PART 24

90 34 14
                                    

"Sorry, I didn't see you before"

Lelaki berkaca mata hitam dengan wajah Asia ini menabrak kan tubuhnya ke tubuh mungil Alisya yang sedang berjalan dengan Dharma.

"Do you have eyes?" Maki Dharma dengan menampakkan urat lehernya kepada laki laki yang baru baru ini ia temui di tempat kuliah nya.

"I'm from Indonesia, just entered college here" ia membungkukkan badannya tanda meminta maaf.

Alisya dengan mudah menangkap apa yang laki laki itu katakan karena sudah berbaur dengan gerak bicara dari seseorang berdarah Inggris.

"Kami juga dari Indonesia" ucapan Alisya memecahkan suasana agar tak selalu untuk berbahasa Inggris di sini, toh juga mereka sama sama dari negara khatulistiwa.

"Perkenalkan namaku Saka Alvino"

Saka Alvino?

Ingat nama itu?

Ia menjulurkan tangannya ke depan wajah cantik Alisya. Dharma segera menepis tangan milik laki laki yang baru mereka kenal hari ini.

"Gak perlu kenalan sama dia, gue cium aura busuk dari sikap dia"

Ucapan Dharma membuat Saka terkekeh pelan, yang benar saja laki laki ini sudah pandai menebak.

"Kamu kok bilang gitu?" Pertanyaan Alisya membuat Dharma menatap nya tak suka. Gadis ini benar benar polos atau bagaimana?.

Alisya menerima juluran tangan dari lelaki bernama Saka tersebut.

"Kamu punya mata yang indah" pujian dari saka membuat Alisya tersenyum tipis tanda menghargai apa yang barusan saka katakan.

"Aku kurang faham di sini boleh jadi temanku?"

Dharma memutar bola mata nya malas, ia tak menyukai kehadiran Saka, jujur saja.

Dharma menggapai tangan kanan Alisya, lalu berniat membawanya untuk jalan kembali tanpa memperdulikan omongan saka. Tetapi Alisya lebih dahulu mengangguk kan karena dia ingin berteman dengan saka.

"Ayo ikut kami" Alisya tersenyum kepada saka, ia memang suka memperbanyak kawan sekarang.

Saka mengikuti tiap langkah dari Alisya dan Dharma, Dharma benar benar kesal setengah mati pada laki laki ini.

Bagaimana dia bisa mendapatkan cinta nya Alisya jika orang baru ini mengusik kehidupannya??.

•••

Air mata yang tadinya mati Matian Leo tahan, kini mengalir dengan deras di pipi mulus milik Leo. Ia benar benar tak boleh untuk diizinkan keluar sedikitpun, dokter sudah melarangnya.

Kumatnya semakin menjadi, jika ia sangat nekat itu dapat membuat dirinya mendekati kematian.

Lalu, Leo tertawa menyadari apa yang terjadi saat ini.

"Cengeng banget sih Lo nangis" maki dirinya sendiri, dunia nya memang sangat hancur sekarang.

Ia memukul kepalanya pelan, berusaha menghentikan tangisannya. Setiap hari ia harus merasakan sakit yang merupakan hasil dari perjuangannya untuk gadis yang ia cintai.

Tiba tiba tubuh mungil memeluk tubuhnya erat. Tepukan pelan yang gadis kecil itu berikan di punggung Leo itu terasa begitu menenangkan.

"Yah cengeng banget, kayak gini mau jadi panutan Arsya?"

Tak ada jawaban dari Leo, ia masih sibuk menangis dalam diamnya.

Trapped in CrimeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora