Selamat Pagi

13.4K 1.7K 9
                                    

Pagi hari yang cerah dengan aku di sini yang sudah terlihat rapi sehabis mandi. Aku merasa tidak nyaman ketika beberapa pelayan wanita ingin membantuku untuk mandi. Yah, aku tau itu memang pekerjaan mereka dan ini merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, aku yang berasal di dunia di mana kita harus bisa menjadi seorang yang mandiri tentu saja membuatku menolak perlakuan mereka. Aku ini mandiri, bisa mandi sendiri.

Walau aku menolak untuk dibantu mandi, para pelayan tetap membantuku untuk memasang gaun. Untuk hal ini aku membiarkan mereka membantuku karena memasang gaun memang susah sekali jika dilakukan oleh satu orang saja.

Karena persiapan seorang nyonya rumah ini sangat lama, membuatku terlambat untuk sarapan bersama Cedric. Saat aku memasuki ruang makan, dia sudah tidak ada dan pelayan berkata kalau ia sudah selesai makan beberapa menit yang lalu. Jelas ini membuat aku kesal karena aku sudah menyiapkan topik pembicaraan hari ini.

Akhirnya aku makan sendiri ditemani beberapa pelayan dan tentu saja Zoya yang selalu mengekor ke mana pun aku pergi. Setelah makan aku pergi ke lapangan latihan para ksatria karena ada seseorang yang ingin aku temui.

Sesampainya di sana, lapangan itu diisi para ksatria yang sedang berlatih pedang. Tatapanku langsung tertuju pada seorang laki-laki dengan rambut coklatnya. Dia berdiri di pinggir lapangan memperhatikan para ksatria yang sedang berlatih.

Dia adalah Hugo Belmont, second male lead dalam cerita ini.

Dalam novel, Hugo sering memperhatikan Cathleen dari jauh. Ia adalah tipe laki-laki yang sangat canggung jika bertemu dengan wanita yang disukainya. Hugo juga merupakan karakter yang cukup penting dalam cerita ini. Saat Cathleen dipenjara atas tuduhan percobaan pembunuhan pada pangeran, Hugo akan mencoba membantu Cathleen untuk melarikan diri. Yah, walaupun hasilnya mereka gagal dan Hugo juga harus ikut dalam eksekusi berdarah itu.

Oleh karena itu aku juga ingin membangun hubungan yang baik dengan Hugo. Mungkin ini terdengar jahat, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Aku tidak tahu masa depanku akan sama dengan Cathleen atau tidak, tapi aku harus memanfaatkan semua orang yang berpotensi untuk menyelamatkan hidupku.

Namun, jujur saja aku tidak tahu penyebab Hugo menyukai Cathleen. Aku sudah mulai melupakan sebagian besar plot novel ini. Aku hanya mengingat garis besar dalam cerita ini. Jadi, lupa apa sekarang Hugo sudah menyukai Cathleen atau belum.

“Duchess Cathleen, hal apa yang membuat Anda datang ke tempat ini?” Hugo datang padaku kemudian menunduk dan mencium punggung tanganku. Aku tahu ini merupakan salam biasa yang menjadi hal biasa dalam dunia ini, tapi rasanya sungguh membuatku jantungku berdegup kencang.

“Aku hanya ingin melihat-lihat saja. Apakah aku mengganggu?”

Hugo dengan senyum manisnya berkata, “Duchess bisa melakukan apa saja yang Anda suka.”

Senyumnya benar-benar membuat lemah hatiku.

“Nyonya, di sini cuacanya sangat terik. Sepertinya kita harus kembali sebelum kulit Anda memerah.” Aku lupa kalau Zoya dari tadi berdiri di belakangku.

“Sebentar Zoya, aku ingin melihat-lihat keadaan tempat ini. Sebagai nyonya rumah ini sudah menjadi tugasku untuk memastikan semua orang nyaman berada di tempat ini,” ujarku dengan percaya diri. Padahal aku hanya ingin lebih lama lagi melihat second male lead yang satu ini.

“Baiklah.” Raut wajah Zoya tampak lesu. Ia sepertinya kepanasan jadi ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.

