Keping 38 - untuk kembali

69 10 1
                                    

Happy reading

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

.
.
.
Happy reading
.
.
.

Jendra menarik kopernya yang sudah tersusun rapi. Pemuda itu menatap kembali tumpukan koper itu, sudah waktunya bagi Jendra untuk berterima kasih pada Charlo yang sudah memberikan tumpangan padanya dalam kurun waktu beberapa bulan ini.

“Ney, lo abis dilamar, terus mau ditinggal aja sama Jendra,” komenta Charlo denga wajah sendu. “Lo sedih gak, sih, Ney? Kok kaya biasa aja? Kok kaya malah sedihan gue mau ditinggal Jendra?” protes cowok itu yang kini cemberut.

Zuney terkekeh. “Qis, ampun, deh, cowok lo.”

Qistiya bangkit, lalu memeluk Charlo. “Utututu, bayi aku. Sedih banget, mau ditinggal Jendra?”

Jendra yang sedang memasukkan perintilan barangnya ke ransel pun tertawa pelan. “Gue sampai bingung mau pake cara apa untuk berterima kasih sama lo, Lo. Mau beliin barang, tapi barang-barang lo lebih mahal dari pada gue, mau gue kasih akses pekerjaan, lo udah punya perusahaan sendiri.”

“Doain gue, Jen. Doain biar gue bisa jadi manusia lebih baik lagi.”

“Aamiin...” Jendra lalu berdiri, menepuk pundak Charlo. “Lo, thanks banget buat tumpangannya, buat wifinya, buat air dan listriknya yang udah gue pake, dan buat semua materi yang udah lo bagi ke gue. Makasih banyak, Lo. Semoga rezeki lo makin luas, makin banyak, makin berkah lagi. Aamiin.”

Charlo bahkan sampai mengangkat kedua tangan untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. “Aamiin, aamiin, ya Allah, ya rabbal alamin.” Lalu mengusap wajahnya sendiri dengan tangan. “Jen, lo beneran gak mau diater sama kita-kita? Paling enggak, sampai bandara.”

“Ngapain?” Jendra menaikkan alisnya lalu terkekeh. “Gak perlu. Gue cuma balik ke Palangkaraya, gak keluar negeri. Sebentar, mau beresin urusan tesis, sidang, urus mutasi, terus balik Bandung lagi. Ada bidadari yang mau gue nikahin soalnya,” ucap Jendra tersenyum sambil menoleh ke arah Zuney.

Zuney berdecak sebal, namun pipinya bersemu merah. “Yaiya, harus dinikahin akunya, kan udah pakai cincin yang sama.”

Qistiya dan Charlo tertawa sambil saling menepuk pundak satu sama lain.

Jendra melirik alroji hitam yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. “Gue flight jam 4 sore, gue mau bawa Zuney keluar bentar, ya?”

“Boleh, dong, Jendra. Zuney kan udah jadi tunangan lo, gimana, ini?”

***

Rupanya Jendra membawa Zuney untuk makan siang di luar, di sebuah restaurant khas sunda yang suasananya sangat tenang, tidak banyak pengunjung yang datang hari ini, karena memang bukan hari kerja.

Mereka melakukan pembicaraan saat makanan keduanya sudah habis.

“Ney, untuk konsep pernikahan, WO, MUA, apa kamu ada keinginan pribadi?” tanya Jendra.

(MELINGKAR) VOL. 2Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt