Part 15: Be My Mistake

310 38 56
                                    

Vote and comment are really appreciated

.

.

.

Pre-Note: kalau mau lebih nge-feel, putar lagu yang di mulmed yaaa <3

.

.

Yeayyy! Akhirnya udah mau mendekati hari H konser the 1975. Konser dimulai jam tujuh malam hari ini. Ini masih jam sebelah siang sih, tapi gue udah mulai siap-siap. Rencana gue bakal berangkat sekitar jam dua belas siang. Soalnya open gate jam lima dan karena si Tengil belinya festival, jadi gue mau ngantre lebih pagi dari yang lain.

"Badan kamu kecil, Nda. Nanti kalau kesorean kita bakal dapat antrean akhir, terus jadi dapat berdiri paling belakang. Aku sih mau aja gendong kamu, tapi kalau disuruh gendong dari awal sampai akhir aku juga nggak kuat," begitulah alasan si Tengil yang suruh gue berangkat duluan.

Jujur ada benarnya juga sih. Badan gue dibanding orang Indonesia pada umumnya aja udah termasuk nggak terlalu tinggi, apalagi kalau dibandingin bule-bule yang minimal tingginya 165-170 cm ke atas. Yang ada bukannya nonton konser, malah nonton punggung doang gue.

Oiya, FYI, gue akhirnya jadi pergi bareng si Tengil. Soalnya nggak ada pilihan lain karena gue nggak dapat tiket dan gue pengen banget nonton konsernya. Gue udah izin juga kok lagian ke Mas Dion, dan dia memperbolehkan gue pergi. Yaudah, gas lah kalau gitu.

Ngomong-ngomong soal tiket. Tadinya gue mau ganti uangnya si Tengil, soalnya gue nggak pernah baik ke dia, ya kali gue mau aja dibeliin tiket sama orang yang gue nyolotin selama ini. Lagian gue juga nggak mau terjebak ya dengan menerima tiket cuma-cuma.

Dan benar aja perkiraan gue, si Tengil setelah ngasih tiket itu, langsung ngasih gue syarat, yaitu nemenin dia makan siang besok harinya. Huh, dasar bocil ada aja idenya. Langsung lah gue tolak mentah-mentah dan minta nomor rekening dia biar gue bisa transfer untuk ganti uangnya, tapi belum dikasih juga sampai detik ini.

Jadi misi gue hari ini adalah ngajak si Tengil makan siang sebelum masuk ke venue konser, terus gue bayarin dia makan. Sama gue bawain dia cookies hasil bikinan gue. Andai aja gue nggak berhutang budi sama dia, udah pasti gue nggak akan ngelakuin ini. Jadi lebih baik dia nggak perlu geer nanti.

Ting!

Siapa sih, ganggu aja.

Tengil: Nda, aku udah di bawah. Kamu udah siap?

Gue kembali menaruh ponsel di ranjang dan melanjutkan siap-siap. Jelas-jelas janjian jam 12. Ngapain sih jam segini udah datang?

Ting!

Tengil: Nda? Kamu udah bangun kan?

Bodo amat, malas balas.

Baru aja gue mau melanjutkan siap-siap dan dandan, udah ada suara ketukan di pintu kamar gue. Jangan bilang dia ada di depan kamar gue.

Setelah tiga kali ketukan, gue akhirnya jadi nggak tahan karena udah mulai ganggu suaranya.

"Ngapain sih? Ini kan belum jam dua belas."

Dia nyengir, "Nggak apa, pengen bareng kamu lebih lama aja."

Malas dengan gombalannya, gue langsung tutup pintu, dan tentu saja langsung dia tahan. "Kok ditutup sih, Nda?"

Milky WayDonde viven las historias. Descúbrelo ahora