Cathleen

5.6K 700 60
                                    

Aku duduk dengan ditemani taman bunga bersama Hugo. Aku baru tahu kalau Cedric mengutusnya untuk menjadi pengawal pribadiku. Jujur saja, aku cukup menyayangkan hal itu. Bakat Hugo yang besar rasanya terbuang sia-sia jika hanya untuk berdiri di sekitarku. Harusnya sekarang dia bisa berlatih dengan para temannya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Keputusan Cedric tak bisa dirubah.

Jadilah aku di sini duduk bersantai sambil minum teh dan juga Hugo. Awalnya dia tampak canggung ketika kusuruh untuk ikut duduk satu meja denganku, tapi aku tak suka jika dia hanya diam tak melakukan apa-apa. Sekalian juga aku berteman lebih baik dengannya.

"Maafkan aku yang membuatmu harus menjadi pengawal pribadiku setiap saat," ucapku sehabis menyesap teh yang isinya sudah habis ku minum. "Harusnya kamu bisa berlatih dengan teman-temanmu."

Mendengar perkataanku, Hugo tampaknya malu. "Tidak perlu mengkhawatirkan saya Nyonya. Sebuah kehormatan bagi ksatria untuk menjadi pengawal pribadi tuannya. Itu artinya saya adalah orang terpercaya dari sekian banyak ksatria yang ada."

Memang jiwa seorang ksatria yang kuat. Aku penasaran dengan apa yang terjadi pada Hugo selanjutnya. Sebagai second male lead yang akan berakhir dieksekusi mati karena membantu Cathleen untuk melarikan diri, aku ingin tahu sejak kapan dia menyukai Cathleen. Apakah dengan aku di sini perasaannya tetap sama? Atau mungkin berubah?

"Kau baik sekali Hugo. Senang sekali bisa mengenalmu." Aku tersenyum ramah padanya.

"Saya juga senang Nyonya sudah bisa kembali tersenyum seperti biasa."

Aku mengerutkan dahi bingun. "Apa maksudmu?"

"Setelah insiden alergi kacang itu, Nyonya sempat mengurung diri di dalam kamar dan tak mau ditemui siapa saja, bukan? Saat itu Tuan Cedric bahkan gelisah melihat kelakuan Anda." Hugo menjelaskan dengan rinci lewat sudut pandangnya.

Saat itu aku bisa dibilang terguncang dengan apa yang Zoya lakukan. Bahkan sampai sekarang Zoya belum juga ditemukan para ksatria Cedric. Dia seperti benar-benar hilang dari bumi ini. sangat mengerikan. Dia sepertinya bersembunyi untuk melakukan hal yang lebih gila.

"Cedric tak pernah bercerita padaku tentang hal itu."

"Dia memang seperti itu, Nyonya. Dia tidak ingin membagi bebannya kepada orang lain." Cedric sekali lagi menyesap tehnya yang mulai kehilangan kehangatannya. "Tahukan Anda bahwa dia selalu seperti itu, bahkan sejak dulu?"

"Maksudnya?"

"Ketika Anda pertama kali meminta cerai, saat itu Tuan Cedric menyendiri di lapangan latihan. Dia terus mengayunkan pedangnya dengan penuh amarah dan ...."

"Dan apa?" Aku jelas penasaran dengan hal ini. Kudekatkan kursiku untuk semakin jelas mendengar perkataan Hugo. "Cepat katakan."

"Dan matanya memerah seperti bekas menangis. Saya tak melihatnya menangis secara langsung, tapi matanya saat itu sudah menceritakan semuanya." Hugo menceritakan hal ini dengan sangat fokus. Seperti seseorang yang akhirnya terlepas dari sebuah beban. "Saat itu dia menceritakan kesedihannya karena Anda meminta cerai. Itu pertama kalinya Tuan Cedric menceritakan tentang dirinya."

Astaga, ini adalah sudut pandang yang mengejutkanku. Aku tak bisa mempercayai dunia novel ini membuat cerita di balik layar sesedih ini. Walau aku sudah mulai lupa dan hanya tau garis besar dalam alur novel ini, aku bisa memastikan bahwa Cedric yang menangis tak pernah dituliskan bahkan satu kata pun. Dia selalu digambarkan akan terbawa amarah jika Cathleen terus-terusan meminta cerai padanya.

Aku kasihan pada Cedric. Jalan ceritanya juga tak semulus Cathleen, tapi aku terus-terusan saja memikirkan diriku sendiri. Memikirkan bagaimana caranya agar aku tak mati. Memikirkan Zoya yang menjadi hama bagiku. Sampai lupa memikirkan perasaan Cedric.

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now