PART 8

168 74 9
                                    


Ia menggeleng dengan cepat, ia tak ingin mencintai gadis itu, gadis itu akan membenci nya kelak. Itu yang Anendra mau, membuat mereka tersiksa. Ilanda satu satunya wanita yang hanya ingin dia cintai.

"Spesial?" Ia lantas bertanya kepada Leo tentang apa spesial nya gadis kecil itu?

Leo tersenyum simpul kepada Anendra. "Saat Lo selalu nyakitin dia?, Apa pernah dia bales perbuatan nya ke Lo?, Saat Bullyan selalu nimpa dia?, Ada dia bales semuanya?. Dia itu gadis kuat dra. Gue takut nanti ketika Lo bales dendam malah Lo yang terjebak bukan dia" ucapan Leo tersebut membuat Anendra mengernyitkan dahi. Apa yang Leo maksud?

Apakah nanti Anendra yang akan lebih jatuh cinta dengan Alisya?, Entahlah dia tak memikirkan itu semua, dia hanya ingin menikmati seluruh dendam nya untuk sekarang.

Derap langkah Alisya keluar dari ruangan, ia melihat Anendra sudah duduk bersama Leo di kursi memanjang tersebut. Alisya menghampiri Anendra dan segera memeluknya. Leo yang melihat itu merasakan sesak di dalam dadanya, melihat gadis yang di cintai melakukan hal tersebut ,memang sangat menyakiti hati bukan?

Tak kunjung ada balasan dari Anendra untuk pelukan Alisya. Alisya menangis dalam pelukan Anendra.

Hangatnya pelukan ini, seperti pelukan Ilanda dahulu. Anendra memejam matanya. Apa yang ia rasakan kali ini?, Apa dia sudah jatuh ke dalam kenyamanan ini?. Saat menyadarinya Anendra segera melepas pelukan Alisya.

"Nggak perlu sampe meluk gue bisa?" Sorot mata tajam nan gelap itu membuat Alisya tertunduk.

"Kenapa?, Tolong peluk aku bentar aja Dra?. Aku butuh seseorang" pelupuk matanya di penuhi tangisan. Ia menggenggam rok panjangnya, sudah berkali kali ia menahan tangisannya ini namun ia tak akan pernah bisa.

Senyum Anendra menunjukkan bahwa dia sedang meremehkankan Alisya. "Alay" hardiknya tanpa basa basi sedikitpun.

Mendengar kalimat itu membuat tangisnya menambah, di tambah mengingat kakaknya yang belum sadar itu membuat hatinya hancur, tubuhnya lemas. Matanya ia nekatkan untuk melihat wajah tampan Anendra. Ia merasakan pusing berlebihan di kepalanya, sedari tadi tangannya bergetar hebat tapi tak ia hiraukan. Tubuhnya melemah dan jatuh pingsan dalam pelukan Anendra. Tetapi Anendra hanya mematung di tempat itu tanpa berniat menolong alisya.

Leo yang paling awal peduli dengan gadis itu lalu segera menggendongnya.

" Ini bukan saatnya Lo kayak gini Dra, jahannam banget sikap Lo" ia berteriak sambil menggendong Alisya, ia meminta pertolongan ke dokter. Seketika para suster ikut membantunya, Alisya di tempatkan di ruang inap.

Jujur saja Anendra ingin peduli dengan gadis itu, tapi otaknya menolak berkali kali. Dia menatap Afa dari pintu IGD, senyumnya terukir di sana, senyum liciknya kembali merekah. Tak di sangka dia membawa cairan racun yang sudah ia kemas di plastik kecil di sakunya.

Sebelum nya dia telah mensabotase cctv rumah sakit, sehingga nanti ia dapat melancarkan kejahatan nya.

Melihat Leo sudah sibuk mengurusi Alisya, dia beranjak melakukan niatannya untuk membunuh Afa.

Saat memasuki ruangan IGD, di lihatnya wajah pucat Afa. "Bentar lagi Lo mati nih, mau ngucapin apa sama gue??. Hiks kasian banget sahabat gue yang paling ganteng ini bentar lagi mati haha" ucapnya sambil mengambil suntikan dan berhasil menyedot cairan di dalam kemasan yang telah ia ambil di sakunya barusan. Fikiran nya benar benar jahat, bisa di katakan dia adalah psikopat gila.

Anendra menyuntikan racun tersebut ke dalam infus Anendra. Dia tersenyum. "Kuat kuat deh badan Lo, kalo nggak kuat ya bentar lagi mati, bye benalu". Ia meninggalkan ruangan tersebut, hatinya senang tak karuan saat sadar deteksi jantung Afa melambat.

Trapped in CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang