Perhatian Taehyung pt.2

735 87 6
                                    

Update-an terkahir untuk malam ini, please enjoy💜😘

.

Saat aku bangun lagi, waktu sudah malam. Taehyung berbaring di sampingku sambil meraba-raba gelangnya. Ia tampak tenggelam dalam pikirannya karena ketika aku berdehem, ia tidak bergerak sampai aku melakukannya untuk kedua kalinya.

"Ah, kau sudah bangun," katanya sambil tersenyum sedih.

Aku kira dia sudah melupakan apa yang terjadi. Mengapa dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri dan melanjutkan hidup seperti yang kulakukan? Aku tahu itu semua masih segar dalam pikirannya, karena itu baru terjadi pagi ini tapi astaga.

Aku baru saja akan mencaci makinya saat dia mengatakan, "kau tidak pernah memberitahuku mengapa kau kembali ke hutan." Ia masih meraba-raba gelangnya, tidak menatapku.

Aku tidak tahu mengapa, tapi sesuatu mengatakan kepadaku bahwa lebih baik tidak menceritakan tentang serigala itu. Sebut saja itu adalah indra keenam atau firasatku bahwa jika aku mengatakannya, sesuatu yang buruk akan terjadi.

Aku berpikir untuk berbohong tapi, apa yang terjadi pagi ini telah mengajariku sesuatu, melakukan perbuatan salah hanya akan membuatmu dalam situasi yang buruk.

"Aku melihat seekor serigala dan sepertinya dia ramah jadi aku mengikutinya," kataku.

Taehyung hanya menatapku. "Jadi maksudmu … kau tidak mematuhi perintahku dan membuat dirimu sendiri dihukum karena ingin bermain dengan serigala liar?" ia bertanya. Tidak marah, hanya sedikit kecewa.

"Yah … kedengarannya memang sedikit konyol," candaku.

"Aku hanya tidak bisa memahamimu, bagaimana bisa suasana hatimu membaik setelah apa yang kau alami?" tanyanya bingung.

"Karena aku sudah menerimanya. Itu sudah menjadi masa lalu sekarang, hal buruk sudah berakhir, aku sudah meninggalkannya di belakang. Kau juga harus melakukan hal yang sama," kataku padanya.

Ia menatap mataku selama beberapa menit, diam, seolah sedang mencerna kata-kataku. Aku juga menatapnya, lalu tersenyum saat dia berkata, "kapan kau menjadi sangat bijak?" Dan aku tahu semuanya akan baik-baik saja, dia akan melewatinya dan kami akan bisa melanjutkan hidup kami.

"Sudah seperti ini sejak lahir, kau hanya tidak jeli," aku bercanda.

Saat-saat seperti inilah aku mulai bertanya-tanya mengapa aku pernah takut untuk berbicara dengannya atau mengapa aku bahkan takut padanya. Dia begitu lembut. Apa yang harus ditakuti?

Menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya telah menunjukkan kepadaku warna aslinya.

Dia mungkin tampak tangguh dan jahat di luar, tapi di dalam dia adalah pria paling manis yang pernah aku temui. Protektif, adil, peduli dan dapat diandalkan. Dia sempurna, satu-satunya hal yang kurang adalah karena dia bukan milikku dan itu adalah satu-satunya hal yang membuatku takut.

***

"Apa maksudmu itu konyol? Itu salah satu film romantis terbaik!" Aku mencoba meyakinkannya.

Hari itu adalah Jumat pagi, tiga hari setelah hukumanku dan kami sedang bersantai di tempat tidurnya sambil makan es krim. Kami baru saja selesai menonton film saat dia mengatakan bahwa film itu membuang-buang waktunya.
 
"Apakah kau melihat manusia serigala itu? Ha! Itu omong kosong, alur cerita itu omong kosong dan seluruh filmnya omong kosong," katanya.

"Kenapa kau sangat sinis?" aku bergumam sambil memutar bola mataku. "Mungkin jika kau membaca novelnya, kau tidak akan berkata seperti itu," aku melanjutkan, menyendok es krim dan memasukkannya ke dalam mulutku.

"Aku menyia-nyiakan dua jam hidupku hanya untuk menonton film itu, Jungkook, tidak mungkin aku akan duduk bersantai dan membaca novelnya," katanya sambil tertawa, lalu mengerutkan kening saat dia mencoba untuk menyendok es krim dari mangkuknya dan menyadari bahwa mangkuknya kosong. Dia melihat ke arahku, mengamati es krimku.

"Oh tidak, siapa suruh makanmu cepat, ini milikku," godaku, lalu menggeser mangkukku menjauh darinya dengan seringai mengejek.

"Ah, benarkah?" ia menyeringai dan aku menyaksikan saat ia mengulurkan tangan ke laci meja samping tempat tidurnya dan membukanya, mengeluarkan sekantong besar permen coklat.

Aku suka permen coklat! Itu adalah permen favoritku dan dia tahu itu.

Mataku menyipit padanya. Ia merobek kantong permen dan mengambil beberapa bungkus. Saat ia mengulurkan tangannya seolah-olah menawarkanku, aku tersenyum lebar dan berniat untuk mengambilnya, namun ia segera menariknya kembali.

"Hmm … apa kau benar-benar tidak mau berbagi es krim denganku?" seringai jahat menyebar di wajahnya dan aku memutar bola mataku.

"Baik … ini," kataku sambil menyodorkan mangkukku padanya.

"Ini terlalu mudah," katanya mengambilnya dariku dan memberikan sekantong besar permen coklat sebagai balasannya. Aku mencari permennya dan tersesat di duniaku yang manis.

***

"Kau sudah bicara dengan ibumu?"

"Ya, ibuku menangis lagi." Aku menggelengkan kepalaku. "Ibu pikir kau tidak memperlakukanku dengan baik," kataku sambil mengangkat bahu.

"Mungkin—" dia berkata tapi aku memotongnya.

"Tidak, seperti yang aku katakan, aku belum siap untuk kembali, aku hanya ingin tinggal di sini bersamamu sebentar."

Aku bisa melihatnya tersenyum dari tempat ia berjongkok di lantai, mengambil sisa pecahan cerminnya.

Setelah satu minggu lebih, dia baru membersihkan kekacauan yang ia buat pada hari persidanganku. Aku masih heran bahwa dia benar-benar menghancurkan cermin dengan tinjunya. Itu pasti menyakitkan.

"Kau pada akhirnya harus kembali. Aku tidak bisa menjauhkanmu dari keluargamu," katanya.

"Mereka bisa berkunjung dan aku akan mengunjungi mereka," aku memohon.

"Meskipun aku ingin kau tinggal di sini bersamaku Jungkook, tapi itu tidak benar, mereka adalah orang tuamu, mereka membutuhkanmu sama seperti kau membutuhkan mereka," ia berkata, mencoba bersikap bijaksana lagi.

Aku tahu dia benar, ditambah pack akan curiga, jika aku tinggal bersama Alpha begitu lama. Aku harus kembali. Harus kuakui, beberapa hari terakhir ini luar biasa bagiku, terbangun di sebelah Taehyung setiap pagi telah menjadi kebiasaanku.

Kami telah menghabiskan begitu banyak waktu bersama, kupikir tidak ada satu hal pun yang tidak aku ketahui tentang dia dan ini bukan pertama kalinya aku berpikir bahwa aku tidak akan pernah menyesal dihukum hari itu.

Aku bangkit dari kursi dan berjalan ke cermin, berbalik sehingga aku bisa melihat punggungku; masih sakit tapi tidak separah beberapa hari pertama.

Lukaku belum sembuh dan aku harus berhati-hati dalam mengurangi gerakanku.

Ketika akhirnya aku sembuh, luka itu akan meninggalkan empat bekas luka. Jika aku tidak pingsan hari itu pasti jumlahnya ada 10, aku gemetar memikirkan hal itu. Lalu, aku berbalik dan melihat Taehyung sedang menatapku, matanya tampak sedih, tapi saat dia menyadari aku memergokinya menatapku, dia tersenyum cerah dan berbalik untuk memakan es krimnya. Aku tahu dia masih merasa bersalah, tapi setidaknya dia berusaha untuk melupakannya.

"Kupikir mungkin kita bisa meninggalkan rumah hari ini, berjalan-jalan di taman atau semacamnya," ia menyarankan dan aku tersenyum cerah.

"Akhirnya!"

"Dan mungkin kau bisa menelepon temanmu Eunha, ajak dia ikut," katanya lagi.

Aku berseri-seri. Aku belum pernah bertemu Eunha selama sakit! Dan mungkin aku bisa memintanya mengajak Jaehyun juga. Bisa jadi seperti double date!

Aku mengambil ponselku dari tempat tidur dan mendial nomornya.

Bersambung ....

Sangat sangat boyfriend-able🙂

Alpha In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang