Chapter Spesial

44 6 4
                                    

Jendra
Sayang, di rumah masih hujan?



Masih, Jen
Kenapa?


Qia lagi tidur gak?


Engga nih
Anaknya lagi mewarnai
Belajar nya capek katanya


Kaya siapa itu? 😂
Yaudah aku pulang sekarang ya
Mumpung masih hujan


Kenapa pulang?
Masih deras banget


Aku udah janji sama Qia
Mau main ujan-ujanan
Kamu ada yang mau dipesen ga?
Atau lagi ngidam sesuatu?


Ada
Kamu sampe rumah dengan selamat
Aku pesen itu hehe


Siap sayang. Doain ya…

Zuney tersenyum hangat, lalu meletakkan ponselnya di atas meja. Lanjut mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit. Kini perempuan cantik itu tengah mengandung anak kedua, dan kini Zuney sangat menikmati fase kehamilannya.

Tubuhnya tidak sesensitif saat hamil pertama. Tidak ada mual-mual, atau mengidam sesuatu, tanpa drama apapun. Zuney juga tidak merasa lemas berlebih dan masih mampu mengajar di sekolah sampai pukul dua siang, lalu menjemput Qia dan berakhir menemani Qia bermain di rumah.

“Ibun, kapan adik bayi lahir?” tanya Qia seraya meletakkan krayon berwarna biru, menggantinya dengan warna hijau.

Zuney terkekeh. “Kayanya sekitar tujuh bulan lagi.”

“Tujuh bulan itu lama, Bun?”

Zuney mengangguk.”Iya, Qia. Sabar, ya?”

Qia tersenyum senang dan mengangguk antusias. “Adik bayinya perempuan apa laki-laki? Kata Handa laki-laki.”

“Oya? Handa bilang gitu?”

Qia benar-benar menaruh seluruh krayonnya, dan anak itu kini duduk tegak memandangi Ibunnya. “Iya, Ibun. Handa bilang, supaya bisa jagain Ibun sama Aku kalau Handa lagi kerja.”

Zuney tertawa pelan. “Ibun mah dikasih perempuan seneng, dikasih laki-laki juga seneng. Qia juga, kan?”

“Iya!” Anak itu berseru sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

Tak lama kemudian, terdengar suara deru mesin mobil yang memasuki garasi, membuat Qia dan Zuney segera bangkit untuk segera menyambut Jendra.

Jendra memasukkan kunci mobil setelah menekan tombol dari jarak satu meter. Lalu mendapati Qia yang sudah loncat-loncat menyambutnya kegirangan. Ini adalah obat lelah Jendra. Definisi rumah yang sesungguhnya. Tempat pulang paling nyaman dan juga penuh kebahagiaan.

Jendra segera menggendong Qia dan menyalami Zuney, lalu mengecup pelipis isterinya itu. “Ney… Baik-baik aja, kan?” pasalnya Jendra masih ingat betul bagaimana Zuney sangat menjauhinya saat hamil pertama, dan sekarang tidak sama sekali.

Zuney memberikan senyuman terbaiknya. “Baik banget, Handa.”

Jendra terkekeh. Pernikahannya menginjak tahun ketujuh, namun dadanya masih saja bergemuruh ketika Zuney memanggilnya dengan kata Handa.

(MELINGKAR) VOL. 2Where stories live. Discover now