PART 3

249 86 8
                                    

Dering ponsel Afa berbunyi, lalu Afa memberhentikan motornya yang melaju kencang sebelumnya. Tertera nama adiknya di handphone nya. Tanpa berlangsung lama Afa langsung melihat chat dari adiknya.

ALISYA
Abang, bentar lagi Alisya pulang, maaf Alisya pasti bikin Abang khawatir, sampe Abang telfonin aku berkali kali, aku bakal pulang sehabis ini, Abang tungguin di rumah yah.

Kekhawatiran Afa mereda karena sudah mengetahui kabar adiknya, Afa melesat memutar balik jalan bertujuan kembali ke rumahnya.

•••

Seperti biasanya Afa selalu menemani adiknya sebelum tidur, membacakan cerita kesukaan Alisya. Selalu menanyakan bagaimana cerita hari ini berlangsung, apa yang telah terjadi dan apa yang Alisya rasakan sekarang.

"Kakak jangan pernah ada niatan untuk pergi terlalu jauh yah, karena Alisya udah gak punya mama papa, Alisya gak akan biarin kakak pergi" entah apa yang membuat gadis kecil ini menjadi sedih sejadi jadinya. Tak di sadari matanya memanas kala rindu terhadap mama dan papa nya melanda.

Afa juga tidak bisa berbohong jika dia juga sangat merindukan kedua orang tuanya itu. Tetapi di depan adiknya dia juga harus terlihat tegar. "Kakak gak akan pernah tinggalin Alisya. Gimana kalo besok kita ke makam mama sama papa?, Alisya mau?" Ajak kakaknya sambil menghapus air mata di pipi mulus Alisya.

Selama hampir tiga tahun lamanya, Alisya tidak pernah merasakan kehangatan belain mama nya lagi, dan bagaimana lagi rasanya di banggakan oleh seorang papa, sedangkan kawan sebayanya yang selalu memamerkan keharmonisan keluarga mereka masing masing. Alisya masih bisa bersyukur karena masih mempunyai kakak baik seperti Afa.

"Satu hal yang harus adek tau, bahwa kakak gak segan melawan siapa aja yang udah kelewat batas sakiti kamu. Siapapun dia Alisya" ucap Afa sambil perlahan memejamkan matanya sembari memeluk dalam tubuh adiknya.

Sudut bibir Alisya tersenyum, setidaknya dia mempunyai kebahagiaan di dalam rumah ini walau hanya bersama afa, kakaknya.

Perlahan mata Alisya memejam di pelukan Afa, speerti tak menghiraukan dan tak memikirkan apa lagi masalah yang terjadi di esok hari. Setiap dia di sakiti, selalu ada obat penyembuhnya yaitu Afa dan Anendra.

•••

"Kapan Lo mau lupain Ilanda, Dra?" tanya Leo kepada Anendra yang sedang fokus melihat sebuah foto wanita cantik.

"Dan bisa bisanya Lo malah pengen rencanain hal kotor ke Alisya, gak kasian Lo sama dia?" Lanjut ucapan Leo tadi.

"Kasian?, Lo pernah nglihat gue kasihan sama orang?, Buta mata Lo Leo?!. Sebelum balas dendam gue terbalas gue gak akan diam aja bangsat" melihat kan emosi nya sekarang, jari jari yang terkepal kuat, dan rahang yang mulai mengeras.

Leo bergeming mendengar pernyataan Anendra "Bahkan Lo gak sadar, Lo itu gila. Ilanda udah tenang di sana. Jangan salahin siapa siapa disini Dra, Lo sama sekali berbuat untuk hal yang gak nyata"

Sontak Anendra berbalik badan dan menarik kerah baju Leo, menghantam pelipis Leo sampai mengeluarkan darah segar di hidung Leo, hal speerti ini sudah biasa di alami Leo ketika menghadapi kemarahan sahabatnya satu ini.

Dengan dada naik turun, Anendra melakukan tolak ukur perlawanan "Dia gak akan pergi kalo cowok brengsek itu gak sama sekali nyakitin Ilanda!!" Maki Anendra dengan kemurkaannya yang kentara di balik sepasang mata tajamnya yang gelap.

Trapped in CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang