Cathleen Cemburu

4.5K 506 47
                                    


Di tengah masalah yang rumit ini, Cedric mengajakku untuk pergi ke balai kota saat malam hari. Katanya akan ada pasar yang meriah di sana. Sepertinya dia juga pusing dengan segala masalah ini, jadi mengajakku untuk menyegarkan pikiran sejenak.

Tentu saja aku langsung menyetujui ajakannya. Aku juga sudah pusing dengan berbagai masalah yang ada. Setidaknya malam ini aku ingin melupakan semua hal itu.

"Wah, ramai sekali di sini." Aku menggandeng lengan Cedric sambil melihat ke kanan kiri. Tempat ini sudah menjadi lautan manusia, ramai sekali. "Ayo, kita beli permen itu." Aku melangkah dengan cepat menuju salah satu penjual permen yang dikelilingi banyak anak-anak.

Melihat anak-anak yang antusias untuk mendapatkan permen, aku juga jadi bersemangat. Ah, lucu sekali anak-anak ini. Tanpa sadar aku jadi lebih memperhatikan mereka dari pada permen yang kubeli.

"Cathleen, ambil permenmu."Cedric menepuk bahuku. Membuyarkan lamunanku pada anak-anak lucu ini.

"Terima kasih, Pak. Sisa uangnya pakai saja untuk membayar permen anak-anak ini," ucapku kemudian berlalu pergi. Samar-samar kudengar suara anak-anak yang mengucapkan terima kasih padaku.

"Kamu sepertinya menyukai mereka." Cedric menarikku agar lebih dekat dengannya. Ini karena orang-orang makin banyak. Sepertinya dia tidak mau kehilangan jejakku lagi.

"Ya, mereka lucu, 'kan?" jawabku dengan semangat. Kutatap suamiku yang juga menatapku dan berkata, "apa kamu juga suka anak-anak?"

"Tergantung." Cedric mengelus kepalaku. "Jika itu anak kita, pasti aku menyukainya. Tapi kalau bukan, belum tentu aku menyukai anak-anak."

Wah, jawaban yang sangat unik dari seorang Cedric. Aku hanya bisa menatapnya dengan senyum tertera di wajah. "Akan aneh kalau kamu tidak menyukai anak sendiri." Aku menangkup kedua pipinya, membuat dia harus menunduk agar aku bisa menggapainya. "Awas saja kalau kamu tidak menyukai anak kita."

Cedric balas menangkup kedua pipiku. Jubah yang menutupi kepalanya itu kini tersingkap, memperlihatkan rambut pirangnya yang sedikit bersinar karena terkena sinar bulan. "Tidak akan. Aku bisa pastikan itu. Kamu dan anak-anak kita nanti adalah prioritas utamaku." Setelah berkata seperti itu, Cedric mengecup singkat ujung bibirku dan tersenyum manis tepat di depan wajahku.

"Hei, ada banyak orang di sini." Aku mendorongnya dengan pelan. mencoba menyembunyikan rasa salah tingkah ini. aku berdehem sebentar dan kembali berjalan mendahului Cedric. Permen ditanganku kupegang erat untuk menyalurkan rasa berbunga-bunga ini.

Cedric dengan cepat juga langsung meraih tanganku dan berjalan di samping. Bisa kulihat dia kembali menutup kepalanya dengan jubahnya. Karena rambut pirangnya itu bisa mengundang perhatian, jadi Cedric memilih untuk menutupinya. Dia tak mau kalau waktunya terganggu dengan orang lain. Kami berdua sudah sepakat untuk berpakaian seperti orang biasa untuk menikmati malam ini.

Itu niat Cedric, tapi mau bagaimanapun juga rambut indahnya itu sempat terlihat. Tanpa perlu menunggu lama, beberapa wanita sudah terlihat ingin mendekat pada kami. Jelas saja aku harus menghindari hal ini. Harus waspada, suamiku sedang diincar wanita lain.

"Halo, apakah kalian orang baru di sini?" Belum sempat aku menarik Cedric untuk keluar dari keramaian, para wanita ini bergerak lebih cepat.

Terhitung ada tiga wanita yang menghalangi jalan kami. Mereka semua menatap penuh kagum pada Cedric. Untuk itu aku maklum, pesona seorang Cedric tak perlu diragukan, tapi tak perlu menatapnya selama itu.

"Apakah yang Anda lakukan di sini? Apa sedang mencari sesuatu? Saya bisa membantu Anda." Wanita dengan rambut pendek sebahu mengajak bicara Cedric. Yang satu ini bahkan tidak menganggap keberadaanku.

I Am The Duchess Of This HouseWhere stories live. Discover now