[Chap Thirty Two]

72.3K 11.2K 790
                                    

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-

[Maaf jika menemukan Typo:)]

-Wajib tekan 🌟 dulu yagesya!-•[Maaf jika menemukan Typo:)]•

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

-o0o-

"Hiyatt!"

Sathera menghembuskan nafas lelah dengan tangan yang dikibas-kibaskan. Sekarang ini ia sedang dihukum oleh Penyihir Agung.

Ia disuruh mengangkat air untuk air minum kuda karena tertidur saat pelatihan tadi. Sathera mengantuk, ia tidak tahu kenapa ia bisa tertidur. Terjadi begitu saja.

Penyihir Agung langsung menghukumnya agar tidak mengulangi kesalahan lagi untuk kedua kalinya. Sathera tidak boleh meminta bantuan siapapun atau menggunakan kekuatannya.

Bagaimana ingin menggunakan kekuatannya? Ia saja tidak tahu cara memunculkannya. Terakhir kali ia menggunakan kekuatan waktu itu saja dikarenakan tidak disengaja, dan kekuatannya membakar pohon-pohon yang ia umpati.

Gadis itu menghapus peluh yang menetes didahinya. "Sudah kubilang, aku dibabukan jika di sekolah ini." Gumam Sathera sambil mengangkat satu ember yang lumayan besar di tangannya.

"Disekolahku dulu saja, aku mejadi queen sekolah! Disini malah menjadi babu."

"Psttt!"

Gerutuan Sathera terhenti saat mendengar suara bisikan dari sekitar. Ia menoleh kesegala arah, tapi tidak menemukan siapapun. Gadis itu mengangkat bahunya tak acuh.

"Pstt! Sayang!"

Sathera kembali menghentikan jalannya lalu menoleh ke arah sekitar. "Siapa?!"

"Aku, di pohon!"

Sathera mendongakkan kepalanya ke arah pohon yang tepat berada disampingnya. Tepat dibatang pohon itu, Sathera bisa melihat Aklesh yang tiduran dengan santai sambil tersenyum kecil. Pria itu melambaikan tangannya. "Hai?"

Gadis itu memutar bola matanya lalu kembali mengangkat ember-nya menuju kandang kuda. "Mengganggu saja." Ujar gadis itu malas.

Senyum Aklesh semakin melebar saat melihat wajah sinis gadisnya itu. Ia kembali terdiam tanpa mengganggu Sathera yang sibuk mengangkat air didalam ember.

"Kau tidak ada inisiatif untuk membantuku?" Ujar Sathera kesal.

Aklesh mengangkat bahunya. "Kau lupa apa yang dikatakan Penyihir Agung?" Tanya pria itu balik.

Gadisnya Aklesh itu mendengus dengan wajah masam. Aklesh terkekeh melihatnya, kemudian menjentikkan jarinya sebanyak satu kali.

Tiba-tiba Sathera bisa merasakan bahwa embernya sedikit ringan. Gadis itu lalu mengalihkan pandangan kearah Aklesh yang mengangkat alisnya berpura-pura tidak tahu.

Gadis itu kembali memandang embernya, kemudian mengangkat bahu tak peduli dan berjalan untuk mengangkat ember terakhir menuju kandang kuda. "Huh, akhirnya selesai!" Teriak Sathera sambil meregangkan ototnya yang kaku.

NYX INCARNATE || [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora