Hukuman

775 105 8
                                    

⚠️Disclaimer : Adegan dalam chapter ini mengandung unsur kekerasan

Terimakasih sudah mampir, jangan lupa vote & komen biar Bii tambah semangat update💜😘
.

Taehyung POV

Sidang selesai, putusan telah diumumkan dan hukuman akan dijatuhkan. Aku menatap ke sekeliling ruangan dan melihat kekacauan yang aku buat; pecahan kaca, buku dan vas berserakan.

Perabotan terbalik, bingkai foto hancur, lukisan hancur. Aku tidak pernah semarah ini sebelumnya, bahkan tidak saat ayahku mengejek dan melecehkanku, tidak saat aku terlibat perkelahian di sekolah dengan para bajingan sekolah.

Belum pernah aku merasakan dorongan kuat untuk merobek sesuatu atau seseorang dan jika aku bisa meraih leher kurus pucat Pak Ryu, aku akan mencekiknya sampai dia tidak bisa merasakan apa-apa. Ini salahnya, dia membuat gusar kawanan, dia membuat mereka marah dan menuntut hukuman untuk Jungkook.

Jungkook.

Mate-ku ....

Kekasihku ....

Dia akan dihukum karena 'kejahatannya' dalam waktu kurang dari setengah jam dan aku sendiri yang akan menghukumnya.

Aku kesal karena dia tidak mematuhiku setelah aku memohon padanya untuk tidak melakukannya, aku kesal karena Pak Ryu berpikir untuk memanfaatkan Jungkook agar dapat mengalahkanku, aku kesal karena kawananku sangat haus darah untuk menyerukan disiplin semacam ini pada seorang remaja, tapi yang paling penting aku marah pada diriku sendiri karena tidak berusaha cukup keras untuk mencegah hal ini.

Mungkin jika aku menekankan padanya agar tidak pergi ke hutan lagi, mungkin jika aku tidak menghadiri pertemuan bodoh itu dan tetap bersamanya kemarin maka dia tidak akan berada di posisinya saat ini. Mungkin … tapi kata 'mungkin' tidak akan membantu. Kata 'mungkin' tidak bisa mengubah masa lalu.

"Sial!" Aku menghempaskan tinjuku ke dinding untuk ketiga kalinya sejak aku meninggalkan persidangan. Merasa tertekan oleh ketegangan dari apa yang harus aku lakukan hari ini, aku mengistirahatkan kepalaku di permukaan dinding yang retak dan membiarkan pikiranku melayang kembali ke peristiwa tadi malam, ke ekspresi wajahnya saat pack meminta untuk menghukumnya, dia tampak begitu terpukul, begitu tersesat, begitu ketakutan dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku tersadar dari lamunanku sast merasakan air mata menetes, mengalir di pipiku. Aku menyentuh wajahku, terkejut dengan cairan bening di ujung jariku. Aku tidak pernah menangis sebelumnya. Tidak pernah, tapi saat ini aku hanya bisa meringkuk dan melolong panjang, mencari cara untuk mengosongkan jiwaku dari semua rasa sakit yang aku rasakan dari dalam.

Aku belum bertemu dengannya sejak persidangan beberapa jam yang lalu, di mana, setelah tidak menerima alasan darinya mengapa dia pergi ke hutan, pemungutan suara telah dilaksanakan dan ia dijatuhi hukuman 'pasal dua' yaitu kode hukuman untuk pack.

Undang-undang menyatakan bahwa pada pelanggaran pertama dari kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, pelaku tersebut dikenai hukuman pelanggaran 'pasal dua'. Itu termasuk hukuman keras karena menempatkan pack dalam bahaya tanpa alasan yang logis dan hukuman berat karena tidak mematuhi aturan Alpha.

Setelah banyak perdebatan dan negosiasi dari pihakku, dewan setuju untuk mengurangi hukuman. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya.

Aku berbaring, terjaga sepanjang malam, mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini, aku bisa memerintahkan agar dia tidak diadili, kami bisa meninggalkan pack, aku bisa mundur sebagai Alpha, aku bisa membunuh Pak Ryu. Begitu banyak hal yang terlintas dalam benakku, tapi semuanya telah aku urungkan.

Jika aku meninggalkan pack, Pak Ryu akan mengambil kendali dan pack akan kacau jika kepemimpinan berada di tangannya.

Membunuh Pak Ryu adalah hal yang tidak berperasaan karena ia tidak bersalah. Jika aku menyelamatkan Jungkook dari persidangan, pack akan mempertanyakannya dan aku akan diremehkan. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Ini pertama kalinya aku merasa sangat putus asa.

Ketukan terdengar di pintu kemudian suara Jimin terdengar dari luar. "Taehyung, sepuluh menit lagi rapat," katanya kemudian ia pergi.

Aku berbalik dan perlahan berjalan ke cermin, menatap bayanganku. Aku mencoba untuk menormalkan ekspresi wajahku sehingga tidak ada yang akan melihat emosiku. Aku melihat satu-satunya air mata dari sudut mataku dan aku terjerat, jijik pada diriku sendiri.

"Seorang Alpha tidak pernah menunjukkan kelemahannya," kataku pada diri sendiri.

Dia membuatku lemah, membuatku merasakan hal-hal yang seharusnya tidak aku rasakan, memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak aku pikirkan. Dia membuatku bertahan dengan ketidaktaatannya yang terus-menerus dan dia membuat pikiranku melayang selama pertemuan pack, sementara aku harus fokus.

Pack tidak dapat berfungsi dengan Alpha yang tidak maksimal. Jika seorang Alpha tidak sepenuhnya berkomitmen pada pack-nya maka ia harus mengundurkan diri. Jungkook telah melanggar perintahku dan tidak peduli apa pun alasannya melakukan hal itu, dia telah membahayakan pack.

Jika itu adalah anggota lain, aku tidak akan ragu untuk bertindak dan terlepas dari kenyataan bahwa Jungkook adalah mate-ku, pack kami pantas mendapatkan pemimpin yang tidak memihak. Seorang pemimpin yang adil. Itu menyakitiku sampai ke inti hanya dengan memikirkan apa yang akan terjadi, tapi itu harus dilakukan.

Aku mengangkat kepalaku dan menghapus air mataku. Saat aku melihat ke mataku di cermin, kemarahan meledak sekali lagi dan dengan geraman aku menghempaskan tinjuku ke kaca. Kaca itu hancur, tapi aku tidak peduli, aku tidak akan bisa melihat wajahku di cermin lagi setelah hari ini.

***
 
Jungkook POV

Bajuku dilepaskan dan tubuhku dipegang oleh dua penjaga, masing-masing di kedua sisiku memegang tanganku. Aku berdiri membelakangi kerumunan, kepalaku tertunduk, menunggu Alpha. Aku telah dijatuhi hukuman 10 cambukan sebelumnya, lima karena tidak menghormati Alpha dan lima karena menempatkan pack dalam bahaya.

Mereka menggunakan cambuk karet keras yang dirancang untuk merobek daging. Dikatakan bahwa setiap bekas luka adalah untuk mengingatkan pelaku kesalahan selama sisa hidupnya bahwa ia pernah mengecewakan pack-nya, bahwa ia pernah melakukan kejahatan terhadap keluarganya. Orang yang bersalah harus menanggung bekas lukanya dengan rasa malu selama sisa hidupnya.

Pikiran itu membuatku takut dan sedih, tapi berkat Taehyung, hanya 10 cambuk yang akan kudapatkan, hukuman aslinya jauh lebih buruk, cambuk dan hal-hal lain yang tidak ingin kubayangkan. Aku tidak bisa melihat wajah-wajah di kerumunan tapi aku bisa membayangkan banyak orang cukup senang dengan hukumanku, mereka telah menjadi bagian dari proses pemungutan suara. Aku senang orang tuaku diperintahkan untuk menjauh. Aku tidak ingin mereka melihatku seperti ini.

Aku menegang saat mendengar kerumunan menjadi sunyi, yang berarti sudah waktunya. Aku menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata. Sepotong kain dimasukkan ke dalam mulutku dan aku menggigitnya.

Aku sudah memaafkan Taehyung bahkan sebelum aku merasakan serangan pertama di punggungku yang telanjang. Aku menggigit kain itu, air mata mengalir di pipiku saat merasakan cambuk di punggungku. Itu lebih menyakitkan dari yang aku bayangkan dan aku tidak bisa menahan rintihan kerasku.

Aku memaafkannya bahkan saat aku merasakan cairan hangat mengalir di punggungku dari luka bekas cambukan dan aku memaafkannya saat aku merasakan pukulan kedua dan ketiga.

Lututku lemas dan pikiranku kabur, aku tidak bisa lagi menganggung rasa sakitnya dan tubuhku lemas di tangan para penjaga.

Satu-satunya hal yang membuatku tetap sadar adalah Taehyung, aku tidak peduli dia melakukan ini padaku, itu bukan salahnya, itu adalah salahku. Dia telah mencoba untuk melindungiku dari hukuman ini. Aku mencoba mengingat semua saat-saat indah yang kami lakukan bersama sebagai cara untuk menahan rasa sakit, aku mencoba membayangkan senyumnya, sentuhannya, ciumannya tapi bahkan itu tidak bisa menahan rasa sakit, ketika aku merasakan cambuk menyerang dagingku yang panas dan berdarah, aku berteriak kesakitan, lalu tenggelam dalam ketidaksadaran.

Bersambung ....

🥺🥺🥺🥺🥺🥺 so sad

Malam ini triple update ya🤭😙

Alpha In LoveWhere stories live. Discover now