Part 40: Wedding Preparation

290 37 10
                                    

Chan

Kabar gue mau menikah dengan Wanda pun sudah menyebar ke kedua belah keluarga besar kami. Yah, untuk keluarga Wanda, sebenarnya sudah gue beritahu terlebih dahulu. Bahkan, sebelum gue melamar Wanda, gue sudah meminta izin dan restu dulu dari orang tua Wanda. Dan bagusnya, orang tua gue dan Wanda sama-sama memberikan restunya kepada kami.

Dan bisa diduga kan, yang paling heboh siapa setelah mendengar kabar ini. Iya, Mami yang paling heboh. Nggak cuma heboh, Mami bahkan mengajak Mamanya Wanda untuk nyicil mencari vendor pernikahan.

Sejujurnya, gue sudah berulang kali mengingatkan Mami untuk nggak bertindak seheboh itu, karena balik lagi, yang mau nikah kan gue dan Wanda. Jangan sampai kami berdua sama sekali nggak turut andil dalam persiapan pernikahan kami sendiri. Selain itu, gue juga takut kehebohan Mami itu malah jadi pressure tersendiri buat Wanda.

Pun begitu, harus gue akui peran Mami dan Mama dalam persiapan tersebut sangat membantu kami, yang masih sibuk-sibuknya mengurus pekerjaan masing-masing. Terlebih lagi, gue juga sedang dalam fase mengurus keperluan keberangkatan gue dan Wanda untuk ke Belanda. Mulai dari mengurus visa hingga pencarian tempat tinggal kami nanti di sana.

Oleh karena itu, sejauh ini di antara gue dan Wanda, yang paling sibuk mengurus pernikahan kami adalah Wanda. Gue bersyukur banget Wanda bisa mengambil keputusan tanpa harus selalu bertanya kepada gue terlebih dahulu. Wanda juga selalu bilang kalau gue lebih baik fokus mengurus persiapan S2 dan kepindahan kami ke Belanda aja.

Beruntungnya gue punya calon istri kayak Wanda.

Gue tahu dia juga pasti stres karena harus mengurus ini itu dengan mempertimbangkan pendapat orang tua kami berdua. Terlihat dari wajah Wanda yang semakin tirus dan warna bawah matanya yang mulai mengge lap. Menandakan dia yang pasti kurang tidur akhir-akhir ini. Wanda juga jadi lebih linglung dan

Hingga sampailah gue pada satu hari di mana Wanda tiba-tiba nggak bisa dikontak sama sekali. Awalnya gue berusaha berpikir positif kalau kemungkinan ponsel Wanda kehabisan baterai atau jaringan Wanda lagi nggak bagus. Tetapi setelah gue tunggu sampai malam pun, Wanda sama sekali nggak pernah menelepon balik atau menjawab panggilan gue. Saat gue mencoba tanya ke keluarga dan sahabatnya, Egi, mereka sama sekali nggak tahu Wanda ke mana.

***

Wanda

Hari pernikahan gue dan Chan semakin hari semakin dekat. Persiapan pernikahan kami juga satu persatu sudah mulai rampung. Mulai dari gedung, katering, baju, dan perintilan-perintilan lain juga sudah selesai disiapkan. Thanks to Mama, Mami, Mbak Silvy, dan Kak Yura, yang udah banyak bantuin gue dalam proses persiapan ini. Walaupun kadang mereka nyebelin dan suka berbeda pendapat dengan gue, tapi tetap aja, kalau nggak ada mereka kayaknya gue udah tumbang sekarang.

Chan ke mana? Chan memang nggak banyak andil dalam persiapan pernikahan kami. Chan hanya gue mintai pendapat kalau menyangkut konsep acara dan baju-baju yang akan dia pakai nanti. Bisa dibilang, Chan hanya terlibat kurang dari lima puluh persen pada persiapan pernikahan.

Gue memang memintanya untuk fokus saja mengurus kepindahan kami ke Belanda, yang rencananya akan dilakukan beberapa minggu setelah pernikahan kami dilangsungkan. Jadi, daripada kami sama-sama burn out mengurus semua hal berdua, gue pikir akan lebih baik apabila satu orang mengerjakan satu pekerjaan saja. Toh, kedua belah pihak keluarga kami juga sudah cukup membantu. Chan sendiri juga nggak keberatan dengan itu.

Namun, layaknya persiapan pernikahan pada umumnya (berdasarkan cerita Egi), semuanya nggak berjalan mulus sesuai rencana. Gue yang awalnya antusias mempersiapkan pernikahan kami, tiba-tiba drop secara mental dengan apa yang gue lihat di depan gue.

Milky WayWhere stories live. Discover now