PART 10

170 57 13
                                    


"Untuk apa aku hidup?" Pertanyaan Alisya memang benar benar membuat Anendra terkejut, ia tak habis fikir apa yang gadis itu ucapkan. Hari ini Anendra menemani Alisya, ia memutuskan untuk bolos hari ini. Seperti biasa alasan juga karena malas sekolah.

"Untuk tetap mencintaiku, untuk selalu menerima bunga mawar dariku. Hm untuk jadi rumah hidupku" Anendra menatap kedua manik mata Alisya, tatapan mereka bertemu.

Gelengan cepat dari kepala Alisya. Membuat Anendra keheranan. "Nggak cinta sama aku?".

"Aku udah cinta sama kamu, aku bisa ulangin cinta kamu sampe berjuta juta kali" seketika Alisya terkejut mendengar pernyataan dari Anendra. Apakah ini sebuah mimpi?. Apa yang Anendra katakan benar?.

"Kamu gak yakin?" Tanya Anendra kepada Alisya yang jelas sedang menatapnya sekarang. Matanya terlalu indah untuk dipandang.

"Kalo ada Nendra, Alisya gak sedih lagi kok" Alisya memperlihatkan senyumnya pada lelaki ini, ia memeluk erat tubuh lelakinya ini. "Makasih mau nenangin Alisya ya.."

Benar saja hati Anendra sekarang mulai menghangat, "Ini bukan kalimat untuk sekedar nenangin kamu Sya, ini nyata, aku bener bener cinta sama kamu"

"Tolong bantu aku cari pelaku pembunuhan kak Afa ya" ajakan Alisya benar benar membuatnya melolot, bagaimana ia dapat melakukan hal itu jika Anendra adalah pelakunya?

Menyadari anedra yang hanya diam saja membuat Alisya bingung, dia lalu menggoyangkan tubuh lelaki di depannya ini. "Kamu kenapa?" Terlihat dari raut wajah Alisya menandakan dia sedang bertanya. "Nggak mau ya?" Lanjut ucapannya, membuat Anendra menggeleng pelan.

"Mau kok" Anendra tak tahu lagi bagaimana jika Alisya benar benar mengetahui semua yang terjadi.

•••

Rambut panjang Alisya ia biarkan terurai indah. Setelah ziarah ke makam kedua orang tuanya dan makam kakaknya, alisya memutuskan mengajak Anendra ke taman dekat danau. Dia berdiri memandangi danau di seberang sana. Anendra hanya memandangi dari kejauhan, ia menemani Alisya ke tempat yang membuat Alisya nyaman.

"INDAH BANGET DRA DANAUNYA" teriakan Alisya dari kejauhan itu berhasil membuat Anendra tersenyum simpul, Alisya benar benar membuatnya berubah, ia bahagia melihat Alisya tak menangisi kematian afa lagi.

Tubuhnya ia ringkukan agar dekat dengan air danau, jarinya merasakan dinginnya air danau tersebut saat ia tenggelamkan di danau. "Air ini terlalu tenang, tak seperti fikiranku saat ini kak" Alisya memejamkan matanya. Ia merasakan sejuknya angin saat menerpa wajahnya.

"Bolehkah aku menyusul kalian?" Ia merindukan kehadiran mereka bertiga, ayahnya, ibunya dan kakaknya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, setelah itu menoleh ke belakang, Anendra yang menyadari jika sedang di pandangi oleh Alisya hanya melambaikan tangannya menandakan Anendra masih disini. Tampak senyum Alisya masih terlihat walau dari kejauhan.

Tiba tiba di perut Anendra terasa perih, tak bisa di bohongi saat ini ia merasa lapar terlebih lagi dirinya dari kemarin lupa makan walau hanya sesuap pun. Dia terlalu sibuk menemani Alisya, saat sekolah juga dia seharian terkena hukuman oleh wali kelasnya. Dia harus berdiri di lapangan basket sampai waktu pembelajaran berakhir.

Kini, tangannya bergetar hebat. Kepalanya pusing, sepertinya penyakit anemia nya kambuh. Darah rendahnya ini mengganggu hari harinya.

Langkah Alisya mendekati Anendra, wajah Anendra yang semulanya merasa kesakitan ia normalkan ketika gadis yang mulai ia sukai itu mendekat. Ia lalu duduk di dekat Anendra, ia menyenderkan kepalanya ke bahu, ia menggandeng lengan kiri Anendra. Wangi parfum lelaki ini membuatnya tertarik, setelah kehilangan kakaknya dia hanya ingin bersama Anendra, JIKA BISA.

Trapped in CrimeWhere stories live. Discover now