Setelah puas berjalan-jalan melihat tempat latihan para ksatria, akhirnya aku pergi untuk beristirahat dengan rebahan santai di dalam kamarku sembari memikirkan cara untuk mengusir Zoya dari rumah ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah puas berjalan-jalan melihat tempat latihan para ksatria, akhirnya aku pergi untuk beristirahat dengan rebahan santai di dalam kamarku sembari memikirkan cara untuk mengusir Zoya dari rumah ini. Aku tidak bisa tiba-tiba saja memecatnya karena akan merusak reputasiku. Oleh karena itu, aku harus bermain dengan rapi.

Saat perjalanan menuju kamarku, aku bertemu Cedric di ujung lorong. Dia bersama Dion, asisten dan juga tangan kanannya selama ini.

“Mau ke mana?” Aku menghalangi jalannya. Di belakangku ada Zoya yang sedang merapikan penampilannya.

“Aku ada urusan di istana dengan raja.”

“Bolehkah aku ikut?” setelah aku berkata seperti itu ada keheningan yang canggung menyelimuti lorong ini.

Dion dengan ekspresi tidak percayanya, Cedric yang terlihat bingung, dan Zoya yang memanggilku dengan nada suara yang rendah.

Aku tidak akan membuang kesempatan untuk bicara lebih lama dengan Cedric. Aku harus memanfaatkan segalanya.

“Sepertinya tidak bisa, aku harus segera ke sana.” Cedric melewatiku dengan langkahnya yang cepat. “Kamu pasti harus bersiap-siap lagi jika ingin pergi ke istana.”

Kukejar dia dan kembali berdiri di depannya. Sekarang ku rentangkan kedua tanganku untuk menghalanginya pergi lagi. “Tidak, sekarang pun aku bisa pergi. Aku tidak perlu berganti baju atau memakai riasan lagi.” Kuambil tangan kiri Cedric dan menggandengnya. “Ayo, kita pergi!”

Setelah kupikir-pikir, jika aku ingin kehidupanku terjamin di dunia ini aku harus membuang rasa maluku dan bergerak duluan untuk mendekati Cedric. Buang dulu rasa malu-malu ini dan selamatkan diri sendiri.

Zoya kembali mengikutiku. Sekilas kulihat ia menggenggam erat bajunya. Jelas ia marah sekarang.

“Zoya, kamu tidak perlu pergi.”

“Ta-tapi saya ....”

“Tidak perlu. Kamu istirahat saja.” Dan begitulah aku pergi meninggalkan Zoya yang terdiam melihat sikapku yang tiba-tiba seperti ini.

Kami pun berjalan dengan aku yang masih menggandeng Cedric. Kejadian ini dilihat para pelayan dan ekspresi mereka benar-benar lucu untuk dilihat. Bahkan Dion pun beberapa kali mencoba untuk bicara, tapi terus ia urungkan. Sepertinya dia masih memproses kejadian ini dalam otaknya.

Saat hampir keluar dari pintu, aku melihat Ellie yang sedang membawa pot bunga. “Sebentar, ada yang ingin kubicarakan dengan Ellie,” ucapku pada Cedric sampil menepuk bahunya. “Tunggu sebentar, yah, suamiku.” Bisa kulihat telinga Cedric memerah dan gerak tubuhnya yang terlihat gugup. Dion bahkan menganga melihat kelakun tuannya.

Aku berlari kecil menuju Ellie dan membisikkan sesuatu kepadanya. Ellie mendengarkan dengan saksama apa yang kukatakan. Dia benar-benar sudah menjadi tangan kananku di rumah ini.

Setelah pembicaraan singkat dengan Ellie, aku pun kembali pada Cedric yang benar-benar menungguku tanpa bergerak sedikit pun dari tempatnya. Suamiku yang satu ini benar-benar penurut.

“Ayo, pergi.” Kugenggam tangan Cedric dan kembali berjalan bersamanya menuju kereta kuda.

Akan tetapi sekarang tangan Cedric yang gantian menggenggam tanganku. Bisa kulihat telinganya yang merah itu makin merah.

Sikapnya yang dari tadi diam dan menerima perlakuanku saat aku mencoba mendekatinya menjadi pertanda kalau aku punya kesempatan yang sangat besar dan tidak boleh disia-siakan.

Yah, aku tau di sana Zoya pasti terbakar api cemburu melihat kelakuanku kepada Cedric. Rasanya senang sekali melihat Zoya tersiksa batin.

Kuharap sepulangnya aku dari istana, rumah ini tidak terbakar karena api cemburu Zoya yang membara.

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now