Kembalinya Alpha

828 112 2
                                    

Itu adalah malam terpanjang dalam hidupku, sampai saat aku tertidur sekitar pukul 6 pagi keesokan harinya, mereka masih belum kembali. Saat ayahku membawaku pulang tadi malam, aku terjaga sepanjang malam sambil duduk di dekat jendelaku, mencari tanda-tanda mereka kembali.

Air mataku mereda setelah satu jam, jadi aku hanya duduk di sana menatap langit, berharap agar mereka semua kembali dengan selamat. Saat aku terbangun di jam 9 pagi, aku sudah berada di tempat tidurku, kurasa ayahku yang memindahkanku. Aku terkejut tidak ada yang membangunkanku untuk ke sekolah, yang dimulai dua jam yang lalu dan kembali terkejut melihat orang tuaku duduk di meja makan pada jam segini.

"Apa ayah dan ibu tidak bekerja hari ini?" aku bertanya dengan bingung, duduk di seberang ayahku.

"Beta mengumumkan bahwa tidak ada yang boleh meninggalkan camp hari ini, kau ingin teh madu?" jawab ibuku. Aku langsung bersemangat, bukan bukan karena tehnya.

"Apakah itu berarti mereka kembali?!" Aku hampir melompat dari tempat dudukku, siap untuk lari ke lapangan saat itu juga.

"Duduklah Jungkook, Beta tidak pergi tadi malam dan tidak, mereka belum kembali," jawab ayahku.

Aku duduk di kursiku dan menatap makananku dengan wajah cemberut.

"Ayah tahu kau ingin membuktikan kepada semua orang bahwa kau bisa ikut andil dalam pertarungan manusia serigala, tapi membentak Alpha itu tidak baik. Ayah tidak ingin melihat kejadian tadi malam terulang. Apa kau mengerti?" Ayahku serius sekarang, memelototiku dari seberang meja.

Membentak Alpha? Andai saja ayah tahu.

"Ya, Ayah," jawabku, kepalaku tertunduk. Aku mencoba untuk terlihat menyesal tapi itu hanya berhasil pada ibuku. Seperti biasa.

"Berhenti bersikap keras padanya, Sayang, dia hanya ingin membuktikan dirinya, setidaknya dia punya dorongan," kata ibuku sambil menggelengkan kepalanya. Ayahku tetap diam. Beliau justru lebih memilih untuk meminum kopinya.

"Jadi Jungkook, apa kau punya—" pertanyaan ibuku ditepis oleh suara tiupan tanduk milik Alpha. (Aku gak tau ya nama bendanya apa, kalau ada yg tau mungkin bisa komen 🤭 jadi aku namain aja tanduk peniup, fungsinya sama kayak terompet)

"Mereka kembali!" sekali lagi aku melompat dan segera dihentikan oleh ayahku.

"Tidak, ibumu dan ayah akan pergi melihatnya, kau tetap tinggal di sini dan melakukan beberapa pekerjaan, sampah harus dibuang, piring perlu dicuci dan kamarmu yang berantakan. Selesaikan sebelum kami kembali," perintah ayahku.

"Tapi ayah, ayolah!" aku merengek, di saat seperti ini aku berharap ia menghilang begitu saja.

"Jangan membuat ayah mengulanginya."  Kemudian mereka pergi.

Aku tidak percaya mereka melarangku keluar! Aku harus tahu apakah Alpha baik-baik saja, itu adalah suara tanduk peniup Alpha tapi Beta bisa dengan mudah melakukannya. Aku mengacak rambutku frustrasi, lalu berlari ke kamarku untuk mengambil ponselku dengan cepat menghubungi nomor seseorang.

"Halo?"

"Lisa, apakah kau di lapangan?" aku bertanya dengan cemas.

“Ya, ada apa? Kau ada di mana?" ia bertanya. Aku bisa membayangkannya menatap sekeliling.

"Apakah Alpha di sana?"

"Ya, dia sedang berbicara dengan Jimin, mengapa?"

"Apakah dia terlihat … baik-baik saja? Maksudku ... dia tidak terluka atau apa?" Saat ini jantungku berdebar kencang dan genggamanku pada telepon mengencang.

Alpha In LoveWhere stories live. Discover now