Part 12: Take Care of You

240 36 33
                                    

Nggak berasa udah masuk musim dingin. Pohon-pohon udah gugur semua dan salju udah mulai turun dari kemarin. Cokelat panas yang gue pesan sejak satu jam lalu juga udah mulai dingin, karena walaupun ada penghangat ruangan di café ini, tetap aja nggak mengurangi dinginnya musim dingin.

Udara kayak gini paling enak kalau tidur-tiduran di kamar terus gulung diri pakai selimut terus bobo sambil dengerin musik. Tapi di sinilah gue, di café dekat rumah sakit tempat Mas Dion berada. Tentu aja nunggu Mas Dion yang katanya lima belas menit lagi selesai.

Iya, lima belas menit lagi, terhitung dari satu jam lalu gue masuk ke café ini.

Tapi apa yang nggak sih buat Mas Dion. Gue aja udah nunggu dia dan juga perasaannya kurang lebih sepuluh tahun tanpa kepastian apapun. Satu jam tentu bukan apa-apa bagi gue. Gue selalu punya mindset, "Kalau gue bersabar sedikit lagi, mungkin gue akan dapat suatu hal yang gue inginkan." Dan itu terbukti di hubungan gue dan Mas Dion.

Gue nunggu dia sambil dengar musik dan baca buku. Sampai musik di ponsel gue tiba-tiba terjeda sebentar, yang menandakan adanya pesan masuk. Ternyata dari Mas Dion.

Gue tersenyum lega dan membuka pesannya.

Mas Dion: Wanda, maaf banget, ternyata aku nggak bisa ketemu kamu hari ini. Profesorku tiba-tiba minta aku bantu dia handle kasus baru.

Gue menghela nafas. Sedikit kecewa, tapi nggak apa. Gue mencoba mengerti Mas Dion di tengah kesibukannya masih niat dan sempat ajak gue jalan tiap weekend aja mestinya gue udah bersyukur. Gue nggak boleh egois. Lagian ini juga pertama kalinya dia batalin janji tiba-tiba kayak gini. Situasinya pasti lagi sulit banget buat dia. Gue juga harus terima konsekuensinya kalau mau jadi pacar Mas Dokter Dion. Atau.. jadi istrinya mungkin. Hehe.

Gue pun mengetik jawaban sebagai balasan, "Oke, Mas, nggak apa. Kalau gitu aku balik ya, Mas. Mas jangan lupa makan, ya. Nanti aku kirim makanan aja gimana ke rumah sakit Mas?"

Merasa nggak puas, gue pun melanjutkan, "Hm, Mas. Gimana kalau nanti malam Mas main ke tempatku, atau aku yang ke tempat Mas juga nggak apa? Atau besok minggu mungkin?"

Tanpa menunggu lama, gue dapat juga jawaban dari Mas Dion. Kayaknya dia baru dapat istirahat sekarang deh. Jangan sampai sakit aja Mas Dion.

Mas Dion: Makasih ya, Wan, kamu udah mau ngertiin aku dan kesibukanku,

Mas Dion: Ini aku baru makan, Wan. Baru dapat istirahat. Kamu nggak perlu bawa makan ke sini kok, aku udah dapat makan dari temanku tadi dia traktir.

Tuh kan bener, dia baru dapat istirahat. Kasian banget Mas Dion. Huhu, jangan sampai sakit ya Mas Dion.

***

Setelah pembatalan kencan dari Mas Dion. Gue memutuskan untuk balik ke flat gue aja soalnya dingin banget di luar. Terus gue tidur sebentar untuk meredam rasa kesal gue.

Gue cuma manusia biasa yang bisa kesal ya. Walaupun itu bersangkutan sama Mas Dion, aslinya gue tetap kesal. Cuma tertutup aja sama rasa khawatir gue sama Mas Dion.

Selanjutnya gue memilih untuk lanjutin kerjaan gue yang belum kelar. Dan nggak berasa udah jam tujuh malam. Gue mengecek ponsel. Dan ternyata banyak banget missed call.

Missed calls (5)

Ben PPI

Missed calls (3)

Mark PPI

Loh, kenapa ini kok pada telpon. Nggak biasanya.

Nggak lama, ada panggilan masuk. Dari Ben lagi.

Milky WayWhere stories live. Discover now