halo nona Andin. Perkenalkan nama saya Tokas Sihombing, saya manajer hotel ini. Dan ini adalah sekretaris saya, namanya Gista."

"Halo, pak, bu. Salam kenal dari saya." Balas Andin, tersenyum ramah.

"Salam kenal, Andin." Balas perempuan bernama Gista tersebut.

"Nice to meet you two. Omong-omong, kamar kalian masing-masing sudah kami siapkan. Mister Darwin dan Nona Andin bisa beristirahat dulu beberapa saat. Setelah makan siang, kita bisa mulai meeting khususnya." Ucap Tokas.

"Oh, sure. Perjalanan tiga jam karena kemacetan ternyata cukup melelahkan." Sahut Darwin membuat mereka tertawa bersamaan.

"Mari kami antarkan." Kali ini Gista menimpali saat dua orang roomboy dengan seragam khasnya datang untuk membawakan koper mereka berdua.

"Terima kasih." Ucap Andin.

Andin merebahkan tubuhnya di atas springbed besar yang beralaskan bedcover tebal dan lembut berwarna krim kecoklatan. Ia menghela nafas beratnya saat setelah melihat jam telah menunjukkan pukul 11 siang, yang mana itu berarti waktu istirahatnya hanya bersisa satu jam.

Gadis itu bangkit melepas bletzer abu-abu yang sedari tadi melapisi blus krim yang melekat di tubuhnya. Ia mengaitkan bletzer tersebut pada hanger stand yang memang disediakan pada kamar hotel tersebut, kemudian membuka horden jendela kaca yang memperlihatkan kepadatan lalu lintas di jalan raya kota Bandung tersebut.

Tiba-tiba ponselnya berdering, penanda bahwa seseorang menelponnya. Andin bergegas berjalan kembali ke arah tempat tidur dan meraih benda pipih tersebut. Gadis itu tersenyum simpul saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Forever AfterWhere stories live. Discover now