First Kiss

1.9K 206 6
                                    

Disclaimer: Adegan ini mengandung unsur 18+, sebaiknya tidak dibaca saat sedang berpuasa.

Happy Reading💜

Di pesta itu, aku menghindari dua orang yang sedang bermesraan di tengah lorong dan berjalan ke meja tempat mereka menyajikan minuman. Aku mengambil segelas minuman, menenggaknya dalam satu tegukan, menikmati perasaan hangat yang menjalar di perutku.

Ini mungkin gelas ketigaku, tetapi aku tidak khawatir akan mabuk. Aku memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol. Mengambil gelas lain, aku sudah memasukkannya ke mulutku sebelum benda itu direnggut dari tanganku.

Aku melihat ke arah pelaku dan mataku melebar saat melihat Taehyung menjulang di atasku, minumanku di tangannya.

"Hanya karena kau ada di pesta, bukan berarti kau harus minum," ia menegur sebelum meneguk minumanku.

Contoh yang baik.

Ia meletakkan gelas kosong, lalu mengambil gelas lain. Ia baru akan pergi saat ia tiba-tiba berhenti, menatapku seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi saat itu, Jhope, teman sekelasnya melingkarkan tangannya di bahu Taehyung.

"Ayo Bung, ada beberapa mahasiswi di sana!" teriaknya, ia jelas mabuk. Taehyung menatapnya lalu kembali menatapku, ekspresinya tak terbaca, aku melihatnya menyesap minumannya lalu menyerahkan sisanya padaku. Aku menerimanya tanpa sepatah kata pun, menyaksikan ia diseret oleh temannya.

Mahasiswi.

Aku menghela napas, tidak tahu mengapa aku merasa kecewa. Aku membanting gelas di meja, cairan tumpah dari samping. Sudah waktunya aku melupakannya, pikirku dan aku pergi mencari Eunha yang sedang berdansa bergerak mengikuti irama musik, Jaehyun di sisinya. Aku meraih tangannya.

"Mencari pacar ingat?" bisikku, menyeretnya menjauh dari tempat dansa dan menjauh dari Jaehyun yang bahkan tidak menyadari bahwa ia tidak berdansa dengannya lagi.

"Oh benar! Kau beruntung temanku. Aku bicara dengan beberapa pemuda malam ini dan tahukah kau, tidak satupun dari mereka gay."

Aku menatapnya horor, apakah dia mabuk? Bagaimana aku bisa di katakan beruntung jika tidak ada dari mereka yang gay?

"Tapi ...." Dia menyeringai padaku. "Aku baru saja akan menyerah dan, Boom! Ada Mr. perfect dan coba tebak? Dia gay!" dia berteriak kegirangan.

"Shh," desisku. "Jangan bicara terlalu keras!"

Dia tertawa.

"Hei Joni!" dia berteriak pada seorang pemuda beberapa meter jauhnya yang berdiri di sudut ruangan sendirian, sebotol bir di tangan. Ia tinggi, dengan rambut lurus yang sedikit panjang. Ia berbalik saat ia mendengar namanya.

"Dia mahasiswa," Eunha berbisik sebelum mendorongku ke arahnya dan menghilang dari pandangan.

"H-hai," ucapku canggung.

"Hai," ia berkata, menganggukkan kepalanya mengikuti irama musik.

"Jadi-uh, kau menikmati pestanya?" aku bertanya.

"Ya," suaranya serak dan ia menyeringai. "Kau gay?" ia bertanya dan aku sangat terkejut dengan keberaniannya sehingga aku hanya bisa melongo.

"Tidak apa-apa, jika tidak, aku tidak akan menggigitmu." Ia mencondongkan tubuh untuk berbisik di telingaku, "tidak banyak kok." Ia jelas mabuk dan aku tidak mau berurusan dengannya dalam keadaan seperti ini. Aku berbalik pergi dan tiba-tiba merasakan tangannya mencengkram lenganku.

"Hei, kau mau kemana?" ia bertanya, memutarku sehingga punggungku menghantam dinding.

"Kau mabuk," kataku, lalu mencoba menghindarinya, namun dihalangi oleh tubuhnya yang besar.

Alpha In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang