Perhatian Taehyung

751 100 3
                                    

Hayoloh, masih pada nungguin ya🤭💜 Happy Reading😘

.

Aku terbangun karena rasa sakit yang membakar di punggungku dan mengerang merasakan perihnya. Aku menolehkan kepalaku menikmati rasa dari bahan lembut menyentuh punggungku, tapi aku takut untuk membuka mata karena mungkin rasa sakitnya akan bertambah. Saat aku merasakan sesuatu bergerak di kulitku, aku membuka mata.

Hal pertama yang aku lihat adalah cermin yang aku kenali. Cermin itu pecah dan disandarkan sembarangan ke dinding abu-abu yang juga aku kenali. Di lantai, tepat di bawahnya tergeletak pecahan kaca, beberapa kecil dan hampir tidak terlihat dan beberapa besar bergerigi. Aku berada di kamar Taehyung, yang berarti bahwa apa pun yang bergerak di punggungku sedang digerakkan olehnya.

"Taehyung," aku menyebut namanya dengan lembut. Gerakan berhenti selama setengah detik kemudian berlanjut lagi.

Dia tidak menjawab dan hatiku hancur. Dia jelas masih marah padaku karena tidak mematuhinya.

"Maafkan aku, aku seharusnya mendengarkanmu … aku—aku akan—"

"Hentikan, Jungkook," suaranya terdengar serak seperti suaraku setelah habis menangis, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Taehyung tidak pernah menangis. Tidak pernah.

"Aku yang seharusnya minta maaf, lihat apa yang kulakukan padamu," suaranya pecah pada kata terakhir dan aku menoleh perlahan untuk melihatnya. Dia masih menempelkan kapas ke dagingku yang sakit dan ia bahkan tidak menatapku. Aku mengerutkan kening, ada yang tidak beres di sini. Terlepas dari rasa sakit yang aku rasakan, aku tahu ada sesuatu yang tidak beres dengannya.

Dia bukan Taehyung yang sama yang pergi ke bioskop denganku tadi malam. Taehyung itu penuh dengan senyuman, kehangatan, dan kegembiraan. Taehyung sekarang terlihat … sedih. Sangat-sangat sedih, seolah-olah masyarakat telah memunggunginya dan ia ditinggalkan sendirian. Itu membuatku takut, tatapannya membuatku takut. Aku lebih suka saat dia marah, matanya menyala-nyala, dari pada terlihat seperti ini.

Butuh beberapa saat bagiku untuk memahami suasana hatinya, dan aku akhirnya memahaminya; dia merasa bersalah atas apa yang dia lakukan.

Aku tidak akan percaya jika aku tidak di sini untuk melihatnya sendiri. Dia merasa bersalah karena menghukumku. Hanya dengan memikirkan hal itu sudah membuatku merasa bersalah.

"Taehyung, tidak apa-apa, aku tidak menyalahkanmu, kau tahu … apa yang aku lakukan memang salah dan aku pantas dihukum karenanya … jadi berhentilah menyalahkan dirimu," kataku, menyandarkan kepalaku ke bantal sekali lagi.

"Bersalah? Aku membenci diriku sendiri sekarang! Dan pelanggaran yang kau lalukan tidak sebanding dengan hukuman itu. Sama sekali tidak," suaranya lantang saat ia mengatakannya.

Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya lagi, kali ini matanya bertemu dengan mataku. "Aku tidak peduli dengan apa yang kau lakukan Taehyung," kataku lelah.

"Jungkook kau tidak—" ia menyela.

"Tidak! Aku tidak peduli apa yang kau lakukan padaku. Itu tidak masalah bagiku, aku tidak menyalahkanmu untuk itu. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau padaku dan aku tidak akan peduli karena aku …aku mencintaimu … aku mencintaimu  dan aku tidak peduli."

Aku akhirnya mengatakan kepadanya bagaimana perasaanku setelah bertahun-tahun hanya menatapnya dari kejauhan dan merasakan sakit hati. Sudah saatnya dia tahu.

Saat punggungku terasa lebih sakit dan rasa lelah mulai mengambil alih, aku menundukkan kepalaku sekali lagi, tapi tidak sebelum aku melihat ekspresi terkejut di wajahnya, kemudian matanya melembut.

Aku mendengarnya bergerak lalu aku merinding saat merasakan bibirnya menyentuh lukaku. Ia memberi kecupan kecil tepat di punggungku, di tengah daging yang robek dan darah kering. Dan tindakannya itu menghangatkan hatiku. Aku bahkan tidak membutuhkan jawaban darinya. Apakah dia mencintaiku atau tidak, itu tidak masalah karena aku memiliki cukup cinta dalam diriku untuk kami berdua.

Aku menghela napas, puas, lalu memejamkan mata dan tertidur. Aku tidak menyadari saat Taehyung beranjak, lalu membungkuk di depanku di samping tempat tidur, aku tidak merasakannya saat ia menyibakkan rambut dari wajahku, atau saat ia mencium keningku. Aku tidak tahu sejak kapan matanya dipenuhi air mata, ia tidak berani meneteskannya dan saat aku tidur, aku tidak mendengarnya saat ia membisikkan kata-kata yang akan membuat jantungku berdegup kencang.

"Aku juga mencintaimu, Jungkook."

***

Ternyata hukuman cambuk bisa menghabiskan begitu banyak energi. Aku sudah bangun empat kali dan setiap kali mataku terbuka, Taehyung ada di sana, mengoleskan salep pada lukaku, atau memberiku air, atau membantuku duduk agar aku bisa minum sup yang telah ia siapkan. Jika punggungku tidak begitu sakit, aku akan melompat kegirangan atas perhatian yang aku dapatkan darinya. Dia begitu manis dan lembut.

Kami tidak membahas tentang persidangan lagi dan aku lega. Ia hanya duduk di sampingku dan kami berbincang. Sebenarnya aku yang lebih banyak bicara, dia cukup pendiam kali ini, aku asumsikan itu karena dia masih merasa bersalah atas apa yang telah terjadi, tapi aku tidak akan membahasnya, aku hanya harus menunjukkan kepadanya bahwa itu tidak menggangguku dan bahwa aku baik-baik saja.

"Aku yakin ibuku sangat khawatir," kataku padanya saat dia memasuki kamar dengan segelas air di tangan.

"Aku meyakinkannya bahwa kau baik-baik saja dan akan tinggal di sini bersamaku selama beberapa hari. Ibumu pikir itu bagian dari hukumanmu," ia menjelaskan.

"Aku bisa tinggal bersamamu?"  Aku bertanya, mataku berbinar karena gembira. Dia tidak bisa menahan senyumnya. "Yeeey! Apa yang akan kita lakukan? Mungkin kita bisa jalan-jalan lagi!" kataku. Dan jika aku tidak berada di tempat tidurnya, terlalu sakit untuk bergerak, aku akan melompat-lompat.

Ia mengangkat sebelah alis. "Kita tidak akan pergi ke mana pun, kau akan berbaring di tempat tidur itu dan menonton TV atau membaca atau apa pun sampai kau tidak meringis setiap kali kau bergerak," katanya sambil menyodorkan segelas air dan pil pereda nyeri.

Aku cemberut, menatapnya dengan puppy eyes. Ia terkekeh dan mengacak-acak rambutku. Aku suka saat dia dalam mood yang baik. Aku segera menelan pil dengan air dan meletakkan gelas di atas meja di samping tempat tidur.

"Kemarilah, duduk di sampingku," kataku saat dia berjalan untuk duduk di kursi. Ia menyerah dan menjatuhkan diri di sampingku meraih remote control.

"Hei, aku yang terluka, bukankah aku yang harus memegang remotenya?!" kataku lalu mengulurkan tangan, meringis sedikit untuk mengambilnya dari tangan Taehyung. Ia menghindariku, menertawakanku.

"Kau akan tertidur dalam beberapa detik, jadi tidak ada gunanya," katanya sambil terkekeh lalu mengecup bibirku yang cemberut.

"Tidak, aku tidak akan tidur, aku bahkan tidak lelah lagi!" kataku, menyesuaikan diri dengan hati-hati untuk berbaring tengkurap dengan kepalaku di pangkuannya. Ia meluruskan kakinya sehingga aku bisa melihat TV dan mulai menyisir rambut lurusku dengan jari-jarinya. Dalam sekejap aku tertidur.

Bersambung ....

Alpha In LoveWhere stories live. Discover now