Part 8: Closer

288 42 46
                                    

Vote and Comment is really appreciated

.

.

.

Hari ini tepat satu bulan sejak Mas Dion mengirimi gue pesan yang isinya, "Wanda kamu sudah sampai rumah, kan?" Sampai hari ini pula gue masih suka senyum-senyum sendiri kalau ingat pesan itu. Pasalnya, seperti yang gue udah sering banget bilang, Mas Dion adalah crush gue waktu SMA yang sekarang bertransformasi menjadi crush gue di jaman sekarang.

Kenapa gue bisa baper lagi? Karena setelah pesan itu, ternyata gue dan Mas Dion malah saling bertukar pesan singkat. Contohnya kayak, "Wanda, kamu lagi ngapain?" atau "Semangat Mas Dion begadangnya!" Udah kayak orang pacaran nggak sih itu, tinggal tunggu tembak-tembakannya aja. Yang udah pasti bakal gue jawab iya. Hehe.

Selain bertukar pesan, gue sama Mas Dion entah kenapa jadi punya jadwal ketemuan. Tepatnya setiap weekend. Hal ini berawal dari gue yang iseng-iseng cobain restoran yang baru buka di dekat rumah sakitnya Mas Dion.

Eh, emang dasar mungkin jodoh, taunya ada Mas Dion juga di sana. Awalnya gue nggak sadar ada dia dan baru sadar saat dia nyapa gue duluan. Dan akhirnya gue berakhir makan siang (atau lebih tepatnya makan sore karena Mas Dion dan gue sama-sama sibuk jadi nggak sempat buat makan tepat waktu) bareng Mas Dion.

Dari situ kita ngobrol-ngobrol dan ternyata nyambung. Gue merasa Mas Dion dewasa dan pinter banget dari obrolan-obrolan kita. Buat gue nggak henti-hentinya kagum sama dia. Apalagi bidang yang kita geluti bisa dibilang nggak jauh beda dan masih nyambung. Dia ambil spesialis saraf dan gue psikologi. Makin lancar deh obrolan kita.

Dan entah nyaman atau gimana, gue dan Mas Dion jadi lebih sering ketemu dan ngobrol lewat chat karena itu.

Dari chat-chat itu, informasi yang gue dapat adalah Mas Dion orangnya sibuk banget dan super career oriented. Dia suka banget sama bidang yang lagi dia geluti sekarang. Katanya walau capek dan materinya susah, dia tetap senang karena dia berasa lagi hidup dalam mimpi dia.

Dan, informasi yang paling penting dan gue penasaran banget tapi udah terpecahkan sekarang adalah ternyata Mas Dion masih single. Sumpah, senang banget. Siapa tau gue punya kesempatan ya kan. Walaupun kayaknya agak sulit karena dia pernah bilang kalau prioritas dia setelah Tuhan dan keluarga adalah pekerjaannya. Gue jadi agak takut kalau sebenarnya dia nggak pernah berorientasi ke cinta-cintaan.

Jujur, gue juga bukan orang yang menganggap kehidupan percintaan nomor satu sih. Bagi gue, kalau nanti gue emang ketemu orang yang pas untuk gue (yang gue berharap adalah Mas Dion. Amin ya Tuhan), artinya emang gue dapat bonus aja dan pastinya nggak bakal gue tolak. Kalau nggak dapat, yaudah nggak apa juga. Toh, masih ada keluarga dan pekerjaan dan kuliah gue yang mesti gue urus. Walaupun gue merasa hidup gue sedikit hambar sih karena nggak pernah punya pengalaman percintaan kecuali ngegebet Mas Dion.

Balik lagi ke Mas Dion dan prioritasnya. Gue kadang jadi galau sendiri kalau mikirin Mas Dion dan prioritasnya itu. Gue ragu kalau selama ini ya sebenarnya Mas Dion nggak ada niat deketin gue untuk menjalin hubungan yang lebih jauh. Gue takut kalau selama ini gue cuma kegeeran doang. Kadang gue juga pengen mundur aja buat berjuang deketin Mas Dion.

Sayangnya, rasa penasaran, kagum, dan suka gue ke Mas Dion selalu mengalahkan keraguan itu. Jadi gue selalu mau dan bersedia meluangkan waktu buat dia kalau dia lagi pengen ketemu. Gue juga selalu bersedia menjadi teman cerita kalau dia lagi pengen cerita. Walaupun Mas Dion nggak begitu bawel sih orangnya, mengingat kepribadiannya yang lebih introvert daripada gue. Dia selalu cerita to the point atau minta ditemenin aja tanpa banyak ngobrol.

Milky WayWhere stories live. Discover now