PART 1

555 99 12
                                    

"Gimana gimana?, tadi lo ngomong apa bego?, lo berani dengan noraknya nolak mentah mentah ucapan gue?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gimana gimana?, tadi lo ngomong apa bego?, lo berani dengan noraknya nolak mentah mentah ucapan gue?".

"Kalo gue suruh kerjain ya kerjain!," Bentak gadis berambut panjang dengan bersedekap dada di hadapan Alisya, logaknya sombong.

Dengan menunduk Alisya mengambil semua kertas yang berserak di lantai kelas nya. Alisya yang merupakan korban bully semenjak ia memasuki sekolah menengah pertama itu sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini dari teman temannya sampai masa SMA, mau diapakan lagi jika nasib buruk masih menerpanya berlebihan seperti ini.

"Dan sekarang lo jangan banyak bacot deh, mending lo kerjain semua tugas gue dan temen temen gue. So don't expect us to be good to you!," lanjut ucapan Clara, seorang yang terkenal dengan kejahatan dalam membullynya itu, gadis berambut panjang dengan rok mini. Dengan langkah gontai Alisya berlalu pergi ke bangkunya dengan tangan yang gemetar hebat di sebabkan mempunyai rasa anxiety berlebih, tubuh dan detak jantung ya terasa lemah.


Bagaimana dunia begitu jahat padanya?, apakah tidak ada sedikitpun celah untuk dia bahagia?, pikirnya sembari berberat hati mengerjakan tugas dari Clara dan teman temannya. Sedangkan ucapan teman sekelasnya sekarang sedang membicarakan keburukan Alisya yang sedang menangis, kecuali lelaki yang berada tak jauh dari pintu kelas, dengan bekas luka sayatan di alis kirinya, ya dia Anendra.

Hanya lelaki itu yang begitu terlihat santai dan tidak sama sekali peduli dengan keadaan di seklilingnya.

Dengan bibir pucat, dan tangan yang tak berhenti bergetar Alisya merasakan betapa sesak dadanya untuk sekarang, tak di sangka Alisya kehilangan kesadaran saat itu juga, sontak membuat seisi kelas terkejut di buatnya. Alisya di larikan keruangan UKS secepatnya.

Jika sudah macam ini bukannya kasihan, teman sekelasnya hanya takut jika wali kelas akan menyalahkan mereka karena tiba-tiba terdapat siswi pingsan tanpa alasan di kelas.

Afa Putralio Argara yang merupakan kakak satu satunya dari Alisya datang ke sekolah gadis itu, ketika mengetahui gadis itu pingsan dalam keadaan mengkhawatirkan seperti ini.

"Dek, maafin kakak ya, cepet buka matanya, nanti cantiknya hilang kalo kamu gak bangun bangun," dengan maksud menguatkan adiknya tersebut sembari menggenggam jemari adiknya yang sedang terlelap tanpa kesadaran dengan wajah damai jika kedua matanya tertutup seperti ini.

Tak selang berapa lama akhirnya Alisya terbangun serta menatap ke sekelilingnya, lalu selanjutnya menatap wajah kakaknya yang sudah dipenuhi nanar di pelupuk matanya, dengan cepat jemari lembut Alisya menghapus air mata kakaknya dengan tulus.

"Kakak kenapa nangis?, kok cengeng gitu?," Walaupun gadis itu terlihat begitu lemas dia masih sempat untuk tersenyum dan memberi isyarat karena dia baik baik saja.

"Kenapa kamu masih bertahan disini dek?, Berapa kali kakak bilang kita pindah dari Kota Jakarta ini, kakak masih bisa biayain kamu buat pindah ke luar negeri atau kemanapun asal kamu bahagia dan jauh dari kata tersiksa," Sedikit saja dia tak tega melihat adik gadis kecilnya seperti ini.

"Kakak enggak lupa kan, aku cinta sama Nendra, aku pengen selalu deket dia walau dia selalu nolak aku mentah mentah," Kali ini air mata nya tak bisa dibendung sama sekali, air matanya berhasil meluncur di pipi mulusnya, apa yang di katakannya benar selama masa SMP cintanya pada Nendra terkenal dengan cinta bertepuk sebelah tangan.

Tangan kanan Afa segera mengelus puncak rambut Alisya, terlihat saja seluruh tubuh Alisya masih bergetar hebat akibat kejadian kekerasan tadi

"Kakak mau temenin kamu sampe kamu pulang sekolah nanti," Ucapan Afa sentak membuat Alisya tersenyum.

Teringat betapa beruntungnya dia mempunyai kakak seperti Afa, hanya dialah yang Alisya punya sejak kedua orang tua mereka pergi untuk selamanya.

"Kakak gak usah repot gitu, kayak Alisya anak kecil aja, Alisya bisa pulang sendirian loh," Tolak Alisya dengan bibir manyun menyelimutinya.

Afa tersenyum melihat tingkah adiknya itu, dia lalu mengangguk karena rasa sayangnya terhadap adiknya itu tidak bisa di ukir dalam sejarah apapun, segalanya akan Afa turuti untuk kebahagiaan Alisya.

"Kamu harus janji kalo kamu harus bahagia, kakak selalu doain kamu. Kadang waktu bisa buat kita jauh, tapi inget kakak di sini, di hati kamu," Ucapan Afa benar benar membuat Alisya tersenyum bebas.

"Kalo bukan karena Alisya, gue bakal hajar Lo habis habisan Dra," Batin Afa dengan mengepalkan kedua tangannya hingga memunculkan ketara putih disisinya.

Trapped in CrimeWhere stories live. Discover now