(30) Apa yang Terjadi?

2.5K 304 67
                                    

C E K I D O T T T!!!

_______________________________________

.

.

"Ahh..."

"I can't stop it, Andin. Oh God..."

"Mas..."

Andin terbangun dan mengerjapkan matanya, berusaha mengingat apa yang terjadi. Ia menyingkap selimut memastikan pakaiannya. Masih utuh. Bahkan bletzer-nya pun tidak terlepas sama sekali. Andin menoleh ke sebelahnya, tidak ada siapa-siapa. Kemana Aldebaran?

Pandangan Andin terhenti pada sosok pria yang terlelap di sofa panjang, di samping jendela balkon yang tak jauh dari tempat tidurnya. Andin bisa bernafas lega menyadari bahwa tidak terjadi hal yang tidak-tidak di antara mereka.

Namun kemudian ia tersipu mengingat mimpi yang sempat menghampiri tidurnya beberapa saat yang lalu. Ia menutup separuh wajahnya dengan selimut, menahan malu. Seperti ada sekelompok kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Pipinya memerah. Astaga Andin, kok bisa-bisanya memimpikan hal seperti itu? Senyumannya seolah tak bisa lenyap.

Ia baru ingat bahwa tadi malam sepertinya ia tertidur saat Aldebaran membantunya menyelesaikan desain yang sudah ia buat. Setelahnya, ia sudah tidak ingat. Mungkin saja Aldebaran yang memindahkannya ke atas tempat tidur dan menyelimutinya. Andin juga melihat laptop dan semua kertas serta alat tulisnya telah tersusun rapi di atas nakas, yang mungkin juga karena Aldebaran yang merapikannya.

Andin meraih ponselnya, mengecek isi notifikasi yang masuk. Disana terdapat salah satu chat dari Darwin, atasannya. Dengan cepat, Andin segera mengetik untuk memberikan balasan. Setelah itu ia bangkit sambil menguncir rambutnya, berjalan menghampiri Aldebaran.

"Kasian." Gumam Andin, tersenyum manis memperhatikan wajah tenang pria itu yang terlelap.

Andin mengambil sebuah selimut dari dalam lemari dan menyelimuti tubuh kekasihnya itu, menggantikan jas hitam yang kemudian Andin ambil. Ia sedikit menjongkok untuk memperhatikan wajah Aldebaran dari dekat. Bibirnya kembali tertarik membentuk sebuah senyuman, saat ingatan tentang mimpinya tadi masih wara-wiri di kepalanya. Jangan sampai Aldebaran tahu tentang mimpi erotisnya itu, pikir Andin dengan salah tingkah sendiri.

"Good morning." Ucap Andin dengan suara berbisik. Tak ada respon dari Aldebaran.

Dengan gemas Andin menyentuhkan telunjuknya pada puncak hidung Aldebaran yang mancung. Gadis itu tertawa tanpa suara saat Aldebaran terusik dengan mengusap hidungnya, seolah merasa terganggu. Namun sesaat kemudian, Aldebaran kembali tertidur dengan tenang.

Andin bangkit dari posisi jongkoknya, lalu menunduk dan mengecup kening Aldebaran dengan tulus. Gadis itu tersenyum lembut sambil mengusap rambut kekasihnya. Hingga perhatiannya teralihkan pada getaran ponsel Aldebaran yang rupanya terjatuh di lantai. Andin segera mengambilnya, sekaligus melihat siapa yang menelepon.

"Tommy?" Gumamnya.

Andin terlihat bimbang apakah harus mengangkatnya atau tidak. Ia tidak mau mengganggu tidur Aldebaran, sebab pria itu pasti masih kelelahan karena perjalanan dari Jakarta ke Bandung yang larut malam, ditambah lagi Aldebaran membantu menyelesaikan pekerjaannya di saat ia sudah tertidur.

"Angkat kali ya? Siapa tahu penting." Tanpa menunggu lebih lama lagi, Andin pun menyambut panggilan dari asisten pribadi Aldebaran tersebut.

"Selamat pagi, Pak." Sapa seseorang itu membuat Andin kembali melirik Aldebaran yang masih tertidur pulas.

Forever AfterWhere stories live. Discover now