24

999 161 17
                                    

Sehari berlalu dengan begitu cepat. Padahal jaehyun rasa ia baru saja merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Tapi matahari sudah terbit saja dari ufuk timur.

Ya semalaman jaehyun terjaga hanya demi menunggu roseanne membuka matanya. Namun hasilnya nihil. Bahkan hingga pukul 4 pagi tadi, Jaehyun tidak menemukan tanda-tanda akan sadarnya Roseanne.

Hal itu jelas membuat Jaehyun khawatir. Oh maaf! Lebih tepatnya merasa bersalah.

Kelihatannya memang sedikit aneh. Seorang Jung Jaehyun yang terkenal keji dan tanpa ampun mendadak menghawatirkan tawanannya? Ini membuat sebuah teka teki dikepala anak-anak dreamers.

Tapi bagi Taeyong, ia mendapatkan sebuah pencerahan. Bahwa cinta sejati itu memang nyata.

"Kalian.... Argh!"

Jaehyun mengusap kepalanya kasar. Dengan rambut masih teracak, wajah yang terlihat begitu mengantuk. Pria itu benar-benar terlihat kacau.

Dreamers yang tengah berdiri berjajar menghadap kasur king size dikamar Jaehyun hanya bisa saling menatap aneh. Pasalnya sudah hampir 10 menit mereka berdiri, namun jaehyun hanya mengatakan kalimat yang tidak jelas.

Taeyong yang duduk di sofa khusus hanya terkekeh melihat pemandangan ini. Wajah polos anak dreamers dan raut wajah kebingungan jaehyun terlalu seru untuk dilewatkan.

"Argh! Aku berharap bisa memarahi kalian karna membawa semua kunci cadangan kamar mandi itu. Namun ketika aku mengingat kalau aku yang memerintahkannya.... Rasanya akan sangat tidak adil." gerutunya.

Para anggota dreamers kini paham mengenai tujuan mereka dikumpulkan dikamar ini. Sedikit lega rasanya, sebab ternyata kabar dari team Alpha yang mengatakan bahwa anak dreamers akan dibubarkan ternyata tidak benar adanya.

"Aku harus-"

"Maafkan atas keteledoran kami hyung."

Lee Jeno memanglah bukan anak yang paling tua disana. Namun kedewasaannya justru bisa melebihi Mark yang notabennya adalah tetua yang asli. Sifat pendiam dan pandai membaca situasi milik jeno ternyata berguna juga disituasi ini.

"Mengapa kau meminta maaf pada Jaehyun?"

Taeyong menutup camilannya kemudian beranjak dari sofa. Berjalan santai, sembari mendekati Jeno yang masih tertunduk sopan. "Bukankah Jaehyun sudah mengakui kesalahannya?" sambungnya.

Jeno mengangguk. Memang benar apa yang diucapkan oleh Tuan Lee, Jeno paham itu. Namun disisi lain, lee jeno tidak ingin membuat urusan menjadi lebih runyam. Jika bisa diselesaikan dalam waktu singkat, mengapa harus mempertahankan penyelesaian yang panjang dan membingungkan? Itu akan sangat membuang-buang waktu.

"Saya tahu, tetapi disisi lain kami juga salah. Seharusnya salah satu dari kami ada yang tinggal jika dibutuhkan. Namun kami semua malah pergi bersama." jawabnya tegas.

Taeyong mengangguk bangga. Sepertinya ia tidak salah memilih kapten untuk team ini. Peka dan juga berani bertanggung jawab.

Namun bukan berarti mark lemah dibanding jeno. Bagi taeyong mark juga leader yang hebat sebab bisa membuat semua member solid satu sama lain.

Dreamers adalah salah satu perfect team yang berhasil ia bangun.

"Kau masih ingin memarahi mereka Jae?" tanya taeyong tiba-tiba.

Jaehyun mendengus. Kali ini ia kalah dengan situasi. "Seharusnya aku bisa memarahi kalian... Tapi... Ah sudahlah! Aku hanya ingin memberi tugas baru untuk kalian. Mulai hari ini... Dreamers akan fokus pada roseanne." ucapnya sembari menatap kearah gadis yang masih terlelap di tempat tidurnya itu.

REVENGEWhere stories live. Discover now