Mate Untuk Taehyung

759 83 1
                                    

Happy Reading😘💜

.

"Kau tdak perlu mengikuti pelajaran kimia lagi."

"Apa? Aku tidak mungkin melakukannya, itu adalah mata pelajaran favoritku!" Sepertinya aku mengenalnya luar dalam.

Kami berada di kamarku di rumahku, aku kembali ke rumah pada hari Minggu. Aku duduk di meja belajarku, mengerjakan pekerjaan rumah sementara dia sedang bersantai di tempat tidurku.

"Jungkook, pria itu sangat mesum, aku tidak ingin dia mengajarimu," katanya. Dia terdengar bersungguh-sungguh, tapi entah bagaimana aku tidak bisa menganggapnya serius saat dia berbaring di tempat tidurku melempar lalu menangkap boneka kelinci yang aku miliki sejak berusia lima tahun.

Aku mengambil ponselku dan memotret.

Dia tidak menyadarinya.

"Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ada begitu banyak siswa di kelas," aku menjelaskan.

"Dan saat dia memanggilmu ke kantornya? Atau memberimu hukuman detensi, dan kau terjebak di sana bersamanya, lalu apa?" katanya dengan bijak.

Aku tidak mungkin tidak menghadiri pelajaran kimia, itu adalah syarat untuk bisa naik kelas. Aku hanya harus mengambil risiko.

"Kau bereaksi berlebihan dan kimia adalah favoritku, aku tidak suka sekolah, dan pelajaran kimia mungkin satu-satunya hal yang membuatku terus melanjutkan sekolah." Aku fokus ke buku-bukuku.

"Jangan menghadiri pelajaran itu lagi." Ia akhirnya duduk sekarang, boneka kelinci dibuang.

Aku berbalik sepenuhnya untuk menatapnya dengan mata berbinar. "Apakah itu perintah Alpha? Aku tidak tahu mengapa, tapi kupikir kita telah melewati tahap itu," kataku, tangan terlipat, bibir membentuk garis lurus.

Ia menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Itu bukan perintah tapi permintaan." Dan aku tahu sulit baginya untuk mengatakan itu.

"Permintaanmu ditolak."

Saat dia memelototiku, aku menyeringai dan bangkit, lalu duduk di pangkuannya. Melingkarkan lenganku di lehernya. "Berhentilah khawatir, aku akan baik-baik saja."

Ia melingkarkan lengannya di pinggangku tapi masih tidak tersenyum, jadi aku menciumnya dan segera, suasana hatinya yang buruk berubah dan ia membalas ciumanku. Tangannya meluncur ke atas bajuku, membuatku gemetar. Aku merasakan tubuhnya menegang saat ia meraba punggungku.

"Kita tidak bisa melakukanya," katanya sambil melepaskanku dan berdiri sehingga aku terpaksa turun dari pangkuannya.

"Kenapa tidak? Aku baik-baik saja. Sungguh!"

"Kau belum sepenuhnya sembuh dan aku tidak akan mengambil risiko untuk memperburuknya." Suaranya tegas.

Aku memelototinya sejenak lalu kembali ke buku-bukuku.

***

"Makan malam sudah siap, Jungkook!" ibuku memanggilku.

"Aku datang!" Aku menuruni tangga dalam sekejap. Aku sangat kelaparan.

"Di mana ayah?" aku bertanya saat kami duduk di meja.

"Kau mengenal ayahmu, dia lembur lagi," katanya, tapi ibu tidak menatap mataku, yang berarti ibuku berbohong.

Sejak malam persidangan, ayahku tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku. Beliau bahkan tidak menatapku. Aku tahu aku telah mengecewakannya tapi sikapnya terhadapku sungguh menyakitkan. Aku lebih memilih jika ayah berteriak padaku, tapi mengabaikanku? Aku tidak bisa menerimanya.

"Bagaimana aku bisa membuat ayah mengerti betapa sedihnya aku? Apa yang harus aku lakukan Ibu?" aku bertanya.

Ibu melihat ke arahku, air matanya berlinang, lalu meraih tanganku dari seberang meja. "Beri ayahmu waktu sayang, dia akan datang, ibu janji." Kemudian ibu tersenyum kecil padaku, dan itu sama sekali tidak membantu membuatku merasa lebih baik.

"Aku sangat berharap kau memberitahu ibu kenapa kau pergi ke hutan Jungkook." Ibuku bersuara, matanya memohon.

