(25) Cemburu

1.7K 278 26
                                    

Akhirnya bisa UP lagi nih, ehehe.

Selamat membaca dan selamat berhalu-halu bandung, readers, wkk!

______________________________

Hari-hari berlalu. Segalanya berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada yang berubah selain paduan kasih Aldebaran dan Andin yang kian hangat. Aldebaran yang dingin selalu bisa mencair saat Andin ada di sisinya, meski tetap dengan sikapnya yang kadang terasa kaku bagi Andin. Tapi tidak masalah. Justru itulah daya tarik Aldebaran di mata sang kekasih. Kekakuan pria itu membuatnya berbeda dari lelaki kebanyakan.

Saat ini aktivitas Andin bertambah dengan bergabungnya ia di D&G Firma, salah satu kantor desain interior yang dimiliki oleh Darwin dan rekannya. Andin akan bergabung disana selama beberapa bulan untuk menjalankan salah satu misi mata kuliahnya, melakukan observasi terhadap profesi konsultan interior, yang mana profesi itu melekat pada Darwin.

"Bagaimana, Andin? Kira-kira betah nggak kerja disini?" Tanya salah seorang wanita yang tampak sedikit lebih tua dari Andin. Wanita itu duduk pada kursi kerjanya saat melihat Andin yang baru saja datang membawa beberapa map dokumen.

"Betah banget, mbak. Ternyata pak Darwin orangnya perfeksionis banget ya." Jawab Andin sambil duduk pada kursi kerjanya yang berseberangan dengan wanita itu.

"Bukan main kalau itu. Dia memang baik banget, perfeksionis, humoris, tapi kalau dia sudah marah dan kehilangan kesabarannya, jangan harap kita bisa keluar dari ruangannya dengan tenang. Minimal loe bakal nangis atau panas dingin lah." Kata wanita itu.

"Serius?"

"Iya. Loe harus tahu itu sih." Raut wajah Andin jadi terlihat tegang.

"Permisi, ada mbak Andin?"

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan seragam office boy membawa sebuah buket bunga dengan ukuran cukup besar. Dahi Andin seketika mengerut saat office boy tersebut menanyakan namanya.

"Ya, Pak Tito?" Andin menyahut.

"Ini ada kiriman bunga buat mbak Andin katanya." Kata laki-laki itu sambil mendekat untuk menyerahkan buket tersebut kepada Andin.

"Dari siapa, Pak?" Tanya Andin, bingung.

"Saya kurang tahu, mbak. Tadi dianter sama kurir di depan, katanya disuruh kasih ke yang namanya Andin."

"Bener sih, orang di kantor ini kan yang namanya Andin cuma loe doang." Wanita yang tadi ikut menimbrung sambil melihat buket tersebut dengan rasa yang tak kalah penasaran.

"Iya, sih. Yaudah, makasih ya, Pak."

"Sama-sama, mbak. Saya permisi." Sang office boy tersebut pun langsung melenggang pergi.

"Siapa ya?" Gumam Andin.

"Coba cek dulu gih, siapa tahu ada kartu namanya." Usul wanita bernama windy tersebut. Andin mengangguk dan tampak mencari-cari sesuatu yang mungkin terdapat di antara buket bunga mawar merah muda dan bunga lily tersebut.

"Ada?"

"Kartu ucapan dari toko floristnya saja. Nggak ada identitas pengirim." Kata Andin. Kedua perempuan itu tampak berpikir.

"Kamu punya pacar atau gebetan nggak? Dari dia kali."

Andin mendadak terdiam. Astaga! Kenapa ia tidak kepikiran kalau bunga itu bisa saja dari Aldebaran. Apalagi pria itu kadang suka melakukan sesuatu yang di luar dugaannya. Tapi jika bunga itu darinya, kenapa ia harus menyembunyikan identitasnya?

"Andin!" Panggil seseorang membuat kedua perempuan itu menoleh secara bersamaan.

"Iya, Pak?" Sahut Andin pada pria berambut gondrong dan ikal yang memanggilnya di depan pintu ruangannya.

Forever AfterWhere stories live. Discover now