Keping 45

57 11 1
                                    

Siang ini, Zuney masih betah memangku dagu sambil terus tersenyum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini, Zuney masih betah memangku dagu sambil terus tersenyum. Sedangkan makanannya sama sekali belum ia sentuh. Tangan satunya ia gunakan untuk memegang satu foto berukuran empat kali tiga berlatar biru milik Jendra. Gadis cantik itu masih tersenyum.

“Makan dulu, Ney, itu makanannya dingin, lho,” ucap Jendra setelah meneguk ice lemon tea miliknya.

Zuney terkekeh. “Kamu sejak kapan secakep ini, sih? Kok aku baru sadar sekarang?” Lalu Zuney memandang foto, lalu kembali memandang Jendra. “Tuh, kan, cakep.”

Jendra terbatuk, gadis yang ada di hadapannya ini memang harus diacungi jempol perihal keberaniannya.

“Aku minta empat, ya?”

“Banyak amat, Ney?”

“Satu aku simpan di dompet, satu di dashboard mobil, satu di deket cermin kamar, satu lagi di case hape.”

Jendra tersenyum. “Iya, boleh. Aku akan lakukan hal yang sama.”

Senyum itu, yang sangat Jendra sukai. Dahulu, senyum itu sangat sulit Jendra temui, butuh waktu dan perjuangan yang tida mudah memang untuk bisa kembali membawa senyum cantik itu kembali ke wajah Zuney.

Semenjak kepergian Arjuna, senyum cantik itu seolah dibawa pergi bersama dia yang tak akan pernah kembali, tapi kini tidak. Senyum itu sudah kembali, pulang ke rumahnya, meski Jendra tahu bahwa dirinya tak akan pernah menjadi sosok Arjuna yang pernah begitu dicintai oleh gadis cantik ini, tapi Jendra bisa melakukannya dengan cara yang berbeda, yang ia yakini sepenuhnya bisa berhasil.

“Ney...”

“Iya...” Zuney menjawab dengan suara lembut.

“Kamu seneng sekarang?”

Zuney mengangguk dengan senyum yang belum hilang.

Jendra ikut tersenyum. “Kaya gini terus, ya, Ney.”

“Iya,” jawab Zuney seraya terkekeh. “Kemana lagi, kita?”

“Langsung ke Lolo, aja? Atau kamu mau jalan-jalan lagi?” tawar Jendra, karena sejujurnya Jendra juga masih sangat ingin menikmati waktu berdua bersama Zuney.

Zuney melirik alroji yang melingkar di lengan kirinya. “Mau ketemu sama Mama, gak?” tanya Zuney dengan senyum penuh artinya. “Mama kandung aku,” jelasnya lagi.

Jendra sempat tidak percaya bahwa saat ini akan tiba, ketika Zuney memberinya kesempatan untuk bisa berkomunikasi langsung. “Mau, Ney, mau banget.”

***

Jendra masih mengekor kemana kaki Zuney melangkah. Lahan pemakaman ini terasa tidak asing baginya, karena... “Ney, ini—”

“Iya, lokasinya sama kaya Juna, ya?” tembak Zuney yang berhasil menjawab isi kepala Jendra.

Jendra mengangguk, pantas saja sebelum datang ke sini, Zuney sudah membeli dua buket bunga dengan jenis yang sama. Tentu itu akan ia berikan pada dua orang yang juga sama-sama ia cintai dengan sangat. “Kamu kon gak pernah bilang kalau makam Mama juga di sini, Ney?”

(MELINGKAR) VOL. 2Where stories live. Discover now