(33) Ketenangan

1.6K 272 17
                                    

Halloooo!

Duh, udah lama juga ya nggak UP part baru. Maap ya, author-nya kemarin masih terbawa euforia comeback-nya Aldebaran cabang tv sampai lupa buat nulis lagi, wkwk. Tapi belakangan ceritanya udah mulai boring lagi sih, jadinya author agak menepi dikit sama laptop sehingga berhasil melanjutkan tulisan, hahahaa *banyakalesan.

Silahkan dibaca bagi yang kangen. Kalau lupa kemarin sampai mana, monggo dibaca ulang dari part sebelumnya, hehe.

Happy reading, guys!

________________________________

Hampir dua jam berselang, Andin masih terlelap dalam tidurnya yang lelah. Aldebaran yang ikut berbaring di samping gadis itu, di ranjang yang sama, tanpa mengalihkan pandangannya dari sang kekasih. Sudah cukup lama ia dengan posisi berbaring menyamping, memandangi wajah kekasihnya yang tertidur tenang. Sesekali ia terlihat tersenyum.

Sebelumnya Aldebaran juga menyuruh seseorang untuk membelikannya pakaian, sebab ia ke Bandung tidak membawa pakaian ganti satu pun. Selepas orang itu datang mengantarkan, ia pun sempat menyegarkan dirinya di kamar mandi, selama Andin masih tertidur.

"Maafkan saya." Lirih Aldebaran dengan tatapan sendunya. Andin mengganti posisi tidurnya menjadi menyamping, tepat saling berhadapan dengan Aldebaran. Pria itu bisa semakin leluasa memandangi paras yang hampir cantik sempurna itu.

Memandangi wajah kekasihnya itu terasa menenangkan bagi Aldebaran. Meskipun di balik wajah tenangnya, Aldebaran tahu telah ada begitu banyak terjal jalan yang gadis itu lalui di hidupnya dengan sendirian.

Pikirannya melayang, mengingat sesuatu sesaat setelah Darwin pergi dari kamar itu. Ia mendapatkan telepon dari asisten pribadinya bahwa Ferdinand memberitahu dirinya akan kembali ke Jakarta esok hari. Ferdinand meminta kepada Tommy untuk dihubungkan kepada Aldebaran.

"Halo, Al. Apa kabar?"

"Hai, Pak. Saya baik." Jawab Aldebaran pada Pak Ferdinand yang baru saja mendapatkan nomor pribadi Aldebaran dari Tommy.

"Besok kamu ada waktu? Kalau boleh, saya mau kita bertemu." Ucap Ferdinand terdengar antusias. Aldebaran terdiam sesaat.

"Boleh." Jawab Aldebaran, ragu-ragu sambil menatap Andin yang terlelap di hadapannya.

"Syukurlah, saya senang mendengar kesediaan kamu."

"Oh iya, Andin apa kabar? Apa kamu sedang bersamanya?" Aldebaran kembali terpaku. Ia terlihat bingung harus memberikan jawaban apa. Apakah Aldebaran harus mengungkapkan kejadian yang baru saja menimpa putrinya itu? Atau sebaiknya ia tutupi saja?

"Andin..." Aldebaran menggantung kalimatnya.

"She is okay, right?" Aldebaran terkekeh dengan dipaksakan.

"She is okay." Jawab Aldebaran.

"Are you sure?"

"Ya. Sejak kemarin dia dan atasannya ada projek di Bandung. Lalu tadi malam saya menyusul mereka. Mungkin nanti sore kami akan pulang ke Jakarta." Timpal Aldebaran.

"Oh ya? Wah, menyenangkan sekali bisa menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai." Kata Ferdinand diakhiri dengan tawa renyahnya. Aldebaran ikut tertawa, pelan.

"Dia sedang apa, Al?"

"Andin sedang istirahat di kamarnya, Pak. Kebetulan agenda kerja mereka hari ini sudah selesai." Jawab Aldebaran.

"Ah, pasti dia kelelahan sekali." Ucap Ferdinand membuat Aldebaran tersenyum miris, membayangkan pria itu yang pasti sangat meindukan putrinya yang sulit ia rengkuh.

Forever AfterWhere stories live. Discover now