Part 10: My First

392 36 28
                                    


Ting!

Gue yang lagi sibuk dandan langsung buru-buru mengecek ponsel yang udah gue tebak notif-nya dari siapa.

Mas Dion: Wanda, kamu sudah siap? Aku baru mau jalan nih dari rumah sakit.

Kalau ada yang heran kenapa gue masih tukar pesan dan malah mau jalan sama Dion, jawabannya adalah karena dia pacar gue sekarang. Hehe. Pipi gue merah nih sebut Mas Dion sebagai pacar gue.

Kok bisa? Bisalah.

Intinya, ternyata cewek yang dia ceritain ke gue di dapur apartemennya itu adalah gue sendiri. Masih mesem-mesem gue kalau ingat-ingat kejadian itu.

"Oke, aku bakal bilang kalo gitu."

Jujur abis kalimat itu, gue kira gue bakal patah hati lagi untuk kedua kalinya. Taunya ada lanjutannya, "Wan, kalo aku bilang cewek itu adalah kamu, gimana?"

Sumpah, nge-bug abis gue waktu itu. Badan gue kayak udah dingin semua tapi pipi gue panas banget kayak roti baru keluar oven. Otak gue berasa nggak bisa berfungsi. Gue cuma bisa diam, ngelihatin Mas Dion. Yang gue berharap muka gue nggak aib waktu ngelihatin dia dalam kondisi kaget.

"Wan...?"

"Em.. Mas beneran?"

Mas Dion mengangguk, "Aku tau kita belum lama dekat. Tapi jujur, aku nyaman sama kamu, Wan. Aku suka kamu, Wan."

Ini gue pernah menyelamatkan bangsa mana dari perbudakan kali ya dari masa lalu, sampai bisa disukain sama cowok spek malaikat kayak Mas Dion.

Gue masih belum bisa jawab, tapi udah dilanjutin lagi kalimatnya sama Mas Dion, "Kalau kamu nggak punya rasa yang sama kayak aku, nggak apa kok, Wan. Aku paham."

"NGGAK!" Anjir ini gue ngapain tiba-tiba teriak. Salah tingkahnya gini amat sih gue. "Maksud aku.. Hm.. Aku juga suka sama Mas Dion."

Mas Dion tersenyum, lebih manis lagi dari biasanya. Dan gue senang banget tau kalau senyum itu karena jawaban gue. Abis itu Mas Dion ajakin untuk ke tahap yang lebih dari teman. Yaudah, gue iyain deh dengan malu-malu anjing. Eh, kucing maksudnya.

Ting!

Mas Dion: Wan, aku sudah sampai bawah.

Waduh. Kelamaan ngayal hari indah itu, gue sampai lupa kan kalau gue belum selesai dandan. Bagus tinggal pake lip tint dikit sama parfum. Abis itu langsung cus deh ketemu kesayangan gue.

"Hai!" sapa Mas Dion saat gue buka pintu mobilnya.

"Halo, Mas. Mas nggak nunggu lama kan? Maaf ya Mas, tadi aku ditelepon Mama bentar, terus belum selesai siap-siapnya." Bohong dikit nggak apa lah ya. Masa iya gue harus jelasin kalau gue lama siap-siapnya gara-gara abis bengong mikirin kejadian itu.

"Nggak apa, Wan. Santai aja."

"Makasih, Mas."

"Oiya, kamu sudah makan?"

"Kalau makan siang belum sih, Mas. Mas udah?"

"Belum juga," Mas Dion lalu melihat jam di dashboard mobilnya, yang menujukkan pukul 2 siang, "Kalau gitu kita makan dulu aja kali, ya? Masih sempet kan, ya?"

"Masih kok, Mas. Kemarin aku cek jadwal filmnya jam 4.30-an gitu." Iya, ceritanya kita mau kencan ke bioskop. Ini kencan pertama gue sama Mas Dion setelah kita berdua resmi jadian.

Milky WayWhere stories live. Discover now