Part 16: In Between

228 35 38
                                    

Vote and comment are really appreciated

.

.

.

Angin malam menerpa kulit gue, entah kenapa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena baru turun salju, atau karena pikiran gue yang masih berkabut yang disebabkan oleh rasa bersalah. Rasa bersalah ke Mas Dion, karena secara nggak langsung gue udah mengkhianati hubungan kami dan kepercayaannya.

Atau mungkin udara dingin tersebut juga disebabkan oleh suasana canggung di antara gue dan Chan. Gue masih bungkam sejak terjadinya ciuman tadi. Chan pun sama. Hanya sebuah pelukan hangat darinya yang gue terima setelah kejadian itu.

Dan sekarang di sinilah gue dan Chan. Di jalanan yang mulai sepi. Terhitung sudah setengah jam kami menunggu taksi yang akan membawa kami pulang. Karena nggak ada lagi bus yang akan lewat di tengah malam seperti ini.

"Nda," panggilnya memecah keheningan di antara gue dan dia. Ternyata dia sudah membuka mantel luarnya dan hendak menyampirkannya di bahu gue. Yang otomatis gue tolak.

"Kamu nanti kedinginan, Nda."

"Jangan kayak gini, Chan. Please," pinta gue sambil menatap matanya. Ada binar senang, sedih, bersalah, dan mungkin perasaan-perasaan lain yang gue tangkap darinya. Gue pun melanjutkan, "Jangan buat gue merasa kayak orang jahat, Chan."

"Tapi kamu bukan orang jahat, Nda."

Gue menggeleng, "Lu nggak ngerti, Chan."

"Aku ngerti kok, karena ci—"

"Chan, tentang kejadian tadi. Please anggap aja gue kebawa suasana. Jadi tolong anggap aja kejadian tadi nggak pernah terjadi. Itu semua sebuah kesalahan, Chan. Gue nggak bermaksud sama sekali untuk membalas perasaan lu. Gue nggak mau nyakitin lu dengan memberikan lu harapan palsu," tanpa sadar air mata gue menetes, tapi gue tetap melanjutkan, "Gue.. juga nggak mau nyakitin Mas Dion lebih jauh. Dia baik banget sama gue. Dan gue nggak mau kehilangan dia. Gue sayang sama dia, Chan."

Chan meraih tangan gue, mengelusnya lembut hingga tangan gue merasa hangat dan perasaan gue sedikit tenang. Beberapa menit hanya itu yang dia lakukan, hingga dia mencoba menjawabku, "Nda, kamu bukan orang jahat. Selamanya kamu bukan orang jahat. Aku yang tadi duluan mulai. Aku juga bisa paham, kamu pasti terbawa suasana. Kalau ada orang yang salah, orang itu pastinya aku."

Dia menghela nafas dan melanjutkan, "Aku juga tau kamu nggak berniat untuk membuat kesalahan yang akhirnya nyakitin Bang Dion. Aku tau seberapa besar rasa cinta kamu sama Bang Dion. Karena itu juga aku nggak mungkin maksain kamu untuk sayang juga sama aku."

Chan menatap mataku, dalam banget, ada guratan sayu di wajahnya, "Tapi satu hal yang aku pengen kamu tau, Nda. Kejadian tadi, bukan kesalahan buat aku. Itu bukti rasa sayang aku ke kamu, Nda. Aku sayang banget sama kamu. Di titik aku nggak peduli lagi apakah yang aku lakukan itu salah atau benar. Apakah kamu bisa balas rasa sayang dan cinta aku atau nggak. Mungkin kamu mikir aku cuma cowo playboy dan anak kecil yang hobi nyakitin cewe. Aku akui itu ada benarnya. Tapi kamu pengecualian, Nda. Kamu satu-satunya orang yang nggak akan pernah aku sakiti. Dan satu-satunya orang yang akan aku jaga supaya nggak akan pernah ngerasa sakit."

"Dan satu hal juga yang aku pengen minta sama kamu, Nda. Tolong jangan halangin aku untuk berbuat baik sama kamu dan jangan halangin aku buat dekat sama kamu. Itu aja, Nda. Nggak usah pikirin aku akan ngerasa sakit atau nggak, karena aku nggak masalah sama hal itu. Cuma tolong jangan menjauh, Nda. Please."

Milky WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang