25

949 133 20
                                    


"Woah cantik sekali...."

Jaehyun yang sedari tadi menatap kearah jendela mobil menoleh ketika mendengar suara Taeyong yang sesekali tertawa asik. Ia penasaran dengan apa yang dikerjakan pria yang duduk disebelahnya saat ini itu.

Terlihat Taeyong menatap fokus pada ponsel pintarnya. Tangannya sibuk men-scroll layar ponsel yang menampakan foto begitu banyak wanita cantik dan sexy.

"Woah! Dia terlalu berani." ujarnya menyadari Jaehyun tengah menatapnya.

"Oh! Kau juga ingin melihatnya?" tanya Taeyong sembari menggeser ponselnya. "Aku rasa bahkan dia lebih cantik dari Chaeyoung." Sambungnya.

Mendengar ucapan Taeyong membuat Jaehyun langsung menghempas ponsel pintar sahabatnya itu. "Biasa saja." ketusnya.

"Woo dasar! Katakan saja jika ucapanku ini memang benar."

Taeyong mengambil kembali ponselnya dan menggeser duduknya. Wajahnya yang tadi terlihat begitu senang mendadak berubah menjadi cemberut. Namun siapa sangka, dalam hati ia tertawa melihat wajah kesal Jaehyun ketika ia mengucapkan nama Chaeyoung.

"Daripada kau melihat foto-foto tidak jelas itu, lebih baik kau segera belikan karangan bunga seperti biasanya."

"Kau telat! Aku sudah membelinya." ucap taeyoung dengan mata yang masih menatap kearah foto-foto tersebut.

Jaehyun menautkan alisnya. Tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. "Kau sudah kirimkan ke alamat yang biasanya?" tanya Jaehyun memastikan.

Taeyong mengangguk tegas. "Tentu saja. Seperti tahun-tahun yang lalu..."

"Kau menghafalnya?" tanya Jaehyun lagi.

Taeyong menatap datar kearah Jaehyun. "Yak! Setiap tahun ditanggal ini kau memintaku memesan karangan bunga kealamat yang sama. Untuk apa aku menghafalnya jika hal itu sudah menjadi kebiasaanku? Aish! Sudahlah jangan mencari-cari alasan untuk memberiku pekerjaan." jawabnya yang kemudian kembali menatap kearah ponsel.

Jaehyun memicingkan matanya. Sejujurnya ia tidak pernah meragukan pekerjaan taeyong. Namun ia masih sedikit tidak percaya bahwa ia mengingat kebiasaan Jaehyun yang satu ini. Padahal Jaehyun tidak pernah mengatakan bahwa hal ini adalah salah satu agenda penting yang harus diingat dan dikerjakan oleh Taeyong. Namun... Baguslah! Dia memang orang yang sangat peka.

"Oh iya! Bagaimana perkembangan penyelidikanmu? Apa kau sudah menemukannya? Kau masih ingat bukan! Aku tidak mau Jimin yang akan menemukannya lebih dulu."

Taeyong menoleh sembari menautkan alisnya. Merasa aneh dengan sahabatnya ini. Oh! Apa jaehyun sedang meragukan kemampuannya lagi saat ini?

"Yak! Jaehyun~ah! Kau pasti tau kan alasanku bersantai seperti ini?"

Jaehyun menghela nafas berat. Ya, dia tahu jelas watak sahabatnya itu. Tentu saja! Mereka berteman begitu dekat sejak kecil, jadi sudah dapat dipastikan jaehyun sangat mengenal sahabatnya. Bahkan hingga ke akar-akarnya.

"Lantas dimana wanita itu?"

"Anak buahku sedang bergerak menangkapnya. Rupanya dia bersembunyi di sebuah kota kecil di dekat hutan Kanada."

Jaehyun mengangguk. Betapa beruntungnya seorang Jaehyun bisa mendapat sahabat secerdas taeyong.

"Kau harus cepat. Aku ingin segera mengungkap semuanya didepan chaeyoung."

Mendengar apa keinginan jaehyun yang menggebu-gebu membuat taeyong mengangguk paham.

"Kau masih berharap padanya?"

"Kepada siapa?"

"Chaeyoung. Dari ambisimu... Aku bisa melihatnya."

Jaehyun melirik sekilas. Mulutnya mendadak bungkam. Seperti bermain catur, ia ter skak oleh ucapan taeyong.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang