22

1.1K 185 16
                                    









Hari demi hari berjalan seperti biasanya. Roseanne yang masih terkurung di bawah kungkungan Jaehyun belum menyerah untuk mencari jalan keluar terbaik dari sana. Dan perlu digaris bawahi juga 'tanpa adanya korban selanjutnya.' .

Rose tidak mau jika kemarahan Jaehyun padanya dilampiaskan pada orang yang tak bersalah. Percayalah! Rose hanya ingin bebas tanpa rasa bersalah itu saja.

Namun tetap saja, kecerdikan seorang Roseanne masih kalah dengan kejeniusan seorang Jung Jaehyun. Mau selembut dan sehati-hati apapun Rose mencoba membebaskan diri. Selalu saja diketahui oleh Jaehyun.
Dasar menyebalkan.

"Apa aku harus berdamai dengan orang itu agar aku bisa merayunya untuk membebaskanku?" Rose terdiam sejenak. Mencoba mempertimbangkan ide gila yang muncul tiba-tiba dikepalanya. Namun sedetik kemudian ia menggeleng cepat.

"Apa aku serendah itu hingga harus memohon pada musuh agar dibebaskan? Cih!"

Disaat gadis itu sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Tanpa sadar pintu utama telah terbuka dan menampakan seorang gadis tinggi berpakaian maid membawa senampan sarapan pagi. Seperti biasa pancake, susu dan anggur.

"Apa ini sudah jam sarapan pagi?" tanya Roseanne heran.

Pasalnya sekarang masih pukul 7 sedangkan waktu sarapan yang Roseanne ingat adalah pukul 9 tepat. Artinya lebih cepat 2 jam dari biasanya.

Jangan heran. Akibat terlalu lama dikurung dalam ruangan tanpa melakukan apapun membuat Rose sangat ingat kapan waktu pintu utama itu terbuka dan siapa saja yang akan masuk kesana. Roseanne berani bertaruh, beberapa menit lagi Mark akan datang untuk memastikan dirinya benar-benar menghabiskan sarapannya.

Sowon tidak menjawan pertanyaan Roseanne. Gadis itu justru menatap kearah sekeliling seolah tengah memastikan sesuatu.

Rose sendiri merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Sowon. Sehingga gadis itu ikut menatap kearah sekeliling.

"Ada apa?" tanya Roseanne khawatir.

Tanpa ba bi bu, Sowon menyelipkan sebuah kertas kecil ke tangan Roseanne sembari menatap mata gadis itu tajam. Seolah tengah memberi sebuah kode yang Roseanne sendiri masih coba pahami.

"Okey."

Rose yang cerdas langsung menyimpan kertas itu dibawah selimut yang ia duduki kemudian mengambil nampan yang dibawa oleh Sowon.

"Ku harap kau menyukai sarapannya. Saya permisi nonna." ucap Sowon sembari menunduk.

Rose mengangguk senang kemudian ikut menunduk. Setelah kepergian Sowon, Rose mulai memakan sarapannya sedikit demi sedikit. Sesekali ia melirik kearah kertas yang didudukinya. Penasaran dengan apa isi surat tersebut.

"Sebentar lagi pintu akan terbuka." ucapnya bermonolog.

Dan benar saja, tak lama pintu itu terbuka dan menampakan seorang pria tampan berwajah lugu namun sikapnya sama sekali mendukung lugunya. Dialah Mark — anggota dreamers yang kini sudah sangat asing bagi Roseanne.

Seperti biasa, pria itu mulai mengecek piring dan gelas bekas sarapan Roseanne. Memastikan bahwa gadis itu benar-benar memakan sarapannya.

"Kau tak perlu memastikannya, ada CCTV dikamar ini." cletuk Roseanne datar.

Seperti biasa Mark sama sekali tidak menjawab. Pria itu masih setia memperhatikan sekeliling. Seolah mencari sesuatu disana. "Benar, bahkan sekecil apapun gerak gerikmu akan terlihat di kamera. Berhati-hatilah dalam bertindak." ucap Mark sebelum pergi dari sana.

"Pelayan! Bawa piringnya keluar." ucap Mark didepan pintu kamar.

Rose terdiam. Entah mengapa ia merasa sepertinya Mark mengegahui sesuatu mengenai dirinya. Apa jangan-jangan ia mengetahui soal kertas yang diberikan Sowon? Oh jangan sampai atau Sowon akan bernasib buruk.

REVENGEWhere stories live. Discover now