"Ada guru baru di kelasku hari ini menggantikan Bu Fatmala," kataku, mengubah topik pembicaraan. Ibuku menghela napas.

"Benarkah? Dia seorang wanita?" ibuku tersenyum.

"Sebenarnya guru baruku adalah laki-laki—"

Kami menatap sekeliling saat aku mendengar pintu terbuka, yang berarti ayah sudah datang.

"Malam," sapanya saat ia masuk.

"Malam sayang, bagaimana harimu?" ibuku bertanya saat ayah datang dan mencium pipinya.

"Tidak buruk," adalah jawabannya, lalu ayah menaiki tangga. Ayah bahkan tidak melirikku.

"Jangan khawatir sayang, ibu akan bicara dengan ayahmu," kata ibuku, berusaha membuatku merasa lebih baik.

Alih-alih menjawab, aku mengambil garpu dan makan beberapa suap, nafsu makanku sekarang menghilang.

Setelah beberapa saat hening, ibuku berkata, "ibu mendengar dewan akan mengumpulkan sekelompok manusia serigala betina minggu depan. Mereka mengatakan, cukup aneh karena Alpha belum menemukan pasangannya jadi mereka akan mencoba membantunya," ibu berkata dengan penuh semangat.

"Bisa kau bayangkan? Alpha menemukan mate-nya, itu pasti akan sangat manis untuk ditonton," ibuku melanjutkan dengan senyum lebar.

Mataku tertuju padanya dan aku menelan ludah dengan susah payah. Taehyung tidak mengatakan apa-apa tentang itu.

"Apa bisa seperti itu?"

"Tentu saja, mereka adalah dewan, tapi jelas itu masih menjadi keputusan Alpha apakah dia ingin melakukannya atau tidak. Tapi ibu rasa Alpha tidak punya alasan untuk menolak," katanya sambil mengambil lauk.

"Bagaimana jika ... bagaimana jika Alpha tidak pernah menemukan mate? Apa yang akan terjadi?" aku bertanya, suaraku lembut.

"Umm ... ibu tidak tahu apa yang akan terjadi tapi itu mungkin saja dan jika mate-nya tidak muncul sebelum ulang tahunnya yang ke-20, maka gadis itu tidak akan muncul sama sekali. Dewan akan memilih seseorang untuknya dan pada akhirnya dia akan melakukan ritual."

"Ya," jawabku dengan suara lembut, aku menempatkan tanganku di atas dadaku. Aku bisa merasakannya hancur. Ulang tahunnya tanggal 30 Desember dan hari ini adalah tanggal 25 November.

Dia tidak punya banyak waktu lagi, dan pada akhirnya akulah yang akan kalah. Jika dia tidak menemukan mate, seseorang akan dipilihkan untuknya. Tanganku mengarah ke liontin yang ia berikan padaku, aku mencengkeramnya dan memejamkan mata.

"Jungkook, apa kau baik-baik saja, Sayang?" Saat aku membuka mata, ternyata ibu menatapku dengan prihatin.

"Aku merasa tidak enak badan, aku akan  tidur duluan, Bu." Lalu aku bangkit dari kursi.

"Ada apa, Sayang?" Ibuku juga sudah berdiri, matanya melebar cemas.

"Hanya sakit kepala, Bu." Lalu aku berlari menaiki tangga, membanting pintu kamarku hingga tertutup dan membenamkan kepalaku di bantal, menunggu air mata keluar. Tidak ada yang keluar. Mungkin aku terlalu patah hati untuk dapat menangis.

Aku tidak tahu berapa lama aku berbaring di sana, menatap ke langit-langit sebelum aku mengambil ponselku dan mengiriminya pesan.

"Kenapa tidak memberi tahuku bahwa dewan akan memilih mate untukmu jika kau tidak menemukannya?

***

Aku terbangun dengan kaget, jantungku berdebar kencang karena mimpi yang baru saja kualami. Mimpi itu tentang serigala putih, ia terbaring di hutan,  terluka dan sekarat, dengan napas terakhirnya ia berkata bahwa aku harus menepati janjiku.

Itulah yang membangunkanku pada jam 3 pagi itu. Aku akhirnya menemukan jawabannya ... Pak Yibo adalah serigala putih!

Bersambung ....

Good night dan mimpi indah😘 bangun sahurnya jgn sampai telat ya🤭

Alpha In LoveWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu