PART 37

66 25 0
                                    

Semuanya menatap anendra yang sudah terjatuh, leo segera mengangkatnya.

Alisya yang ingin menghampiri anendra itupun tertahan oleh tangan kanan dharma, "Kesini aja! "

Cekalan dharma terlalu kuat, orang sudah ramai mengerumuni anendra. Ada apa dengan lelakinya ?

"Lepas tangan aku dhar"

Suasana semakin ramai, dharma menghempas tangan alisya dan berdiri untuk menemui anendra.

"Ngapain lo kesini anjing!"

Anendra yang sedikit sadar itu mendapat tonjokan dari dharma, leo yang menyaksikan itu tak Terima dan langsung menonjok balik, suasana semakin kacau, apalagi saat dharma melayangkan pukulan kembali malah mengenai nadira yang membuat gadis itu mengeluarkan darah segar di hidungnya.

Emosi leo berhasil keluar ketika melihat nadira tersungkur di lantai dengan darah yang berada di hidungnya.

"Mati lo bangsat"

Keadaan menjadi kacau sekarang.

Hal tersebut membuat anxiety alisya kambuh, tangannya bergetar.

"Anendra"

Bibirnya mengucap hal tersebut saat ia menyadari anendra telah di bawa oleh leo, lelaki itu hadir untuk nya?.

Ia berlari untuk mengejar langkah leo, saat tangannya terkenal oleh Dharma gadis itu memberontak.

"Apa yang kamu mau dharma?, kamu bener bener gak waras. Stop, mulai sekarang kita gak bisa buat sama sama lagi! "

Dharma mengepalkan tangannya, matanya menatap tajam gadis yang sudah menjauh darinya hanya untuk menjemput anendra. "Emang seharusnya pas kecelakaan itu lo mati bangsat! "

Alisya menundukkan kepalanya saat mengetahui tumor otak yang lelakinya alami sudah semakin parah.

Dokter telah memberinya kabar barusan.

Ia menatap nya dari luar, nafasnya melambat. Ia tertidur di brankar rumah sakit saat ini.

"Itu kan yang lo mau"

Nadira menunjuk wajah alisya dalam dalam, membuat alisya hanya menunduk sambil menangis.

Leo mengelus pundak nadira, "Udah ra, bukan salah alisya".

" Kamu gak tahu nadira, aku jadi korban. Aku yang berusaha nglupain Nendra tapi gak bisa" alisya meneteskan air matanya, apa salah dirinya seperti ini?

Ia membuka cincin yang ada di jari manisnya, ia membuang nya sembarang. Ia mengacak rambutnya, gaun yang tadinya rapi kini telah begitu berantakan. Ia menempelkan tubuhnya ke dinding dan merosot di lantai.

"Maaf dra aku salah"

Alisya menggenggam erat gaun cantiknya, ia merangkak maju untuk memasuki ruangan lelakinya tersebut, jujur saja tubuhnya terasa lemas hanya untuk berdiri saja.

Tangannya menggenggam sisi brankar milik lelakinya itu agar tubuhnya dapat dengan mudah berdiri, ia menatap sendu lelakinya tersebut. Anendra yang yang kemarin ia harap mati?.

"Andai aku bisa kembali ke masa lalu, aku nggak akan lakuin itu dan gak akan ngucapin kalimat yang bikin kamu kayak gini dra" Alisya menenggelamkan wajahnya ke dada anendra. Tangannya bergetar hebat saat mengelus pipi kanan anendra. Hatinya begitu nyeri saat melihat lelaki yang sangat ia cintai ini begitu rapuh sekarang.

"Anendra lupain operasinya demi kamu kemarin"

Suara itu berhasil membuat alisya sedikit melirik nya, ucapan Leo benar benar membuat alisya terkejut. Tangannya menggenggam tangan Anendra erat erat.

"Apa yang udah aku lakuin dra?, kamu harus sembuh demi aku dan semesta. Kini aku percaya bahwa yang jahat itu bukan kamu, tapi kamu terjebak dalam kejahatan ini"

"Setiap saat aku gak akan pernah lupain kamu, tolong tarik ucapan aku Tuhan, tolong!. Selamatkan dia jangan biarin anendra pergi"

Alisya meringkuk di pantai, dia salah selama ini telah menyakiti lelaki yang telah terbaring lemah di brankar.

Leo menatap anendra, ia sedari tadi membiarkan sakit di perutnya menjalar, baginya itu tak sesakit apa yang anendra rasakan sekarang.

Kakaknya ini begitu nekat hingga lupa bahwa kemarin dia harus operasi, leo memukul kepalanya. Ia merasakan bersalah akibat berlebihan menyuruh Nendra pergi ke Indonesia tanpa operasi dahulu.
Nadira segera menghentikan perbuatan gila leo, "Aku salah ra"

Tatapan sayu dari leo membuat nadira memeluk erat tubuh laki laki ini.

"Kamu gak pernah salah leo, jangan mikir gitu"

•••

"Pulang, dasar gadis murahan"

Rio datang ke rumah sakit yang di datangi nadira sekarang, lelaki ini menampar anak gadisnya. Ia menatap tajam nadira, "Dasar anak kurang ajar dan gak pantas buat bahagia"

Saat Rio akan menampar nadira lagi tangannya berhasil di cekal oleh leo.

"Nadira memang tak pernah bahagia dan saya berhak membuat dia bahagia untuk selamanya"

Rio melotot, bukankah laki laki yang mencekal tangannya ini anak dari istrinya?.

Leo menghela nafas panjang, lalu ia menghembuskan nya perlahan, ia menghadap gadisnya yang sudah tertunduk menangis. Lalu ia menatap tajam lelaki di depannya ini, matanya membulat, dia suami bunda nya?.

"Saya papa Nadira dan saya berhak mengatur anak saya! "

Tiba tiba datang Andini tergesa-gesa, ia melihat keributan dari jauh. Matanya menangkap kehadiran putranya, Leo di samping anaknya Nadira.

"Nadira ayo pulang!, mama kamu juga udah stres mikirin kamu" ucap Rio pada Nadira dengan nada membentak.

Leo memundurkan langkahnya sejenak, berusaha mencerna apa yang terjadi. "Nadira anak bunda? "

Andini mengangguk pelan dan mengelus pundak kanan anaknya ini, leo menepis nya kasar. Ia mengusap wajahnya, fikirannya kacau sekarang.
Leo melepaskan genggaman tangannya pada gadis yang berada di sampingnya ini. Nadira adalah saudara nya.

Andini menatap heran putranya, "Kenapa nak? "

Leo tak menjawabnya.

Leo menatap wajah nadira yang jelas sudah menangis menerima kenyataan ini. Leo memukul keras dinding rumah sakit, "pergi!"

Nada suara leo sengaja ia tinggikan, membuat Andini menautkan alis keheranan, kenapa dengan putranya ini?. "Pulang atau keluar dari rumah nadira?!"

Makian dari Andini kepada nadira membuat bahu gadis tersebut bergerak sedikit, menandakan gadis tersebut terkejut dengan nada tinggi milik Andini.

Leo kembali menggenggam tangan nadira, ia mengelus punggung tangan gadis yang ia cintai tersebut, tetapi nyatanya mereka adalah saudara.

"Anda tahu apa derita nadira selama ini?. Saat saya berhasil meraih genggaman nadira yang ternyata punya banyak bekas luka, di hatinya juga luka. Apa anda tahu semua itu?. Yang Anda tahu nadira harus jadi anak yang pintar dan pintar?. Kenapa anda menyuruh nadira pintar sedangkan otak anda kosong" leo menujuk wajah Rio dengan kemarahannya.

Fikiran leo sudah buyar kemana mana.

Trapped in CrimeWhere stories live. Discover now