[Chap Thirty One]

76.4K 11.7K 555
                                    

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-

[Maaf jika menemukan Typo:)]

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-•[Maaf jika menemukan Typo:)]•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-o0o-

BYURR!

"Hah, banjir!"

Sathera megap-megap dengan rasa sakit yang muncul dipangkal hidungnya. Matanya mendelik pada seorang pria sedikit tua yang sedang menatapnya santai dengan tangan yang bersedekap dada.

"Profesor, mengapa Anda menyiram saya?" Protes Sathera tak terima. Tubuhnya basah kuyup dan juga ranjangnya basah!

Profesor Gery mengangkat bahunya acuh. "Penyihir Agung memerintahkan saya untuk membangunkanmu karena dirimu tidak datang ke ruangannya pagi tadi."

Sathera menggaruk kepalanya dengan dahi berkerut. "Memangnya ini jam berapa?"

Profesor Gery mendengus dan tangannya terangkat. Tirai kamar asrama Sathera terbuka dan masuklah cahaya matahari kedalam ruangan itu. "Sekarang mengerti, bukan?"

"Tapi kenapa membangunkan saya dengan cara disiram dengan air dingin?!" Ujar gadis itu masih berniat membela diri.

Profesor dengan kacamata minusnya itu menghela nafas lelah. "Tadi saya sudah membangunkanmu beberapa kali, tapi dirimu tidak terbangun. Ya, sudah saya siram saja." Jelas sang Profesor.

"Sudah-sudah, pergilah mandi dan bersiaplah! Setelah itu, datanglah ke ruangan Penyihir Agung! kau membuang waktu saya hanya untuk membangunkan babi yang terlelap." Setelah berucap dingin seperti itu, Profesor Gery langsung keluar dari kamar gadis itu.

Sathera mendelik saat dikatakan 'Babi'. Memang ada babi secantik dirinya?

Lagian dia ini 'kan seorang anak Duke, kenapa diperlakukan kurang ajar seperti ini?

'Walaupun kau anak seorang Duke, kau hanyalah  seorang murid biasa disini.'

Suara yang berasal dari pikiran Sathera membuat gadis itu sedikit tersentak, kemudian menghela nafas. Ya, setiap murid tetaplah dianggap murid walaupun ia berasal dari keluarga manapun sekalipun itu anak seorang Raja.

Gadis itu memilih beranjak lalu bersiap-siap. Ia harus ke ruangan Penyihir Agung untuk melatih diri dan kekuatannya.

30 menit waktu Sathera beberes, setelah itu ia berjalan menuju ruangan sang Penyihir. Saat dipertengahan jalan, ia berpapasan dengan Grace and the genk. Ya, begitulah julukan mereka dibuat Sathera.

Genk yang suka membully dan berlaku sesuka hati, seperti ini contohnya. Grace menghadang jalan Sathera yang tadinya sedang berjalan menuju ruangan Penyihir Agung. "Apa?" Gumam Sathera malas.

Grace memandang gadis didepannya ini dengan julid. "Aku ingin bertanya padamu." Ucap gadis itu dengan dagu terangkat tinggi.

Sathera hanya berdehem menjawabnya yang membuat teman-teman Grace menatap Sathera garang. "Dasar tidak sopan!" Decih mereka kesal.

NYX INCARNATE || [TERBIT]Where stories live. Discover now