Keping 3 - Lepas salah satu

104 18 11
                                    

Hari pertama PAT (Penilaian Akhir Tahun). Zuney dengan seragam mengajarnya sedang berjalan di koridor sekolah. Suasana sekolah ketika sedang berlangsung ujian sangat tenang. Dari kelas satu sampai kelas lima, sama sekali tidak ditemukan kebisingan. Sungguh hal yang sangat berbeda dari hari-hari biasanya.

Zuney berjalan. Arah langkah kakinya hendak menuju ke salah satu ruangan paling ujung, ruang kelas satu. Gadis cantik itu ingin memastikan bahwa anak didiknya dalam kondisi yang tertib dan kondusif, agar pengawas ruangan tidak terlalu kewalahan.

Zuney mengintip dari kaca jendela, dilihatnya dua puluh delapan muridnya sedang fokus pada kertas yang ada di depannya. Berbagai macam ekspresi bisa Zuney lihat, dan itu selalu berhasil membuat Zuney tersenyum gemas.

Tian, seorang guru bahasa Inggris yang bertugas menjadi pengawas di kelas milik Zuney pun menyadari keberadaan Zuney. Pemuda yang dua tahun di atas Zuney itu tersenyum, lalu mendekat. Dibukanya pintu itu dengan hati-hati. "Kelas aman terkendali, Bu Zuney."

Zuney tersenyum sopan. "Terima kasih, ya, Mr. Tian."

"My pleasure." Tian tersenyum.

Zuney berpamitan pada Tian, untuk kembali ke ruang panitia. Memastikan naskah soal untuk mata pelajaran berikutnya sudah siap.

Ketika Zuney baru saja duduk di bangkunya, datang rekan kerja Zuney. Dia seorang guru olah raga yang juga menjadi panitia pelaksaan ujian. "Bu Zuney, gak minat sama Mr. Tian? Sama-sama masih sendiri, lho."

Zuney tertawa hambar. "Duh, Bapak, nih, ada-ada aja."

Bosan? Sangat! Zuney sudah jengah sekali sebenarnya jika harus dijodoh-jodohkan seperti ini. Memangnya kenapa jika di usia dua empat masih memilih untuk sendiri? Kenapa orang-orang sangat resah dengan kesendiriannya? Padahal Zuneynya saja tidak merasa demikian?

Datang seorang guru senior ke ruang panitia. "Dulu ibu umur dua empat sudah punya anak satu, lho," ucapnya.

"Saya juga punya kok, Bu. Dua puluh delapan, malah," canda Zuney.

"Mau Ibu kenalin enggak sama anak ibu? Udah PNS dia," tawar Si Ibu yang sepertinya ingin menjadikan Zuney sebagai menantunya.

Zuney berusaha memberikan senyum terbaiknya. "Saya punya pacar, Bu."

Si Ibu dan guru olahraga tadi nampak terkejut. "Kok gak pernah keliatan?"

"Iya, maklum jarak jauh." Zuney lalu mengecek whatsappnya yang tersambung ke laptop. Memindahkan fokusnya dari dua orang menyebalkan itu. dilihatnya ada pesan dari Hakim.

Hakim
Ney, urang gak tau lagi harus hubungi siapa
Tapi urang lagi sedih pisan

Zuney mengrenyit. Ada apa dengan Hakim? Manusia yang kerap kali mendapat julukan sebagai 'vitaminnya semua orang' itu ternyata bisa sedih juga.

Kenapa, Kim?

Urang ditinggal nikah
Sama mantan terindah

Zuney sangat ingin tertawa, namun rasa kemanusiaannya tidak mengizinkan itu.

Lo dimana sekarang?
Jangan bunuh diri, Kim
Dosa
Abis beres gue ke lo, deh

Nuhun, sahabat!

Sepulang sekolah, Zuney kembali ditawari tumpangan oleh Tian. Namun, Zuney berusaha untuk menolak dengan sehalus mungkin. Dan kini akhirnya Zuney bisa pulang bersama Hakim. Hakim ternyata menjemputnya di depan sebuah toko alat tulis yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

(MELINGKAR) VOL. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang