14. Terusik

1.1K 216 44
                                    

Rio tiba di rumah Rose hampir tengah malam, Jessica dan Yuri masih terjaga menunggu sang putri pulang, dan Rio ikut turun dari mobil untuk menemui calon mertua nya.

"Hey, kalian sudah pulang?" Sambut Yuri.

"Uncle, maaf mengantar Rose tengah malam begini, tadi aku ingin mengajak nya jalan-jalan, tapi malah aku mendapatkan telpon penting dari tuan Mino, jadi aku membawa Rose untuk mengambil sapi ke sana tadi" jelas Rio tak enak dan sungkan pada Yuri dan Jessica.

"Tidak masalah, aku percaya pada mu, ayo duduklah" Yuri menepuk-nepuk bahu calon menantu nya, bahkan andai tidak pulang pun Yuri tak akan marah, tapi Rio adalah pemuda yang sopan dan bertanggung jawab, ia bahkan mengantar Rose sampai ke hadapan orang tua nya.


"Kenapa tidak mengimpor sapi dari Australia saja?" Tanya Yuri, Rose dan sang ibu ke dapur untuk menyiapkan minuman bagi tamu dan ayah nya.


"Untuk saat ini belum uncle, mau menghabiskan stock dulu, dan membeli dari sesama peternak lebih murah, biaya impor sekarang sedang mahal" alasan Rio.

"Di Peternakan sendiri, siapa yang membantu mu?"

"Ada Bambam, Mark, Bobby dan Yoong hyung, uncle"

"Seperti nya Jaehyun harus belajar banyak pada mu Rio-yaa, anak itu hidup nya terlalu santai, sibuk berkencan dengan gadis-gadis tak jelas" cerita Yuri membuat Rio tersenyum lucu.

"Minum nya oppa" Rose meletakan segelas teh manis hangat untuk Rose.


"Gumawo Rose" ucap Rio.


"Hari biasa seperti ini, biasanya berapa ekor sapi yang kamu potong?"


"Tidak banyak uncle, untuk mama semua itu hanya sekitar sepuluh ekor, lima belas ekor saat weekend, belum untuk rumah jagal yang meminta sapi hidup, bukan dalam bentuk daging segar" jelas Rio, tak salah bukan pilihan orang tua Rose untuk menerima perjodohan keluarga Kim.


Setelah berbasa-basi, Rio pun pamit pulang, dan Rose naik ke kamar nya, ia berbaring sambil tersenyum sendiri, lalu tanpa sengaja ia mencium aroma jaket milik Rio yang masih dipakai nya.

Tiga hari kemudian

Tiffany sedang mengechek barang baru yang datang dari jepang untuk butik nya, yaa, selain suplayer daging segar, Tiffany memiliki sebuah butik baju, dan Taeyeon memiliki usaha persewaan ruko untuk kedai atau restauran kecil, jadi tiap bulan ia akan mendapatkan pemasukan yang semua masuk ke kantong sang istri.

"Nyonya, ada nyonya Kwon di bawah" beritahu salah satu pegawai Tiffany.


"Oh, baiklah, selesaikan ini ya" perintah nya.


"Baik nyonya" Tiffany pun turun untuk menemui Jessica.


"Sicca-yaa"

"Tiff" kedua nya saling berpelukan dan mencium pipi, karena memang sahabat dekat.

"Ayo kita bicara di dalam" ajak Tiffany, mereka pun menuju ke ruang kerja nya, dan meminta pegawai nya menyiapkan minuman.

"Aku senang Rio akhir nya bersedia menemui putri ku" ujar Jessica.


"Ya, bahkan mereka pergi berdua, aku mendapatkan foto mereka dari Jennie, yang dikirim oleh Yoong" Tiffany memperlihatkan foto Rio dan Rose di peternakan Mino tempo hari.


"Mereka lucu sekali, apa Rio sudah mengatakan sesuatu pada kalian?" Tanya Jessica.


"Belum, dia masih sibuk, sepulang mengantar Rose kemarin, dia langsung ke Daegu dan sampai sekarang belum pulang" jawab Tiffany.

"Kita tunggu saja mereka, jangan kita desak" lanjut nya.


"Ya, aku juga sepemikiran dengan mu, kalau kita tekan, takut nya malah mereka akan berontak" imbuh Jessica.

"Aku ada koleksi baru dari Jepang, ayo kita lihat" ajak Tiffany.

"Wah, aku penasaran, ayo"


Rio sendiri di Daegu bersama Bambam dan Mark sudah tiga hari ini, memilah sapi yang akan ia beli di peternakan tuan Bae, ia tak membawa Yoong karena Taeyeon tak mau diantar oleh siapa pun jika akan pergi cuci darah atau sekedar keluar membeli roti kesukaan nya.

Rio meraih ponsel nya, ia menghubungi Rose, yang sudah tiga hari tak ia temui.


"Hallo"


"Hallo, oppa"


"Dimana Rose?"


"Di caffe, oppa kenapa tak menemui ku?"

"Aku masih di Daegu, dalam perjalanan pulang, nanti sore aku sudah di Seoul, kenapa?"

"Tidak, aku hanya bertanya, oppa hati-hati ne" lirih Rose yang tak berani berucap rindu

"Aku kangen" Rose yang mendengar ucapan Rio pun hanya diam membisu, sambil menggigit bibir bawah nya, hati nya porak poranda oleh kalimat pendek yang keluar dari mulut Rio.

"Aku juga" balas Rose nyaris tak terdengar, menahan rasa malu, kedua nya saling diam salah tingkah sambil tersenyum sendiri, dan merasa yakin jika keputusan mereka tepat.


Sorenya Rio mengabari Rose jika ia sudah tiba di Seoul, rindu tak dapat ditahan lagi, gadis itu menyiapkan mandu goreng sendiri, dan taro latte kesukaan Rio, yang akan ia antar sendiri ke peternakan, ia sudah seperti istri idaman bukan?



Tiba di peternakan Yoong lah yang membukakan pintu gerbang nya.

"Oppa, dimana Rio oppa?" Tanya Rose.


"Di dalam, masuk saja, tidak di kunci pintu nya" jawab Yoong menunjuk rumah yang meski kecil tapi mewah yang berada di peternakan itu.

"Okey, ini untuk oppa dan yang lain" Rose menyerahkan bawaan nya pada Yoong.


"Gumawo Rose" antusias Yoong.


Rose melangkah memasuki rumah kecil Rio yang biasanya ia gunakan untuk beristirahat jika tengah berada di peternakan itu, dan menemukan calon suami nya tertidur pulas dengan wajah lelah, jantung Rose berdetak makin cepat, hati nya berdesir.


"Bahkan wajah lelah nya saja lebih mempesona dari pada June" batin Rose.


"Kenapa aku dulu bisa jatuh pada nya?" Sesal Rose, kesalahan June membuat ia lebih mudah di lupakan oleh Rose, yang kini mulai terusik oleh kepribadian dan paras Rio.



#TBC

Be My Only OneWhere stories live. Discover now