[Chap Five]

127K 18.3K 462
                                    

⚠️Jangan Lupa Votenya gais⚠️


⚠️Jangan Lupa Votenya gais⚠️•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

5. Serangan manis Aklesh

-o0o-

Bola kristal itu terpecah belah dihadapan semua orang yang ada di Aula besar itu.

Semua terdiam selama beberapa menit.

Sathera menatap kedua telapak tangannya lalu menatap Senior yang melongo didepannya.

Srekk

Suara gesekan kursi mengalihkan perhatian mereka. Seorang pria tua yang dikenal sebagai Penyihir Agung itu berdiri dari kursinya.

Dia berjalan kerah bola kristal yang sudah pecah itu dan menatapnya dalam.

Penyihir Agung mengalihkan tatapannya kepada Sathera. Tangannya terulur dan menyentuh pucuk kepala Sathera. Mulutnya berkomat-kamit seperti membaca mantra.

Sathera hanya berdiri mematung, dia bingung harus apa. Semua tatapan orang yang ada di Aula tertuju padanya dan Penyihir Agung.

Cahaya putih muncul di telapak tangan Penyihir Agung lalu mencoba untuk memasukkan cahaya itu ketubuh Sathera.

Sathera merasakan badannya memanas, dalam sekejab matanya berubah warna menjadi putih cerah seperti bintang dimalam hari.

Slingg

Brakk

Penyihir Agung terpental jauh dengan sendirinya.

Semua yang ada di dalam Aula mematung terkejut dan ada juga yang berteriak histeris yaitu para murid perempuan.

Senior-senior dengan sigap membantu Penyihir Agung untuk berdiri. Penyihir Agung mengangguk dan mengulurkan tangannya sebagai tanda bahwa dia baik-baik saja.

Penyihir Agung menatap Sathera yang berdiri mematung dengan tatapan yang sulit diartikan lalu tak lama senyum tipis terbit dibibirnya.

"Kita menemukannya." Gumam Penyihir Agung lirih.

Tidak ada yang bisa mendengar gumaman lirih sang Penyihir Agung kecuali seorang pria yang sedari tadi melihat kejadian itu dalam diam.

-o0o-

Sathera menghembuskan nafasnya lelah. Kejadian tadi sudah lewat beberapa jam yang lalu. Acara penyambutan murid baru tetap berlangsung setelah kejadian Penyihir Agung yang terpental, hanya saja si Penyihir Agung tidak ikut lagi dan memilih berpamitan untuk Istirahat.

Sekarang Sathera sedang berada di kamar Asrama khusus putri. Ternyata setiap kamar diisi oleh satu orang satu kamar.

Sathera menatap lurus kedepan. Dia masih bingung dengan kejadian tadi. Saat Penyihir Agung memunculkan Cahaya dari telapak tangannya, tubuh Sathera menjadi panas dan darahnya seperti mendidih. Setelah itu dia tidak mengingat apapun dan saat Sathera tersadar Penyihir agung itu sudah terpental kebelakang.

"Gila gilaa! Keren banget aku tadi!" Histeris Sathera menggeleng tak menyangka.

Dia punya kekuatan sihir!

Tok tok...

Suara ketukan pintu menghentikan ketakjuban Sathera. Dia berdecak.
"Ada saja yang mengganggu." Malasnya.

Saat membuka pintu wajah Sathera memerah. Astaga! Ternyata yang mengetuk pintunya dimalam hari adalah Aklesh, sahabat Sathera.

Sathera baru ini melihat Aklesh setelah sampai di Akademik. Pria itu juga termasuk Senior di Akademi Voresham. Sathera dan Akhles berbeda 3 Tahun, dia seumuran dengan Angelo.

Aklesh menatap datar Sathera.
"Makan." Dia mengangkat tangannya menunjukkan nampan yang dipegangnya.

Sathera mengerutkan keningnya. Dia menggeleng. "Aku tidak lapar." Tolak Sathera.

Aklesh berdecak pelan lalu tanpa permisi, dia menerobos masuk kedalam kamar Sathera.
Sathera melongo ditempatnya. Apa-apaan pria itu!

Sathera melirik sekitar sebelum menutup pintu. Dia dengan cemberut berjalan mendekat kearah Aklesh yang sudah duduk santai di Sofa.

Sathera duduk disamping Aklesh. Dia menatap pria itu tajam. "Aku bilang aku tidak lapar!" Tegasnya.

Aklesh menghela nafas lalu mengambil makanan yang ada diatas meja dan menyuapkan satu sendok makanan kearah Sathera.
"Makan."

Sathera mematung mendapat perlakuan Aklesh padanya.

Dia berdehem sebentar lalu membuka mulut menerima suapan Akhles untuknya.

Aklesh tersenyum sangat tipis melihat wajah Sathera yang memerah malu. Dia menggigit pipi bagian dalamnya mencoba menahan kegemasan yang ada didepannya.

Sathera membuka mulutnya meminta Aklesh untuk kembali menyuapinya dan Aklesh langsung menyuapi gadis itu.

Makanan yang tadinya penuh di dalam piring sekarang sudah habis dilahap oleh Sathera. Sathera meminum air putih yang ada diatas meja lalu bersendawa tanpa menutup mulutnya.

Aklesh terkekeh kecil menampakkan lesung pipinya. Dia mengusap pucuk kepala Sathera lembut. "Tidurlah. Jangan lupa untuk berdoa." Setelah mengatakan itu Aklesh menaruh bekas piring dan gelas yang dipakai Sathera tadi diatas nampan.

Dia berdiri dan berjalan keluar kamar Sathera dengan membawa nampak itu dikedua tangannya.

Meninggalkan Sathera yang lagi-lagi mematung ditempatnya karna mendapat serangan manis mendadak dari Aklesh untuknya. Wajahnya memerah menahan malu.

Dia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. "Aklesh anjir! Baper woi!"

Bersambung.....
__________

[Gamau makan kalau gak disuapin ayang]

[Jangan lupa Vote-mentnya gais]
🌟🌟🌟🌟🌟

NYX INCARNATE || [TERBIT]Where stories live. Discover now