PART 13

111 48 9
                                    


Alisya menaburkan bunga di atas makam ibunya, mengusap halus nisan nya. Desy Andini nama yang tertera di sana, nama yang cukup indah. Makam mereka bertiga berdekatan, Alisya sudah mendoakan mereka tadi.

Setelah itu ia pulang sendirian, ia sengaja tak memberi tahu Anendra jika ia ingin ke makam hari ini. Ia tak mau lelakinya tersebut merasa kerepotan.

Sesampainya di rumah sudah ada keberadaan Anendra di sana.
"Keluar nggak bilang sama aku?" Pertanyaan dari Anendra membuat Alisya meringis. Menampilkan gigi rapinya saat itu.

"Kamu nanti repot" Alisya menjawab nya sambil duduk di sofa ruang tamu. 

"Kapan aku bilang kalo kamu pernah repotin aku?" Tatapan tajam dari Anendra menandakan ia tak suka jika Alisya berpergian tanpa izin kepadanya.

Anendra sama sekali tak mau melihat Alisya, sebuket bunga mawar di genggaman nya tak kunjung ia beri kepada Alisya, terlihat anendra kesal dengan Alisya.

"Aku minta maaf nih" Alisya menjulurkan tangan kanannya kepada Anendra, Anendra hanya melirikan matanya sedikit lalu tak menghiraukannya. Bibirnya sedikit ia manyunkan, membuat gadis di depannya ini tertawa.

Anendra mengangkat dagunya tinggi. "Nggak mau maafin dengan cara kayak gitu, maunya minta tium" Anendra berbicara kalimat tersebut tanpa ingin menatap kedua mata Alisya.

"Ihh genit ya" Alisya terkekeh dengan kelakuan Anendra kali ini. Jujur saja Anendra tak tahan menahan tawanya saat gadis nya tersebut tertawa terpingkal Pingkal. Apalah daya seorang Anendra, ingin marah kepada gadisnya?. Hal yang sangat mustahil

Akhirnya mereka sama sama tertawa, tak ada perdebatan yang serius untuk keduanya. "Pacar siapa kamu?" Pertanyaan Anendra hanya membuat Alisya bersedekap dada.

"Pacar Anendra, kenapa?, Kalo nggak suka mending kamu minta gelud aja sama pacar aku" menampilkan wajah sombong dan mendekati wajah Anendra dengan sangat dekat. Anendra hanya menahan ledakan tawanya saat Alisya bisa bercanda dengan begitu lucunya.

"Bawa sini deh, sok ganteng banget pacar kamu. Palingan baru aku toel udah mati dia" lelucon mereka bahkan benar benar garing untuk yang melihatnya.

Tawa Alisya benar benar menggelegar di ruang tamu rumahnya itu, dia geleng geleng atas candaan mereka berdua.

"Buat si cantik dari gua hantu" tangannya mengulurkan sebuket bunga mawar putih cantik, seperti biasanya.

Tangan kanan Alisya memukul dada bidang milik Anendra, "Body shaming aja terus, aku omnivora loh, awas aja nanti kamu aku makan"

Anendra benar benar senang melihat tawa Alisya, walau hanya candaan sederhana tapi setidaknya dapat membuat ukiran senyuman di bibir Alisya.

"Aku mau tidur, kamu pulang aja sana" dengan nada mengusir, Alisya meringis dengan wajah polosnya.

Anendra tersenyum simpul, ia baru teringat tentang penyakit yang di derita Alisya, ia sudah menghubungi para dokter profesional yang ada di manapun tapi tak ada ginjal yang cocok dengan milik Alisya. Selama dua menit, Anendra bergelut dengan fikirannya dan sedikit melamun.

"Nendra, kok melamun kamunya?" Pertanyaan dari bibir Alisya membuat Anendra terkejut.

"Eh eum eng-gak kok, yaudah aku pulang dulu. Gih, ganti baju, cuci muka, gosok gigi, minum susu terus langsung tidur ya cantiknya Anendra" tangan kanan milik Anendra berhasil meraih puncak rambut Alisya. Ia mengelus nya pelan.

Ia mengikuti gerak kepala Alisya, yang semua tegak menjadi miring. "Kecapean ya?" Mendengar pertanyaan itu Alisya menegakkan kepalanya kembali.

"Nggak ada sejarahnya Alisya cape, aku kan kuat" Alisya menaik turunkan Alisya tanda mengejek Anendra.

Lalu Anendra beranjak berdiri dan pamit kepada Alisya untuk pulang, wajah Alisya yang semula ceria harus memudar di karenakan merasa sepi kembali.

Jika sudah seperti ini dia akan merindukan sosok kakaknya yang selalu menemani malam nya hanya untuk membacakan cerita kesukaannya.

•••

"Anendra ada om?" Ia bertanya kepada dewa tentang keberadaan Anendra, dewa menatap serius wajah remaja laki laki yang ada di depannya. Ia seperti mengenal nya walau baru saja melihatnya.

Dewa menatap Leo dari bawah hingga atas, "Ada, urusan apa?" Tatapan matanya jujur saja tak ada kehangatan sama sekali, tetapi dewa merasakan ada jiwa di antara anak ini. Sebenarnya siapa anak ini?

"Masuk aja dulu, oh ya nama kamu siapa?" Dewa membuka lebar pintu rumahnya tersebut, mempersilahkan Leo masuk dan menunggu di dalam.

Langkah nya menuju kursi di ruang tamu, "Terimakasih om, nama saya Leo om" mendengar kata Leo sontak membuat dewa berhenti dari langkahnya dan menatap dalam kedua bola mata Leo.

"Panjang?" Pertanyaan singkat dari dewa tersebut mungkin membuat bingung, tetapi dapat di tangkap jelas di otak Leo bahwa ayah dari Anendra ini sedang menanyakan nama panjangnya.

"Leo Raylie Jonathan om" nama tersebut membuat dewa terkejut bukan main, ia mematung di tempat. Leo keheranan dengan sikap ayah Anendra.

Lantas ia berdiri dan menggoyangkan tubuh lelaki tersebut, "Maaf, om kenapa?" Membuat dewa sadar dari lamunannya. Dewa menggelengkan kepalanya.

Tak selang lama Anendra datang dan menuruni tangga, menyadari kehadiran Anendra, dewa segera memasuki ruang kerjanya kembali.

"Ngapain?" Tatapan sahabatnya ini benar benar dingin, tak heran jika Anendra begini, ayahnya saja sudah mencerminkan dirinya.

"Kalo Lo lagi gak ribet sih, Lintang ngajakin Lo balapan, duel sama dia katanya" ia kembali duduk di kursinya seperti semula, tersenyum kepada sahabat nya tersebut.

Lintang adalah musuh mereka berdua, tetangga Leo dulu lalu pindah ke London untuk kuliah. Sekarang di berlibur ke Indonesia karena katanya ia bosan di sana.

"Ck, selalu ngerepotin orang" Anendra mendekat ke Leo untuk sekedar duduk di kursi memanjang tersebut.

"Kalo Lo nggak mau biar gue aja, Leo sang macan aummmm" ucapan Leo membuat hanya membuat Anendra menatapnya sinis.

Anendra berdecak sebal, bagaimana bisa sahabat di sampingnya ini terus bercanda ketika musuh bebuyutan nya tersebut sedang menantangnya. Ini bukan pertandingan bola anak anak tapi ini balapan penjuru atau balapan liar. Anendra menunduk dan memikirkan caranya agar menang nantinya.

"Lo kesurupan?" Pertanyaan bodoh dari Leo itu membuat Anendra geram dan segera menjitak kepala Leo, hingga Leo meringis melihat kemarahan sahabatnya ini.

Bagaimana ia tak bingung, Lintang adalah pembalap handal berturut-turut, ia tak biasanya duel dengan lintang. Ini membuatnya kesal tak karuan.

" Tenang, gue bisa ngalahin dia" Leo berjalan menuju keluar pintu. Anendra mengikuti nya keluar.

Laki laki berekspresi datar itu melihat sahabatnya yang sibuk mengutak ngatik ponselnya. "Anjay hadiahnya lumayan, 174 Jeti" berbalik dengan Leo, Anendra hanya menampilkan ekspresi biasa saja saat mengetahui hadiah yang bisa ia dapat tersebut. Baginya uang tersebut biasa saja.

"Biar gue aja anjing, Lo sok jago bgt kayaknya" Anendra menyenggol tubuh Leo dengan badan kekarnya.

"Paling jago ya sat" ia meninju lengan kiri milik Anendra dan tertawa terbahak bahak.

Tanpa basa basi lagi mereka menuju arena balap tersebut dengan menaiki motor kesayangan mereka.

"Pujianmu membuatku tambah bersemangat untuk mencintaimu" Alisya

Trapped in CrimeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu