PART 5

190 82 13
                                    

"Kenapa Lo nyakitin adik gue??" Tanya Afa dengan menampilkan raut wajah marahnya. Hari ini Alisya masih berada di rumah sakit. Afa memutuskan untuk datang ke rumah Anendra.

Entah mengapa Anendra hanya tersenyum licik, tak menampilkan rasa bersalah sedikitpun. Dia tak boleh terlihat mengalah sedikitpun oleh orang lain. Sejak kepergian Ilanda tak ada satu orang pun yang dapat membuat hatinya mencair, ia sangat membenci seseorang yang ada di hadapannya ini. Mereka bertiga adalah sahabat dari kecil, Anendra sangat mencintai Ilanda, dia hanya menyembunyikan rasanya sewaktu dulu dan sampai akhirnya Afa jujur padanya bahwa dia menyukai Ilanda. Bahkan Anendra sudah mengatakan bahwa jika benar afa mencintai Ilanda, ungkapkan rasa itu karena Anendra tahu rasa Ilanda ke Afa itu lebih dari sahabat, sedangkan dengannya?. Dia hanyalah sahabat bukan lebih. Seminggu kemudian afa mengungkapkan perasaannya ke Ilanda, dan Ilanda menerimanya. Anendra tak pernah kunjung bersama mereka berdua lagi, tak ada rasa benci kepada keduanya dahulu, Anendra hanya memantau Ilanda dari kejauhan, sampai dua tahun terakhir, Ilanda meninggal karena kekerasan yang di lakukan Afa, karena hal tersebut Anendra benci sejadi jadinya oleh seseorang yang ada di hadapannya ini. Afa tak menyadari apa yang Nendra lakukan saat ini berkaitan langsung dengan kematian Ilanda. Dan Alisya, adalah korbannya.

"Masih punya telinga gak Lo??" Bentak Afa kepada lelaki di hadapannya ini, tangannya mengepal keras keras. Ia menatap lekat semua pahatan wajah Anendra. Tak ada perubahan dari Anendra, hanya sifatnya saja yang berubah.

Langkah Anendra memutari Afa, ia berjalan dengan bersikap dada. "Emang adik Lo punya apa?" Kini Anendra berada tepat di hadapan Afa. Dengan kekesalannya, kepalan tangan Afa segera menonjok wajah Anendra dengan keras.

Bukannya membalas Anendra hanya tersenyum, terlihat hidung nya mengeluarkan darah. Dia mengusap hidungnya dan melangkah maju satu langkah agar lebih mendekat dengan tubuh lelaki seumurannya ini.

Afa mencengkram kuat lengan Anendra. Hanya tepisan kasar yang Afa terima. Mengapa bodoh sekali lelaki di depannya ini, mengapa dia tak mengetahui alasan Anendra speerti ini?, Batinnya.

"Kalo Lo dateng cuma mau nyita waktu berharga gue mending Lo pergi" ucap Anendra. Tak di sangka dia menyimpan pisau di balik punggung bajunya. Dia mengeluarkannya dan hendak menyerang Afa. Anendra benar benar seperti orang kesetanan, entah apa jalan fikirannya sekarang.

Tetapi Afa bisa menghindari perlawanan tersebut, dia menepi agar kelakuan Anendra tak semakin brutal.

"Gue udah gak tau sama jalan fikiran Lo dra, akal Lo dimana?" Dengan dada naik turun akibat emosi, Afa berusaha menetralkan semuanya.

"Seenggaknya Lo berfikir logis, Lo benci sama gue?. Sampa Lo nyakitin adik gue ha?, Alasan Lo apa kayak gitu?" Jelas hatinya tak terima jika adiknya di perlakukan seperti itu dengan Anendra, adiknya sangat berharga di hidupnya, sangat.

"Oh yah?, Memangnya benci sama seseorang harus ada alasan?" Ketawa Anendra terdengar oleh seisi ruangan.

Tak lama dering ponsel Afa bergetar, menampilkan pesan dari Leo, menyuruhnya untuk segera ke rumah sakit karena Alisya, adiknya itu ingin di temani olehnya. Setelah membaca pesan itu, Afa menatap kedua sorot mata Anendra dengan tajam. "Andai Lo sadar gimana caranya Alisya ngimbangin kelakuan Lo yang lebih dari binatang ini" dia pun lalu berbalik badan dan berlari pergi.

"Yang binatang gue apa Lo nih haha.." senyum telah menyeringai di sudut bibirnya. Menurutnya Afa adalah seseorang yang pantas di rebut kebahagiaannya dengan cara apapun, sekalipun dengan mengorbankan Alisya.

•••

"Ayo makan dulu kamunya Sya, nanti baru minum obat" bujuk Leo dengan telaten. Dari kemarin Leo tak pulang hanya untuk menjaga Alisya. Alisya menggelengkan kepalanya, dia hanya ingin bertemu Anendra. Afa yang melihat itupun berdecak sebal, mengapa adeknya bisa menyukai lelaki berhati iblis itu?

Trapped in CrimeWhere stories live. Discover now