PART 6

178 80 9
                                    


Anendra mengacak rambutnya. Ia melangkah menghempaskan tubuhnya ke kasur. Kepalanya terasa pusing akibat kehujanan. Kediamannya tampak sepi, ayah dan kakaknya entah kemana. Hujan masih betah mengguyur kota Jakarta ini.

Ia menatap dari jendela, aroma hujan membuatnya merindukan sosok Ilanda. Terpampang jelas tato bertulis "ALANDA" di lengannya. Arti yang bermakna untuk mereka berdua "Anendra Ilanda". Masih ingat tato tersebut?.

Dia lantas menertawakan dirinya sendiri, hal bodoh yang selalu ia ingat itu sangat menusuk perasaannya, Anendra menatap rintikan hujan yang turun sangat deras, mengapa harus dia sendiri yang mencintai Ilanda tanpa terbalaskan?

Bagaimana rasanya kasih sayang ibu?, Dulu semasa SD saat teman temannya bercerita bagaimana baik serta perhatian ibunya kepada mereka, lalu mereka menanyakan bagaimana sikap dari ibu Anendra, dia hanya terdiam mematung dan menggelengkan kepalanya, bahkan untuk sikap ibunya saja Anendra tak mengetahui nya, saat dia menemukan sosok terbaik dalam hidupnya yaitu Ilanda, sosok itu sekejap pergi meninggalkannya. Dia berbalik badan lalu menghadap cermin, salah ya aku mencintaimu lan?. Selalu ada bayang bayang Ilanda di dalam otaknya, efek rindu berlebih pada wanita itu.

Tangannya bergerak untuk mengambil ponsel nya di atas ranjang. Dia di kejutkan oleh beberapa chat dari Alisya, gadis itu tak berhenti menghubunginya. Tetapi dia hanya membacanya, ia tak berniat membalasnya.

Tiba tiba Leo masuk kamarnya tanpa persetujuan dahulu dengan Anendra. Anendra tak kaget sama sekali dengan keberadaan Leo, dia menaruh ponsel nya di meja. Terlihat Leo yang cengengesan sedari tadi.

"Lo gak ada niatan buat nanyain kenapa gue ketawa mulu apa??" Tanya Leo dengan kaki melangkah duduk di kasur. Anendra tak membalas ucapan Leo. Dia sama sekali tidak peduli dengan apapun.

Hingga kini Leo masih saja tertawa, bahkan lebih keras dari yang sebelumnya. "Emak gue masak banyak anjg, dia nyuruh Lo kesana. Biasanya kan Lo yang habisin semua haha" ucap Leo dengan santainya, lantas Anendra melotot dan berbalik badan menghadap Leo. Tapi benar saja dia sangat suka atas keberadaan keluarga sahabat ini, keluarga harmonis, kedua orang tua Leo sudah menganggap Anendra sebagai anaknya. Sebaik itu mereka, tetapi bagaimana jika mereka tau sifat asli Anendra selama ini?

"Gas lah yok.." Leo menarik tangan Anendra dengan cepat. Anendra sebenarnya sangat beruntung mempunyai sahabat sebaik Leo.

Sesampainya di sana Anendra terkesima dengan masakan sebanyak ini, hanya untuk menyambut Anendra saja. Mereka dengar Anendra sedang banyak masalah, mereka ingin mendengar apa saja masalah yang di hadapi lelaki ini.

"Sebelumnya saya terimakasih Tante, om.., saya jadi merepotkan" sembari salam kepada keduanya, walau Nendra menyayangi mereka, tetapi dia tak pernah memunculkan senyumnya.

"Kok badan Nendra panas nak?" Ucap Fathia, ibu Leo. Fathia merasakan tensi panas dari Anendra karena berkontak langsung dengan kulitnya saat menyalaminya tadi.

Anendra menunduk, "tadi kehujanan bentar nte" terlihat jelas di keluarga sahabatnya ini, ia benar benar di perlakukan dengan baik.

"Ya udah nanti habis makan, Tante ambilin obat terus di minum. Nginap sini aja ya" senyum manis Fathia tak bisa di bendung.

Leo dan ayahnya hanya bisa melihat dari meja makan, "ehem, cemburu nih.." ucap Lefri, ayah dari Leo. Lefri benar benar tipikal ayah yang suka sekali becanda. Gelak tawa terdengar di ruangan makan tersebut, kecuali Anendra. Dia tak sama sekali tertawa..

"Jadi apa masalahmu?" Tanya Lefri kepada Anendra yang sedang melahap makananya.

"Apa ayahmu masih mempertahankan ego nya?, Masih menyakiti mu?" Lefri benar benar ingin tahu yang Anendra rasakan, anaknya sekarang dua, selain Leo, Anendra juga anaknya.

Trapped in CrimeWhere stories live. Discover now