Keping 39

57 10 1
                                    

Dua hari sejak berangkatnya Jendra ke Palangkaraya, Ummi dan Kak Fisya benar-benar menjemput Zuney, untuk mempersiapkan satu-persatu mengenai pernikahannya.

“Mama gak ikut?” tanya Zuney ketika Ummi dan Kak Fisya juga mengajak Mama.

Mama tersenyum, sambil mengusap pundak Zuney. “Mama di sini, Papa lagi kurang enak badan, Kak. Kan ada Ummi.”

Zuney mengangguk.

Akhirnya Zuney bersama Ummi dan Kak Fisya mengunjungi salah satu WO yang Ummi percaya, ini bukan keputusan final, melainkan Ummi tetap akan menyerahkan semua keputusannya pada Zuney.

Sebagai calon pengantin, hari-hari Zuney ke depan akan disibukkan dengan berbagai urusan, seperti pemilihan desain undagan, pemilihan menu katering, berkali-kali fitting gaun pengantin, dan masih banyak lagi.

***

Zuney sudah berada di balik tirai, menghadap sebuah cermin yang besar sekali. Di dalam ruagan itu juga hadir seorang waita yang merupakan salah seorang pegawai Kanaya Wedding, yang akan membantu dan menemaninya di ruang ganti. Wanita yang baru saja memperkenalkan diri sebagai Mbak Aya itu sedang memperhatikan detail payet pada gaun yang sedang Zuney kenakan. “Ukurannya udah pas, Kak?”

Zuney menarik nafas dalam-dalam. “Kayanya agak sesek, tapi mungkin nanti aku akan coba diet, Mbak.”

Mbak Aya terkekeh. “Gak usah diet, Kak, ini memang gaunnya saya kasih yang ukuran S, nanti saya ambilkan yang ukuran M, ya.”

Pintu terketuk, menghadirkan Kak Fisya yang menyembulkan kepalanya. “Wah masya Allah, Ney, kamu cantik banget!”

“Kak...” Zuney tersenyum. “Ini aku perlu diet, gak, sih? Biar gak usah ganti ukuran.” Zuney meminta saran pada calon kakak iparnya.

“Diet apaan, Ney? Ini kamu udah kurus, gak usah diet, ah.” Kak Fisya memutari tubuh Zuney untuk memperhatikan dari segala sisi. “Kamu suka gaun ini?”

Zuney mengangguk cepat. “Suka banget, Kak.”

“Keluar, yuk? Kita kasih liat ke Ummi,” ajak Ka Fisya.

Zuney menyetujui ajakan itu, dan saat keluar, Zuney dibuat terkejut karena melihat Ummi sedang berbincang seru dengan seorang wanita paruh baya yang sudah sangat jarang Zuney temui. “Bunda...”

 Betul, itu adalah Bundanya Arjuna dan Ardana.

Ummi dan Bunda yang sama-sama terkesima dengan penampilan Zuney pun seketika berdiri. Ummi meraih kedua tangan Zuney, mengenggam kedua telapak tangannya sambil berdecak kagum. “Masya Allah... calon mantu Ummi cantik sekali.”

“Makasih, Ummi.” Zuney tersenyum, lalu kembali melirik ke arah Bunda yang juga ikut tersenyum melihat Zuney.

“Oh iya, Ummi sampai lupa, ini ada bundanya Ardana. Lagi siapin kebaya juga, katanya.” Ummi seolah memberi ruang pada Zuney untuk berbincang dengan Bunda.

Bunda mendekat, lalu merentangkan kedua tangannya ketika Zuney ikut mendekat. Lalu mengusap lembut punggung Zuney. “Bunda seneng banget ketemu anak cantik di sini.”

“Bunda... Zuney kangen banget.” Zuney menutup matanya, merasakan kelembutan dari wanita itu.

Bunda merenggangkan pelukannya, lalu mengusap pipi Zuney. “Sehat, Ney?”

Zuney tersenyum dan mengangguk. “Sehat, Bunda. Bun—”

Obrolan mereka terjeda karena Ardana baru saja keluar dari kamar ganti, lengkap dengan jas hitam yang sudah melekat indah di tubuhnya. “Bun...? Lho, kok ada lo, Ney?”

(MELINGKAR) VOL. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang